Advertisement
Makna di Balik Prosesi Jamasan Tombak Pusaka Kyai Agnyo Murni Milik Pemkab Bantul

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Prosesi jamasan Tombak Kyai Agnyo Murni, yang menjadi salah satu pusaka milik Pemerintah Kabupaten Bantul digelar pada Jumat (25/7/2025) di Pendopo Rumah Dinas Bupati Trirenggo.
Prosesi ini bertepatan dengan Jumat di bulan Suro. Seluruh peserta upacara, termasuk para abdi dalem, mengenakan pakaian tradisional Jawa dan diiringi alunan gamelan serta lantunan sinden.
Advertisement
BACA JUGA: Indonesia U-23 Hadapi Vietnam di Final Piala AFF, Erick: Kita Lawan Keras Mereka!
Rangkaian acara dimulai dengan Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, yang menyiram tombak dengan air suci dari kendi, kemudian membersihkannya memakai kain mori, serta mengoleskan minyak wangi.
Bunga melati di ujung tombak juga diganti dengan yang segar. Selain Tombak Kyai Agnyo Murni, pusaka-pusaka lain dari 17 Kapanewon juga menjalani prosesi serupa, termasuk pusaka milik tamu undangan yang hadir.
Kepala Dinas Kebudayaan Bantul, Yanatun Yunadiyana menjelaskan bahwa tradisi jamasan pusaka merupakan warisan luhur yang bukan sekadar seremoni, tetapi juga sarat nilai spiritual.
Katanya melalui siraman ini, diharapkan dapat mensucikan jiwa raga serta memohon kesejahteraan dan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pusaka yang menjadi simbol kemuliaan dan kekuatan, kata dia, harus terus dijaga dan dirawat keberadaannya.
“Terkait dengan hal tersebut Dinas Kebudayaan Kabupaten Bantul menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Bupati, Bapak Sekda dan semua pihak. Lalu para kepala OPD, panemu dan semua abdi dalem yang sudah memberikan dukungan dan juga doa sehingga acara siraman ini bisa terlaksana dengan lancar,” katanya.
BACA JUGA: KPK Sebut Ridwan Kamil Samarkan Kepemilikan Kendaraan
Seusai prosesi jamasan itu, kegiatan dilanjutkan dengan pagelaran pameran pusaka yang menampilkan koleksi milik perangkat daerah di lingkungan Kabupaten Bantul.
Bupati Bantul menambahkan bahwa ritual jamasan merupakan ungkapan rasa syukur sekaligus penghormatan terhadap para leluhur.
Menurutnya, pembersihan pusaka juga mengandung filosofi membersihkan diri secara lahir dan batin, sebagaimana pusaka yang selalu dirawat agar tetap awet dan bermanfaat. “Maka kita harus mensucikan hati dan pikiran agar hidup kita berkah,” katanya.
Selain sebagai tradisi tahunan, siraman pusaka kali ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada Ngarso Dalem Sri Sultan HB X, yang pernah menghadiahkan Tombak Kyai Agnyo Murni kepada Kabupaten Bantul pada Hari Jadi ke-169 pada tahun 2000.
Tombak tersebut menyiratkan makna mendalam, kata Agnyo melambangkan pemerintahan, sementara Murni berarti kesucian. Tombak ini juga merepresentasikan ikatan kuat antara rakyat dengan pemerintah Kabupaten Bantul, sejalan dengan visi Bantul Bumi Satriya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Presiden Prabowo Belum Tandatangani Keppres Pemindahan Ibu Kota Negara ke Nusantara, Ini Penjelasan Istana
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- BPN Bantul Mulai Mengevaluasi Tanah Mangkrak, Bisa Diambil Alih Negara
- Stadion Maguwoharjo Boleh untuk Siapa Saja, Bupati Sleman Ungkap Isi Pertemuan dengan Manajemen PSIM Jogja dan PSBS Biak
- Kurangi Volume Sampah, Pemkot Jogja Uji Coba Pemilahan Sampah Dimulai dari Penggerobak
- Diserempet Mobil, Pemotor Perempuan Masuk Saluran Air di Kulonprogo
- Festival Layang-Layang, Polisi Terapkan Arus Rekayasa Lalu Lintas Menuju Parangtritis 26-27 Juli
Advertisement
Advertisement