Advertisement
BPN Bantul Mulai Mengevaluasi Tanah Mangkrak, Bisa Diambil Alih Negara

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Pemerintah Pusat meminta setiap daerah mengevaluasi kepemilikan tanah yang tak dimanfaatkan. Jika ada bidang tanah yang mangkrak setidaknya selama dua tahun, pemerintah berpotensi mengambil alih tanah tersebut.
Kantor ATR/BPN Kabupaten Bantul mengaku siap menjalankan kebijakan Pemerintah Pusat terkait dengan evaluasi kepemilikan tanah yang tak dimanfaatkan.
Advertisement
Kepala ATR/BPN Bantul, Tri Harnanto menyebut tanah bersertifikat seperti Hak Guna Bangunan (HGB) atau Hak Guna Usaha (HGU) yang terbengkalai selama dua tahun berpotensi ditarik kembali oleh negara. "Selama kurang lebih dua tahun tidak ada aktivitas penggunaannya, akan dievaluasi dan bisa diambil alih kembali," ujar Tri, Kamis (24/7/2025).
Tri menjelaskan, proses pengambilalihan itu bisa dilakukan melalui lembaga Badan Bank Tanah, badan khusus di bawah Pemerintah Pusat yang bertugas mengelola aset tanah negara. "Kalau istilah ditarik, bisa dikelola oleh Bank Tanah. Itu lembaga pemerintah untuk menangani aset-aset tanah yang kembali ke negara," ucap dia.
Hanya saja, dia memastikan bahwa kasus semacam ini relatif kecil kemungkinannya terjadi di DIY.
Meski begitu, dia tetap mengingatkan pemilik hak atas tanah agar menjaga dan memelihara bidang tanahnya, setidaknya dengan menjaga batas bidang tetap jelas.
Dari sisi pengawasan, BPN menggunakan sistem pengendalian berbasis data melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk memantau ihwal penggunaan hak-hak atas tanah, baik oleh perorangan maupun badan hukum. “Dari hak-hak yang diberikan, nanti bisa dipantau apakah ada aktivitas atau tidak,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid menyatakan tanah-tanah yang sudah bersertifikat tetapi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi atau pembangunan dalam jangka waktu dua tahun dapat diambil kembali oleh negara.
Kebijakan ini dimaksudkan untuk mengatasi kelangkaan lahan produktif dan menertibkan spekulasi tanah.
Nusron juga mengabarkan bahwa sejauh ini sudah ada data sebanyak 184 bidang tanah sebagai tanah telantar. Untuk itu, kata dia, negara bisa mengambil alih tanah-tanah itu berdasarkan peraturan perundangan.
Dia menjelaskan menjelaskan penetapan tanah telantar dimulai dengan penertiban yang dilakukan kepala kantor wilayah BPN. Penertiban dilakukan bertahap, mulai dari evaluasi, peringatan 1-3, hingga usulan penetapan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

BMKG Minta Warga Poso Tingkatkan Kewaspadaan Seusai Terjadi 113 Gempa Susulan
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025
Advertisement
Berita Populer
- Transporter di Gunungketur, Kota Jogja Diikutkan BPJS Ketenagakerjaan
- Polres Bantul Bantu Warga Atasi Kekeringan di Trimurti, 300 KK Terdampak
- Ditinggal Menghadiri Acara Silat, Warga Sragen Kehilangan Laptop di Indekos Gunungkidul
- Truk Boks Seruduk Tronton Sedang Berhenti di Jalan Daendels Kulonprogo, Dua Orang Terluka
- JCW Desak Kejati DIY Tetapkan Tersangka Korupsi Pengadaan Bandwidth dan Sewa DRC Sleman
Advertisement
Advertisement