Advertisement
Kelurahan Keparakan Dorong Inovasi Olah Sampah Organik lewat Budidaya Maggot

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA–Dalam upaya menekan volume sampah organik di tingkat rumah tangga, Kelurahan Keparakan, Kota Jogja menginisiasi pengolahan sampah menggunakan maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Program ini menjadi salah satu solusi inovatif dan berkelanjutan dalam pengelolaan sampah, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi warga.
Lurah Keparakan, Yusuf Ahbari, menyampaikan permasalahan sampah, terutama di wilayah padat penduduk seperti Kota Jogja memerlukan penanganan serius.
Advertisement
“Sampah sudah menjadi isu utama di wilayah perkotaan, termasuk di Keparakan. Saat ini kami sudah memiliki 14 bank sampah yang tersebar di seluruh RW, namun fokusnya masih pada sampah kering yang bernilai jual,” ujarnya, Selasa (24/6/2025).
Dia menjelaskan, untuk sampah organik atau sampah basah seperti sisa makanan, masih dibutuhkan perhatian lebih. Selama ini penanganannya baru sebatas melalui biopori, ember tumpuk, Losida, hingga dijadikan pakan ternak. Karena itu, pihaknya menggagas alternatif tambahan melalui budidaya maggot.
BACA JUGA: Pemkot Jogja Siagakan Armada dan Tambahan Personel Atasi Sampah di Masa Liburan
Sebagai langkah awal, menurutnya, Kelurahan Keparakan menggelar Pelatihan Budidaya Maggot bagi masyarakat. Dalam pelatihan tersebut, masyarakat diberikan pemahaman menyeluruh mulai dari aspek teknis hingga manfaat ekonomis dari budidaya maggot. Dalam pelatihan tersebut, materi seputar siklus hidup maggot, kandungan nutrisi, manfaatnya untuk lingkungan dan ternak, serta panduan teknis budidaya juga diberikan.
“Kami menjelaskan detail tentang konstruksi kandang, lokasi ideal, perawatan, serta jenis pakan yang dapat digunakan, seperti sisa sayuran, umbi-umbian, hingga ampas tahu,” katanya.
Sementara itu, ada pula inovasi Si Komat (Kotak Maggot Atasi Sampah Organik), yaitu sebuah perangkat praktis untuk pengolahan sampah rumah tangga berbasis maggot. Menurut Yusuf, inovasi tersebut diharapkan mempermudah warga dalam memulai budidaya secara mandiri di rumah masing-masing.
Melalui pelatihan ini, dia berharap warga tak hanya memahami manfaat lingkungan dari budidaya maggot, tetapi juga melihat potensi ekonominya.
“Dengan budidaya maggot, selain bisa mengurangi limbah makanan, warga juga bisa mendapatkan nilai tambah secara ekonomi. Kami ingin ke depan program ini bisa dijalankan baik secara individu maupun kelompok,” katanya.
Menurutnya, program ini menjadi bagian dari upaya strategis pemerintah Keparakan dalam mendorong masyarakat menuju pengelolaan sampah berbasis partisipasi dan kemandirian, dengan menjadikan lingkungan rumah sebagai titik awal perubahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pesawat Boeing 737 Japan Airlines Alami Gangguan Tekanan Udara, Mendadak Turun dari Ketinggian 26.000 Kaki
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Bantul Gelontorkan Rp1 Miliar untuk Perkuat Koperasi Desa Merah Putih
- Penataan Lempuyangan, Juru Bicara Warga Satu Rumah Sengketa Minta PT KAI Daop 6 Kantongi Surat Eksekusi
- Ubur-Ubur Mulai Jarang Terlihat di Pantai Gunungkidul, Pengunjung Tetap Diminta Waspada
- Jumlah Anak Tidak Sekolah Usia SMA di Kulonprogo Mencapai 329, Ini yang Akan Dilakukan Balai Dikmen
- Optimalisasi Penggunaan SIM Linmas Terus Didorong
Advertisement
Advertisement