Advertisement

Promo November

Guru Besar UGM Dicaci Maki lewat Pesan Tertulis, Ini Tanggapan Pihak Rektorat

Catur Dwi Janati
Senin, 18 Maret 2024 - 21:27 WIB
Catur Dwi Janati
Guru Besar UGM Dicaci Maki lewat Pesan Tertulis, Ini Tanggapan Pihak Rektorat Universitas Gadjah Mada / ist

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Kabar adanya pesan berisi cacian yang ditujukan kepada salah satu Guru Besar UGM pasca terlibat aksi menyerukan penyelamatan demokrasi sampai ke telinga rektorat. Pihak Rektorat UGM mengonfirmasi ada satu Guru Besar UGM yang mendapat pesan tersebut.

Pesan berisi cacian tersebut didapatkan oleh Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Koentjoro seusai terlibat dalam beberapa aksi yang menyuarakan penyelamatan demokrasi. Koentjoro terlibat dalam Petisi Bulaksumur maupun aksi Kampus Menggugat yang belum lama ini digelar.

Advertisement

Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu telah menanyakan keadian ini ke beberapa dosen maupun guru besar, apakah mendapat pesan serupa. Sejauh ini hanya Prof. Koentjoro yang disebut Sandi mendapatkan pesan tersebut.

"Saya tanya ke beberapa guru besar, dosen yang hadir dalam Kampus Menggugat itu enggak ada [menerima pesan]. Enggak ada seperti itu, jadi cuma Prof. Koen dan saya juga konfirmasi ke beberapa orang," ungkap Sandi pada Senin (18/3/2024).

Temuan ini membuat Sandi tidak bisa menggeneralisir bahwa semua yang hadir dalam aksi mendapat pesan berisi cacian. Pasalnya hingga saat ini hanya Prof. Koentjoro yang diketahui mendapatkan pesan semacam itu.

Di sisi lain, Sandi menegaskan jika aksi yang diikuti sejumlah civitas akademika UGM merupakan hak dari setiap insan akademis. Menurutnya, merupakan hak mereka untuk menyuarakan pendapat.

"Menurut kami itu adalah hak dari setiap insan akademis untuk menyuarakan proses mereka. Jadi prinsipnya kalau kami itu hal yang lumrah di dunia akademik dan itu dilakukan juga oleh teman-teman civitas akademika," ujarnya.

BACA JUGA: 4.200 Jiwa Mengungsi Akibat Banjir Pantura Demak dan Kudus

Bagi Sandi, kalau ada siapa pun yang merupakan bagian dari civitas akademika dan tendik, UGM punya kewajiban untuk melindungi. Sepanjang itu dalam konteks koridor akademik dan kerja-kerja pendidikan tinggi, maka kampus ditegaskan Sandi siap untuk melindungi.

"Ya kalau kami sepanjang itu mengganggu, kami akan melindungi. Tetapi kan suara suara dari teman-teman itu adalah suara-suara dari setiap akademisi yang merupakan bagian dari UGM. Oleh karena itu jadi proses ini, ini adalah bentuk kami melindungi teman-teman dalam aspek kebebasan mereka untuk menyampaikan pendapat. Apalagi dari akademisi dan koridornya pun dalam koridor akademik," katanya.

Sebelumnya Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Koentjoro mendapat pesan berisi caci maki pada Sabtu (16/3/2024) pagi melalui pesan Whatsapp oleh orang yang tak dikenal. Isi pesan tersebut menyebut Koentjoro tidak tahu diri dan menuduhnya tengah mencari jabatan.

"Intinya [pesan Wa itu] orang tua enggak tahu diri, curang, curang, curang. Saya dianggap pro 03. Mau cari jabatan, ingat janggutmu sudah tua," ujar Koentjoro mengungkap isi pesan yang diterimanya.

Tak gentar, Koentjoro justru membalas balik si pengirim pesan. Nomor misterius yang menghubungi Koentjoro didapati ada logo instansi tertentu. Karena yakin yang bersangkutan tidak ada kaitannya dengan instansi tersebut, Koentjoro balik akan melaporkan si pengirim pesan. Namun pengirim pesan hanya diam tak membalas. "Saya ancam balik saya laporkan, dia diam. Saya dibantu teman dari Polda, terlacak [pengirim pesan] dari Batam," ungkapnya.

Pesan ini menurut Koentjoro bukan dari buzzer, melainkan dari lonewolf. "Ya tapi terlalu kecil, hanya satu dan lonewolf bukan buzzer," ujarnya.

Malahan Koentjoro lebih banyak mendapat gangguan usai ikut dalam Petisi Bulaksumur. Bahkan dia mendapat laporan satpam, kantornya sempat didatangi orang tak dikenal. "Itu lebih banyak, pelakunya buzzer, kalau itu bicaranya juga enggak sopan. Bahkan kata Satpam Fakultas Psikologi, saya di kantor ada yang mendatangi dua kali, ngakunya dari Kalimantan," ungkapnya.

 

Menghadapi hal ini, Koentjoro justru menjadikannya sebagai objek belajar.  "Langkah saya malah saya gunakan objek belajar. Santai, saya sama sekali tidak takut," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri

News
| Sabtu, 23 November 2024, 02:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement