Advertisement
Menimbulkan Bau TPSS Gadingsari Bantul Dikeluhkan Warga, Panewu Mengaku Sudah Sosialisasi
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Pemerintah Kapanewon Sanden angkat bicara terkait adanya keluhan warga di sekitar lokasi Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPSS) Gadingsari, Sanden, Bantul.
Adanya keluhan warga yang merasa keberatan dengan keberadaan TPSS di Padukuhan Wonoroto merupakanhal yang wajar. Meskipun demikian, saat ini Pemeritah Kapanewon Sanden dan Pemkab Bantul terus melakukan sosialisasi terkait keberadaan TPSS dengan kapasitas 40 ton tersebut.
Advertisement
"Kalau ada pro dan kontra itu kan biasa. Sejatinya kami sudah sosialisasi ke warga. Memang tidak semua, karena hanya beberapa tokoh masyarakat. Tadi, juga kami kembali sosialisasi dan meminta warga untuk mendukung keberadaan TPSS tersebut," kata Panewu (Camat) Sanden Deni Ngajis Hartono, Senin (6/5/2024).
Lebih lanjut mantan Penewu Dlingo ini mengungkapkan, sebelum TPSS tersebut dioperasionalkan pada 1 Mei 2024 lalu, pihaknya sejatinya telah menginventarisir beberapa lokasi yang layak dijadikan TPSS. Hanya saja, dalam perkembangannya, akhirnya dipilihlah Tanah Kas Desa (TKD) seluas 3.600 meter persegi untuk dibangun TPSS dengan kapasitas 9.700 meter kubik tersebut.
BACA JUGA: Diduga Melecehkan Mahasiwa saat Bimbingan Skripsi, Begini Pengakuan Dosen UPN
"Jadi, semua sudah kami lakukan. Kami juga terus meminta kepada warga untuk mendukung program ini. Apalagi, ke depan, tempat tersebut juga akan digunakan untuk kepentingan bersama, karena akan menjadi lokasi agrowisata dan rest area," terang Deni Ngajis.
Sementara salah satu warga, Haryanto mengaku jika sosialisasi pembangunan tidak mengundang semua warga di wilayah tersebut. Padahal, keberadaan TPSS tersebut akan berdampak kepada timbulnya bau yang mengganggu warga sekitar. "Kami berharap bisa ditinjau ulang," terang Haryanto.
Hal sama juga diungkapkan oleh Jumijo. Pria yang tinggal tidak jauh dari TPSS itu mengaku meski dari pihak DLH telah mengupayakan agar TPSS tidak menimbulkan bau. Namun, tetap saja bau menyengat acap kali datang dan mengganggu kenyamanannya. "Untuk sosialisasi, sebelumnya memang saya sudah mengetahuinya," kata Jumijo.
Kepala DLH Bambang Purwadi mengatakan berbagai upaya dilakukannya untuk mengatasi persoalan terkait dengan keberadaan TPSS Gadingsari. Salah satunya adalah penerapan metode yang berbeda dengan model sanitary landfield untuk TPSS lainnya.
TPSS di Gadingsari didesain dengan memanfaatkan beberapa lubang penimbunan. Di mana, DLH melakukan pembuatan jugangan ukuran 10 meter x 13 meter dengan kedalaman empat meter per lubang. Di mana sampah yang sebelumnya telah dipilah ada akan langsung dimasukkan ke dalam jugangan yang sebelumnya dilapisi geomembran.
Selain itu, sampah yang dibuang nantinya juga akan disemprot dengan ecolindi untuk mencegah bau dan lalat kemudian ditutup dengan geomembran untuk mencegah air hujan membasahi sampah.
"Jadi setelah nanti penuh, maka kami gali lubang lainnya. Ini mempertimbangkan kondisi tanah yang berpasir dan kondisi medan, yang memang ada banyak pepohonan juga," ucap Bambang.
Â
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kasus Covid-19 di Singapura Meningkat 2 Kali Lipat dalam Sepekan
Advertisement
Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu
Advertisement
Berita Populer
- Jurnalis dan Pegiat Media Jogja Tolak RUU Penyiaran
- Hari Bakti Dokter Indonesia, IDI Gelar Baksos Operasi Bibir Sumbing di RSUD Sleman
- Puluhan Pewarta Berlaga di Turnamen Billiar Piala Wabup Sleman 2024 di 911 SCH, Ini Para Juaranya
- Produk Turunan Sawit UMKM Jogja Dipamerkan di Acara Indonesia Plantation Watch 2024
- Soal Potensi Kustini-Danang Kembali Berduet di Pilkada 2024, Ini Kata Sekretaris DPC PDIP Sleman
Advertisement
Advertisement