Advertisement
Ditetapkan Jadi Warisan Budaya Tak Benda Sleman, Begini Sejarah Tradisi Nyadran Wot Galeh

Advertisement
SLEMAN—Dinas Kebudayaan atau Kundha Kabudayan Sleman menyerahkan sertifikat Warisan Budaya Tak Benda terhadap Upacara Adat Nyadran Wot Galeh di Kalurahan Hargobinangun, Pakem. Simbolisasi penyerahan sertifikat dilaksanakan di Kawasan wisata Museum Gunung Merapi, Sabtu (7/9/2024).
Kepala Dinas Kebudayaan Sleman, Edy Winarya mengatakan usulan sertifikasi terhadap upacara adat Nyadran Wot Galeh sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya di Kabupaten Sleman.
Advertisement
Setelah Indonesia meratifikasi Convention for the Safeguarding of Intangible Cultural Herritage di 2003, yang disahkan melalui Peraturan Presiden No. 78/2007 tentang Pengesahan Convention for the Safeguarding of Intangible Cultural Heritage, maka diwajibkan melakukan pencatatan karya budaya dari seluruh negeri.
Kelanjutan dari proses pencatatan dan pendokumentasian dengan memberikan status budaya tak benda menjadi warisan budaya di Indonesia. Proses penetapan juga melalui jalan yang panjang karena harus mendapatkan rekomendasi tim ahli warisan budaya tak benda Indonesia. “Sampai 2023 sudah ada 22 karya budaya warisan tak benda. Salah satunya yang terbaru adalah Upacara Nyadran Wot Galeh,” kata, Edy Sabtu siang.
Selain menyerahkan sertifikat warisan budaya tak benda, juga diselenggarakan Festival Aneka Rujak. Kegiatan ini untuk mendorong kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam temu dan kenali budaya kalurahan serta mendukung pencatatan dan pendokumentasian Objek Pemajuan Kebudayaan khususnya makanan dan minuman tradisional di Sleman.
Selain itu, juga sebagai rangkaian peringatan Keistimewaan DIY. “Kegiatan ini kami ambil tema Warisan Budaya: Warisan Kita, Tanggung Jawab Bersama,” katanya.
Upacara Nyadran Wot Galeh tidak lepas adanya makam dari Pangeran Purbaya yang menjadi Senopati Perang di Kerajaan Mataram di masa Sultan Agung hingga Amangkurat 1. Pada 1676, Sang Pangeran meninggal dunia dan dimakamkam di Pemakaman Wot Galeh.
Oleh karena itu, secara turun temurun lewat lima generasi dilakukan peringatan melalui tradisi nyadran untuk mendoakan Pangeran Purbaya sehingga dikenal sebagai Upacara Wot Galeh.
Tradisi ini terus dilaksanakan setiap tahunnya. Ini juga sebagai bagian mengenal sejarah panjang berdirinya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Menteri Lingkungan Hidup Memuji Proses Konservasi Bekas Pabrik Gamping di Gunungkidul
- Bupati Sleman Bahas Kolaborasi Masyarakat dan Kalurahan untuk Majukan Desa di HUT Kalurahan Tirtomartani
- Libatkan Pelaku Usaha Lokal Dalam Pengadaan Barang dan Jasa, Tingkatkan Pemerataan Ekonomi di DIY
- Fakultas Peternakan UGM Jajaki Kerja Sama dengan Jaringan Jagal Indonesia
- Berstatus Anak, 2 Pelaku Penganiyaan di SPBU Kretek Dikenai Wajib Lapor
Advertisement