Advertisement

Ini Manfaat Pengembangan Kleresede yang Dilakukan PLN bersama Pemda DIY di Gunungkidul

Abdul Hamied Razak
Jum'at, 22 Maret 2024 - 14:17 WIB
Abdul Hamied Razak
Ini Manfaat Pengembangan Kleresede yang Dilakukan PLN bersama Pemda DIY di Gunungkidul Kegiatan FGD yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI dan PT. PLN Energi Primer Indonesia ini sangatlah penting dan strategis pada Kamis (21/3/2024) di Hotel Eastparc, Sleman. Ist - humaspemdadiy

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—PT. PLN Energi Primer Indonesia bersama Pemda DIY terus mengembangkan tanaman Kleresede di Gunungkidul. Selain untuk mengembangkan Energi Baru Terbarukan dari biomassa kayu, program tersebut bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekosistem Green Economy dan mendukung Net Zero Emission (NZE).

Menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada FGD Pengembangan Sirkular Ekonomi Melalui Revitalisasi Lahan Kritis Energi, revitalisasi lahan kritis sangat krusial dalam mendukung berbagai aspek kehidupan. Pasokan energi yang stabil dan handal dibutuhkan untuk dari mulai penerangan sehari-hari, transportasi, hingga sektor industri yang menjadi tulang punggung ekonomi negara.

Advertisement

BACA JUGA: Gempa Magnitudo 6 di Tuban Tak Berpotensi Tsunami, Berikut Penjelasan BMKG

“Saya mendukung penuh inisiatif diversifikasi sumber energi melalui pemanfaatan bahan bakar biomassa berbasis kayu hutan produksi atau hutan tanaman energi. Inisiatif yang digagas oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI dan PT. PLN Energi Primer Indonesia ini sangatlah penting dan strategis,” kata Sri Sultan pada Kamis (21/3/2024) di Hotel Eastparc, Sleman.

Pada FGD yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi RI ini, Sri Sultan menyebut, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi krisis energi. Kemitraan yang kuat antara sektor publik dan swasta dapat mendorong inovasi, investasi, dan pengembangan infrastruktur yang dibutuhkan untuk memperkuat sistem energi negara.

Saat ini DIY telah memulai upaya pemanfaatan bahan bakar biomassa sebagai campuran bahan bakar pada PLTU, melalui tanaman Kleresede, yaitu sejenis perdu dari kerabat polong-polongan. Sebagai tanaman pagar hidup, Kleresede mempunyai banyak fungsi sebagai peneduh di pekarangan dan pelindung tanaman. Tanaman kleresede ini memiliki daun untuk pakan ternak. Sementara batangnya, bisa dipotong-potong untuk pembakaran biogas.

“Kerjasama ini saya kira bisa ada lanjutan, karena masyarakat di Gunungkidul itu yang saya lihat itu juga satu kelurahan inisiatif Pak Lurah melakukan pembibitan 50.000. Satu bibir dihargai 1.000. Setidaknya dalam 1 desa beredar Rp50.000.0000,00 yang bisa memperbaiki ekonomi juga,” kata Sri Sultan.

Sri Sultan menambahkan, apabila besaran lahan kebun Kleresede yang sudah sekitar 60 hektar ini apabila ditambah, maka pembenihan juga bertambah. Daun Kleresede akan menjadi salah satu solusi mengatasi kebutuhan pakan ternak. Sedangkan batang kayunya akan menopang kebutuhan PLN atas pengganti batubara, dengan harga lebih murah.

Tantangan untuk memenuhi pasokan energi sangat besar. Ketergantungan manusia sangat tinggi pada bahan bakar fosil. Selain itu dampak perubahan iklim global, pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang terus berlangsung juga menimbulkan ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan energi.

“Kita perlu mengambil langkah-langkah proaktif. Efisiensi energi, adopsi teknologi penghemat energi, dan konservasi energi harus disikapi sebijak mungkin. Diversifikasi sumber energi sangat penting. Tidak bisa hanya mengandalkan bahan bakar fosil. Investasi dalam energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, dan biomassa, harus terus ditingkatkan,” kata Sri Sultan.

Direktur Utama PT PLN EPI, Iwan Agung Firstantara mengatakan PT PLN EPI melakukan pembinaan dan pendampingan kepada masyarakat terkait program tersebut. Pola pendampingan dan kemitraan ini juga dilakukan di wilayah Cilacap, Banten, Tasikmalaya dan Kalimantan Utara (Kaltara) dengan konsep yang sama.

Selain menggunakan tanah Sultanat Ground, masyarakat juga melakukan penanaman mandiri di lahan milik pribadi termasuk juga di lahan-lahan kritis. "Untuk penanaman Kleresede secara mandiri luasnya bisa tiga kali lipat dari luasan program PT PLN EPI. Kami terus melakukan pendampingan dan pembinaan agar memberikan manfaat bagi masyarakat,” katanya.

BACA JUGA: Proyek Pengerjaan Jalan Tol Jogja Bawen Dihentikan Mulai H-10 Lebaran 2024

Penanaman Kleresede merupakan salah satu program dari pengembangan kawasan ekonomi hijau (green economy) di DIY dalam rangka mendukung Net Zero Emission dengan melibatkan masyarakat Gombang dan Karang Asem. Tanaman Kleresede setelah berusia enam bulan daunnya bisa dipanen dan menjadi pakan ternak. Ranting atau batang akan dijadikan bahan bakar biomassa di PLTU Pacitan sebagai pengganti bahan bakar fosil (batu bara).

