Advertisement
Kirab Budaya Undhuh-Undhuh Kelurahan Klitren: Bentuk Toleransi Beragama dan Wujud Syukur Warga Klitren Kota Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kirab Budaya Undhuh Undhuh yang digelar masyarakat Kelurahan Klitren, disambut meriah masyarakat umum dan wisatawan yang memadati proses jalannya kirab, pada Minggu (8/6/2025) pagi.
Proses jalannya kirab dimulai dari Kantor Kelurahan Klitren sekitar pukul 09:00 WIB. Arak-arakan kirab kemudian melintasi Jalan Urip Sumoharjo, Jalan dr. Wahidin, dan berakhir di Embung Langensari yang menjadi ikon wisata Kelurahan Klitren.
Advertisement
Kirab sempat berhenti di depan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman untuk menyelenggarakan sendratari religius oleh peserta kirab dan pemberkatan gunungan oleh tokoh enam agama.
Ketua panitia Kirab Undhuh-Undhuh, Joko Pamungkas mengatakan tradisi ini awalnya dilakukan gereja. Namun, tradisi ini sejak tahun 2019 mulai diadopsi masyarakat lintas agama sekaligus dijadikan agenda budaya lintas agama.
Kirab budaya ini disebut turut meneguhkan kembali identitas Kota Jogja sebagai kota toleransi yang menjunjung tinggi keberagaman keyakinan. Joko menerangkan, 20 gunungan yang diarak berasal dari perwakilan enam agama, perguruan tinggi, sekolah, dan berbagai kelompok masyarakat.
“Undhuh-undhuh tahun ini istimewa karena pertama kalinya perwakilan semua agama terlibat dalam proses pemberkatan gunungan. Tahun-tahun sebelumnya hanya melibatkan tiga komunitas agama,” kata Joko Pamungkas.
Lurah Klitren Asruri menambahkan Kirab Budaya Undhuh-Undhuh merupakan wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil panen dan keberkahan yang diperoleh masyarakat.
“Pawai Undhuh-Undhuh ini merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas hasil panen. Tidak hanya hasil bumi, tapi juga hasil dari berbagai ihtiar seperti keberhasilan dalam pendidikan, kesembuhan dari penyakit, dan keberhasilan usaha atau dagangan yang laris manis,” ungkapnya.
Wali Kota Jogja Hasto Wardoyo yang turut hadir memaknai kirab ini sebagai salah satu bentuk kerukunan umat beragama. Menurutnya, kerukunan beragama harus selalu dijaga dan dilestarikan seperti yang digambarkan kegiatan ini.
“Ini menjadi lambang pemersatu berbagai macam etnis, suku, ras dan golongan. Kita ini tidak mengenal hal-hal yang sifatnya primordial, tapi kita mengutamakan kebersamaan, persatuan,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

SBY: Sidang Umum PBB September Bisa Jadi Forum untuk Mengakhiri Genosida di Gaza
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- Viral Pegawai Puskesmas Karaoke di Jam Kerja, Begini Tanggapan Dinas Kesehatan Gunungkidul
- Satu Tersangka Perusakan Mobil Polisi di Godean Ternyata Pedagang Kaki Lima
- Penampungan Sampah Ilegal di Nologaten Sleman Belum Ditindak, Warga Keluhkan Bau Tak Sedap
- BPN Bantul Mulai Mengevaluasi Tanah Mangkrak, Bisa Diambil Alih Negara
- Stadion Maguwoharjo Boleh untuk Siapa Saja, Bupati Sleman Ungkap Isi Pertemuan dengan Manajemen PSIM Jogja dan PSBS Biak
Advertisement
Advertisement