Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Prof. Mei Neni Sitaresmi menjelaskan penyakit JE disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis. Virus JE lanjut Mei umumnya terdapat pada hewan babi dan bangau putih yang acap kali dijumpai di sawah. Sementara nyamuk Culex sebagai perantara virus JE menggigit dua binatang tadi sehingga virus menular ke manusia melalui gigitan nyamuk tersebut.
Meski sama-sama berbahaya, salah satu pembeda Culex dengan nyamuk Aedes aegypti ada pada kebiasaan waktu menggigitnya. Nyamuk Aedes aegypti punya kebiasaan menggigit pada waktu siang dan sore hari, namun untuk nyamuk Culex mempunyai kecenderungan menggigit pada malam hari.
"Saat itulah virus bisa masuk ke dalam tubuh manusia," kata Mei, Rabu (2/10/2024) di kampus UGM.
Perlu digarisbawahi, virus JE tidak bisa ditularkan antar sesama manusia. Mei menerangkan virus yang masuk ke dalam tubuh manusia akan menimbulkan gejala layaknya infeksi lain seperti demam, badan lesu, nyeri otot dan lain-lain. Gejala-gejala tersebut selanjutnya akan hilang dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Akan tetapi pada kelompok yang berisiko tinggi, infeksi virus JE disebut Mei akan menimbulkan gejala serius seperti pusing yang menyebabkan anak terus-terusan rewel, muntah-muntah hingga kejang bahkan penurunan kesadaran.
"Jika seseorang sampai di fase gejala serius tersebut, angka kematian penyakit ini tinggi dan tidak ada obatnya," imbuhnya.
Mengingat bahaya akan virus ini, Mei menilai pelaksanaan vaksinasi yang menyasar anak usia 9 bulan hingga 15 tahun penting untuk digencarkan. Apalagi, anak-anak di rentang usia itu disebut Mei belum memiliki sistem kekebalan tubuh sebaik orang dewasa.
"Vaksinasi yang diberikan sebanyak satu kali dosis ini akan memberikan perlindungan pada anak terhadap infeksi virus JE," ungkapnya.
Mei pun juga meyakinkan masyarakat akaan keamanan vaksin JE aman, utamanya bagi anak-anak. Dia menambahkan bila vaksin JE masuk dalam kategori obat yang standar keamanannya paling tinggi.
"Sebelum diberikan kepada masyarakat, vaksin telah melalui serangkaian penelitian dan uji coba yang panjang," katanya.
Kendati demikian setiap tindakan tentu memiliki efek samping. Efek samping pada vaksinnasi JE dijelaskan Mei umumnya merupakan efek samping yang ringan dan dapat sembuh sendirinya. Sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan ragu untuk mengikuti program vaksinasi.
Selain vaksin, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sangat penting dalam mencegah penyakit JE ini. Dengan menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), lingkungan akan bebas dari nyamuk. Aspek nutrisi juga harus terjaga agar daya tahan tubuh akan meningkat dan mampu melawan infeksi dengan sendirinya.
"Karena penyakit ini ditularkan oleh nyamuk, maka pastikan lingkungan bebas dari nyamuk," pungkas Mei.