"Kami tidak hanya melakukan penanaman dan pendampingan kepada masyarakat cara mengelola hutan energi tapi juga pengelolaan ternak termasuk pembuatan pupuk dari kotoran sehingga bisa menjadi rantai pasok biomassa. Selain itu juga mengembangkan UMKM binaan," katanya.

Nani Hendiarti, Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves mengatakan, DIY bekerjasama dengan PT PLN Energi Primer telah menjadi pilot project pengembangan biomassa. Upaya ini sekaligus sebagai bentuk pemulihan lahan kritis, lahan terdegradasi dan ekonomi serkuler. Masyarakat terlibat langsung dan mendapatkan benefit dari upaya menumbuhkan energi terbarukan ini,

Ia menyebut, upaya-upaya ini adalah antisipasi terhadap menipisnya energi tidak terbarukan, sekaligus menjawab tantangan kebutuhan energi masyarakat yang semakin komplek. Kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk melakukan pemenuhan energi terbarukan pun sudah mendapatkan izin dari kementerian terkait.

“Kita dorong pemanfaatan limbah kayu dan hasilnya ini menjadi biomassa. Artinya, tidak ada tersisa limbah pohon, semuanya bermanfaat baik daun maupun kayunya,” kata Nani.

Kondisi Masyarakat

Terpisah, Ketua Bebadan Pangreksa Loka Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Raden Mas Gustilantika Marrel Suryokusumo mengatakan sebelum pengembangan Green Economy Village (GEV) dilakukan, tidak sedikit peternak di Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong, Gunungkidul yang menjual ternaknya hanya untuk membeli pakan ternak. Terutama saat musim kemarau panjang.

Cerita miris tersebut, lanjut Mas Marrel, dapat diatasi salah satunya dengan mengembangkan GEV. Pengembangannya dilakukan oleh Kraton Jogja sejak 2023 lalu bersama dengan PT PLN Energi Primer Indonesia lantas. GEV tersebut dimulai dari penyediaan pakan hewan ternak dengan tanaman multifungsi seperti gamal, gmelina, kaliandra merah, dan indigofera. 
"Pruning perdana daun pakan ternak telah dilakukan pada 5 September 2023 lalu," katanya. 

Menurut Mas Marrel, sebelum pengembangan GEV dilakukan, pihak Kraton terlebih dahulu memetakan kawasan sisa yang kritis atau tidak dimanfaatkan oleh warga. “Permasalahan di Gunungkidul itu, banyak warga yang memiliki ternak kesulitan mendapatkan pakan ternaknya. Pakan ternak cukup sulit didapat apalagi saat musim kemarau,” katanya.

Tak jarang, lanjutnya, peternak harus mencari pakan sampai ke kabupaten lain. Saking sulitnya, peternak akan mengorbankan beberapa ternaknya untuk dijual. Tujuannya, agar dapat membeli pakan ternak. "Dari situ, pakan ternak menjadi salah satu masalah yang harus diselesaikan. Sebab itu ladang pakan perlu dikembangkan seperti di Kalurahan Gombang sebagaimana sedang dikerjakan Kraton Jogja dan PT PLN. Maka, pengembangan GEV perlu melibatkan masyarakat karena masyarakat menjadi bagian rantai pemasok utama untuk energi terbarukan," katanya.

Direktur Biomassa PT PLN Energi Primer Indonesia, Antonius Aris Sudjatmiko mengatakan kerja sama dengan Kraton Jogja bertujuan untuk membangun ekosistem GEV. Hal ini selaras dengan konsep Hamemayu Hayuning Bawono yang dimulai dari pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan, sosial, dan tata kelola pangan sampai energi.

“Mulainya itu dari pembuatan pupuk organik dari FABA [Fly Ash dan Bottom Ash], konsep sirkular ekonomi dari limbah tenaga uap di Pacitan dan Cilacap,” kata Aris.

Limbah PLTU diolah bersama dengan kotoran ternak dan limbah pertanian seperti sekam. Pupuk ini lah yang digunakan untuk pembibitan tanaman multifungsi seperti gamal, gmelina, kaliandra merah, dan indigofera. Pada 2023, Aris menyampaikan telah menanam 50.000 pohon. Sedangkan pada 2024, ada 50.000 pohon.

"Tanaman ini disebut multifungsi karena daunnya dapat digunakan untuk pakan ternak dan ranting menjadi bahan pembuatan biomassa," katanya.

Dukuh Ngrejek Wetan, Narsiko mengaku tanaman multifungsi tersebut sangat membantu peternak dalam meningkatkan pasokan pakan ternak. Ada sekitar 50% peternak di Padukuhannya yang mendapat manfaat. “Musim kemarau kemarin banyak peternak mengeluarkan biaya untuk pakan ternak. Belum terkover semua. Tanaman ini masih bisa dikembangkan,” kata Narsiko.

Upaya pengembangan terbuka lebar di wilayahnya karena masih ada Sultan Ground untuk dapat ditanami tanaman multifungsi itu. Hal itu juga diamini oleh Panewu Ponjong, Irwan Triwibowo. Dia juga membenarkan bahwa rata-rata peternak di wilayahnya terpaksa menjual ternak seperti sapi untuk membeli pakan ternak jika terjadi kemarau panjang.

“Daerah ini termasuk kalurahan yang kekurang air seperti di sebagian Kenteng, Tambakromo, dan Karangasem. Kalau sudah kemarau panjang, paling tidak sekitar 50 persen peternak yang terpaksa menjual ternaknya,” kata Irwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pesawat Medis Jatuh di Area Padat Gedung Philadelphia, Begini Kronologinya

News
| Sabtu, 01 Februari 2025, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Hindari Macet dengan Liburan Staycation, Ini Tipsnya

Wisata
| Senin, 27 Januari 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement