Yayasan Biennale Yogyakarta Mengajak Melihat Kerja Perawatan sebagai Praktik Solidaritas Masyarakat
Advertisement
BANTUL–Yayasan Biennale Yogyakarta menggelar hari kedua Simposium Khatulistiwa 2024 bertajuk Mupakara: Kerja Perawatan sebagai Praktik Solidaritas di Kampoeng Mataraman, Kamis (3/10/2024).
Dalam acara tersebut, Yayasan Biennale Yogyakarta mengajak masyarakat melihat kembali berbagai kerja perawatan yang menjadi solusi atas dinamika yang ada di masyarakat.
Advertisement
Tim Perumus Simposium Khatulistiwa 2024, Amos Ursia menyampaikan konsep kerja perawatan dipilih untuk merespons dinamika yang ada dalam masyarakat saat ini. Saat ini menurutnya dinamika yang terjadi dalam masyarakat berupa krisis multidimensi antara lain krisis ekonomi, ekologi, sosial dan politik.
"Di tengah lapisan krisis itu, kami berpikir kerja perawatan jadi satu gagasan dan praktik yang penting saat ini," ujarnya, Rabu (3/10/2024).
Dia menuturkan sebelumnya, Tim Perumus Simposium Khatulistiwa 2024 telah melakukan riset dari beberapa buku dan arsip dan menemukan bahwa mukara sebagai kata kunci untuk memikirkan ulang kerja perawatan yang telah dilakukan masyarakat secara berkelanjutan dari generasi ke generasi. Antara lain yang ditemukan saat masyarakat adat menjaga tanahnya, dan petani menjaga sistem panennya.
"Mupakara berasal dari bahasa Jawa Kuno untuk merangkum pengetahuan lokal berkaitan dengan kerja perawatan dan aktivisme dan upaya bersama memikirkan perubahan sosial," ujarnya.
Sementara Tim Perumus Simposium Khatulistiwa 2024 lainnya, Hartmantyo Pradigto Utomo menilai berbagai persoalan yang ada di masyarakat dapat diselesaikan dengan adanya kerja perawatan.
"Kerja perawatan bukan hanya kerja berbayar, namun juga kerja bagaimana membagi sumber daya, memperhatikan, dan mendukung satu sama lain dalam berbagai kondisi krisis," ujarnya.
Karena itu, menurutnya kerja perawatan akan relevan dengan dinamika sosial yang ada saat ini.
Dia menyampaikan Simposium Khatulistiwa telah berlangsung sejak tahun 2012. Dia menuturkan tujuan utama penyelenggaraan Simposium Khatulistiwa untuk mempertemukan seniman, praktisi, dan peneliti dari lintas praktik dan disiplin.
"Sehingga isu atau topik yang dibahas tidak hanya semata-mata dari satu disiplin saja, hanya dari seniman tetapi ada dari akademisi, dan praktisi lain," ujarnya.
Di menuturkan sesi malam ini menghadirkan Marv Espina, seniman dari kurator dari Filipina yang menginisiasi kolektif yang berbasis dari berbasis masyarakat.
Sementara Marv Espina menampilkan beberapa karyanya yang berasal dari beberapa pergerakan dalam masyarakat. "Lagu ini bisa menjadi simbol pergerakan [masyarakat]," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ada 488 PNS Pensiun di Tahun Ini, Begini Harapan PJs Bupati Sleman
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Kamis 21 November 2024, Naik dari Stasiun Tugu hingga Palur
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Kamis 21 November 2024, Berangkat dari Stasiun Palur, Jebres dan Solo Balapan
- Jadwal Kereta Bandara YIA, Berangkat dari Stasiun Tugu Jogja, Kamis 21 November 2024
- Diskriminasi Masih Marak, Jurnalis Perlu Mengadvokasi Kelompok Minoritas
Advertisement
Advertisement