Advertisement

Promo November

Sejumlah Sekolah di Kulonprogo Berada di Kawasan Rawan Banjir dan Longsor

Catur Dwi Janati
Selasa, 30 Januari 2024 - 22:17 WIB
Maya Herawati
Sejumlah Sekolah di Kulonprogo Berada di Kawasan Rawan Banjir dan Longsor Ilustrasi Tanah Longsor / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO—Sejumlah sekolah di Kulonprogo berada di kawasan rawan bencana hidrometeorologi di musim hujan. Sekolah di pesisir rawan akan banjir, sedangkan di perbukitan rawan potensi longsor.

Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Disdikpora) Kulonprogo, Arif Prastowo mengungkapkan sejumlah sekolah di kawasan selatan memiliki potensi terjadi banjir. Sekolah-sekolah yang rawan banjir itu meliputi Panjaitan, sebagian Wates dan Lendah.

Advertisement

"[Wilayah] itu yang beberapa kali, beberapa tahun terakhir terjadi banjir, genangan di sekolah-sekolah itu," jelas Arif dikutip pada Selasa (30/1/2024).

Ancaman tanah longsor juga membayangi sejumlah sekolah di kawasan perbukitan. Daerah perbukitan seperti Kokap, Samigaluh dan Girimulyo rawan akan tanah longsor.

"Sekolah perlu mengantisipasi ini untuk meminimalkan risiko. Intinya memimimalkan risiko dan upaya mitigasi," ujarnya.

Upaya mitigasi yang bisa dilakukan sekolah lanjut Arif bisa melalui kegiatan membersihkan saluran air. Saluran-saluran air di sekitar sekolah harus dipastikan berfungsi agar tidak terjadi banjir. Sementara untuk sekolah di kawasan rawan longsor harus berkoordinasi dengan sukarelawan setempat mengenai potensi longsor saat terjadi hujan dengan durasi yang lama.

BACA JUGA: Dugaan Penganiayaan Pendukung Ganjar, Polres Gunungkidul: Itu SOP Paspampres

"SD terutama di daerah perbukitan ada yang sangat dekat dengan tebing. Itu misalnya SD Sermo itu sangat dekat dengan tebing meskipun belum ada kejadian. Saya minta mereka untuk waspada," jelasnya

Dalam kondisi darurat Disdikpora Kulonprogo memperbolehkan sekolah untuk meniadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Hal ini untuk mengutamakan keselamatan siswa dan warga sekolah lainnya.

"Bahkan kami sudah perintahkan kepada sekolah-sekolah, jika di siang hari itu cuaca cukup mengkhawatirkan, hujan deras atau mendung begitu tebal dan ada potensi hujan lebat, saya minta sekolah untuk dipulangkan saja untuk belajar di rumah," katanya.

Jangan sampai saat terjadi bencana baru mereka dipulangkan. Atau siswa tertahan di sekolah dan tidak bisa pulang.

"Itu lebih berisiko, sehingga pada waktu Samigaluh itu saya sudah minta jika siang saat pembelajaran itu ada cuaca yang tidak bagus maka silahkan untuk memulangkan anak-anak belajar di rumah," katanya.

Termasuk peniadaan pembelajaran sekolah pada pagi hari. Bila terdapat bencana di pagi hari, siswa bisa belajar di rumah.

Skema belajar di rumah bisa menerapkan belajar mandiri atau penugasan dari guru. Jika dimungkinkan, pembelajaran bisa dilakukan daring. Tentunya itu tergantung pada jaringan, pasalnya potensi jaringan yang tidak stabil saat bencana sangat tinggi.

Dalam hal ini, komunikasi antara guru dan orang tua menurut Arif sangat penting. Informasi peniadaan pembelajaran atau pulang lebih awal bisa disampaikan menggunakan jaringan WA Group yang telah terbentuk saat Covid-19.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pemerintah Segera Menyusun Data Tunggal Kemiskinan

News
| Jum'at, 22 November 2024, 23:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement