Advertisement

Tercemar Berat, Parameter Mikrobiologi di Sungai Code Jauh Lampaui Baku Mutu

Alfi Annisa Karin
Jum'at, 22 Maret 2024 - 20:47 WIB
Mediani Dyah Natalia
Tercemar Berat, Parameter Mikrobiologi di Sungai Code Jauh Lampaui Baku Mutu Ilustrasi Warga mengambil barang-barang dari bangunan yang ambrol akibat jebolnya tanggul Kali Code di daerah Prawirodirjan, Gondomanan, Jogja, Rabu (5/12/2018). - Harian Jogja/Galih Yoga Wicaksono (M125).

Advertisement

Harianjogja.com, UMBULHARJO—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja rutin melakukan pengujian sampel air sungai setiap bulannya. Hasil analisa terbaru yakni hasil pengujian pada akhir tahun 2023.

Kepala Seksi Pengawasan Lingkungan Hidup DLH Kota Jogja Intan Dewani menuturkan Sungai Code, Winongo, dan Gajahwong diketahui dalam kondisi tercemar berat. Ini dilihat dari beberapa hasil pengujian terhadap beberapa parameter. Meskipun, Intan mengakui ada sedikit perbaikan kualitas air jika dibanding dengan 2022. Namun, tak signifikan.

Advertisement

Paling parah yakni pada cemaran mikrobiologi. DLH menguji parameter mikrobiologi untuk mengetahui keberadaan Total Coliform dan Fecal Coliform. Intan menyebut hasil pengujian menunjukkan kadar keduanya jauh melebihi baku mutu. Saat ditanya berapa tepatnya kadar Total Coliform dan Fecal Coliform di Sungai Code, Intan tak menyebut secara gamblang.

"Itu di atas baku mutu banget," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (22/3).

Baca Juga

Hasil Penelitian, Kali Code Jogja Tercemar Logam Berat dan Limbah Antibiotik

Ini Biang Kerok Pencemaran Sungai dan Embung di Jogja

DLH Nilai Semua Sungai Di Jogja Tercemar, Ini Jenis Pencemarannya

Dia menyebut kondisi ini bisa terjadi disebabkan oleh berkembangnya penduduk di kawasan yang padat, sehingga menjadikan cemaran limbah domestik juga semakin banyak. Di sisi lain Intan pun menyoroti instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang hanya fokus pada Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biologycal Oxygen Demand (BOD). Tidak menyentuh pada pengolahan limbah yang bertujuan untuk mengurangi kadar mikrobiologi. Apalagi, dia menuturkan masih banyak warga yang membuang air limbah langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Inilah yang menyebabkan beban pencemaran di sungai tinggi.

"Kalau dikaitkan dengan IPAL yang selama ini di Kota Jogja banyak, kinerjanya bagus sesuai dengan yang direncanakan itu untuk BOD COD, itu memang bisa menurunkan. Tapi kalau perencanaan untuk coli sepertinya belum. Jadi perlu ditambahkan treatment tambahan di situ untuk mikrobiologi," jelasnya.

Selain parameter mikrobiologi, pihaknya juga melakukan pengujian terhadap 5 parameter logam. Kelimanya adalah tembaga, krom, katmium, seng, dan timbal. Hasil terbaru menujukkan parameter logam masih berada di bawah baku mutu. Cemaran logam menurutnya bisa disebabkan oleh buangan limbah industri. Namun, di Kota Jogja jumlah pabrik juga terbilang sedikit. Sehingga tak ada pengaruh yang terlalu signifikan.

"Sesuai dengan sampel yang kami ambil itu dari tahun ke tahun masih di bawah kadar baku mutu," ucapnya.

Sementara, Intan mengaku belum melakukan pengujian yang menunjukkan kadar antibiotik. Dia juga tak tahu pasti apa saja parameter yang harus digunakan untuk menguji keberadaan antibiotik pada air sungai. "Antibiotik kami tidak tahu parameternya apa. Mungkin itu kasuistik," tuturnya.

Pada 2024, pengujian masih akan terus dilakukan. Tepatnya setiap bulan sekali pada semua sungai yang mengalir di Kota Jogja. "Jadi satu sungai 10 sampai 12 kali pengambilan. Masing-masing di lima titik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Golkar Targetkan Kemenangan Pilkada 2024 di Atas 70%

News
| Sabtu, 27 April 2024, 17:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement