Tercemar Berat, Parameter Mikrobiologi di Sungai Code Jauh Lampaui Baku Mutu
Advertisement
Harianjogja.com, UMBULHARJO—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja rutin melakukan pengujian sampel air sungai setiap bulannya. Hasil analisa terbaru yakni hasil pengujian pada akhir tahun 2023.
Kepala Seksi Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Kota Jogja Intan Dewani menuturkan Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong diketahui dalam kondisi tercemar berat. Ini dilihat dari beberapa hasil pengujian terhadap beberapa parameter. Meskipun, Intan mengakui ada sedikit perbaikan kualitas air jika dibanding dengan 2022. Namun, tak signifikan.
Advertisement
Paling parah yakni pada cemaran mikrobiologi. DLH menguji parameter mikrobiologi untuk mengetahui keberadaan Total Coliform dan Fecal Coliform. Intan menyebut hasil pengujian menunjukkan kadar keduanya jauh melebihi baku mutu. Saat ditanya berapa tepatnya kadar Total Coliform dan Fecal Coliform di Sungai Code, Intan tak menyebut secara gamblang.
"Itu di atas baku mutu banget," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (22/3).
Baca Juga
Hasil Penelitian, Kali Code Jogja Tercemar Logam Berat dan Limbah Antibiotik
Ini Biang Kerok Pencemaran Sungai dan Embung di Jogja
DLH Nilai Semua Sungai Di Jogja Tercemar, Ini Jenis Pencemarannya
Dia menyebut kondisi ini bisa terjadi disebabkan oleh berkembangnya penduduk di kawasan yang padat, sehingga menjadikan cemaran limbah domestik juga semakin banyak. Di sisi lain Intan pun menyoroti instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang hanya fokus pada Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biologycal Oxygen Demand (BOD). Tidak menyentuh pada pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi kadar mikrobiologi. Apalagi, dia menuturkan masih banyak warga yang membuang air limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Inilah yang menyebabkan beban pencemaran di sungai tinggi.
"Kalau dikaitkan dengan IPAL yang selama ini di Kota Jogja banyak, kinerjanya bagus sesuai dengan yang direncanakan itu untuk BOD COD, itu memang bisa menurunkan. Tapi kalau perencanaan untuk coli sepertinya belum. Jadi perlu ditambahkan treatment tambahan di situ untuk mikrobiologi," jelasnya.
Selain parameter mikrobiologi, pihaknya juga melakukan pengujian terhadap 5 parameter logam. Kelimanya adalah tembaga, krom, katmium, seng, dan timbal. Hasil terbaru menujukkan parameter logam masih berada di bawah baku mutu. Cemaran logam menurutnya bisa disebabkan oleh buangan limbah industri. Namun, di Kota Jogja jumlah pabrik juga terbilang sedikit. Sehingga tak ada pengaruh yang terlalu signifikan.
"Sesuai dengan sampel yang kami ambil itu dari tahun ke tahun masih di bawah kadar baku mutu," ucapnya.
Sementara, Intan mengaku belum melakukan pengujian yang menunjukkan kadar antibiotik. Dia juga tak tahu pasti apa saja parameter yang harus digunakan untuk menguji keberadaan antibiotik pada air sungai. "Antibiotik kami tidak tahu parameternya apa. Mungkin itu kasuistik," tuturnya.
Pada 2024, pengujian masih akan terus dilakukan. Tepatnya setiap bulan sekali pada semua sungai yang mengalir di Kota Jogja. "Jadi satu sungai 10 sampai 12 kali pengambilan. Masing-masing di lima titik," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kronologi Truk Box Tabrak Motor di Jalan Turi-Tempel yang Tewaskan Satu Orang
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Kamis 21 November 2024
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
Advertisement
Advertisement