Advertisement

Suhu DIY Naik Signifikan, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius

Yosef Leon
Minggu, 13 Oktober 2024 - 18:37 WIB
Arief Junianto
Suhu DIY Naik Signifikan, Perubahan Iklim Jadi Ancaman Serius Ilustrasi cuaca panas. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Suhu rata-rata di DIY mengalami peningkatan yang signifikan dalam kurun waktu 71 tahun terakhir, yakni dari 1951 hingga 2022. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kelompok Data & Informasi Stasiun Klimatologi DIY, Etik Setyaningrum, dalam hasil analisis iklim yang baru-baru ini dirilis.

Berdasarkan data yang diperoleh, suhu di DIY rata-rata naik sebesar 0,08 derajat Celsius setiap 100 tahun. Meskipun terbilang kecil, kenaikan suhu ini jika dihitung per tahun mencapai 0,0008 derajat Celsius yang jika dibiarkan terus-menerus akan berdampak signifikan pada iklim dan lingkungan di wilayah ini.

Advertisement

Etik menjelaskan bahwa kenaikan suhu global, termasuk di DIY, disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Gas-gas ini, seperti karbondioksida (CO2), terperangkap di atmosfer dan menyebabkan efek rumah kaca yang meningkatkan suhu bumi.

“Peningkatan emisi GRK ini sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, dan industrialisasi,” ujar Etik.

Kenaikan suhu di DIY berpotensi menimbulkan berbagai dampak negatif seperti peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yakni banjir, kekeringan, dan gelombang panas; gangguan pada ekosistem; peningkatan penyakit menular; pengurangan produktivitas pertanian yang dapat mengganggu pola tanam dan mengurangi hasil panen.

Untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim, Etik menyarankan beberapa langkah mitigasi dan adaptasi yang dapat dilakukan yakni peningkatan ruang hijau dengan menanam lebih banyak pohon dan membangun ruang hijau dapat membantu menyerap karbon dioksida dan mengurangi efek pemanasan global.

Pengelolaan sampah yang menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle dapat mengurangi produksi sampah dan emisi gas rumah kaca (GRK), penggunaan transportasi berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi dan beralih ke transportasi umum atau kendaraan listrik sehingga dapat mengurangi emisi gas buang.

"Bisa juga dengan melindungi dan merehabilitasi hutan dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan menyerap karbon dioksida serta penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan air dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil," terangnya. 

Etik menekankan bahwa upaya mengatasi perubahan iklim memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. “Perubahan iklim adalah masalah global yang membutuhkan solusi global. Kita semua harus berperan aktif dalam upaya mitigasi dan adaptasi.”

Sementara dari data yang dihimpun, area tutupan lahan hutan di DIY sebesar ± 6,92% luas daratan dan tentu saja sangat kurang dari minimal kecukupan tutupan hutan.

Sementara itu DIY mempunyai areal lahan kritis dan sangat kritis mencapai sekitar ± 72.294 hektare. Kondisi tersebut menjadi potensi yang besar untuk menyusun aksi mitigasi pengurangan emisi GRK di wilayah DIY dengan memperhatikan potensi daya dukung dan daya tampung air.

BACA JUGA: BMKG Sebut Pemanasan Global Tahun Ini Bakal Lebih Terasa Dibandingkan 2023

Kepala DLHK DIY Kusno Wibowo menyatakan, Pemda DIY sangat fokus dengan aksi mitigasi perubahan iklim.

Melalui instansi ini, sejak 2019 telah melaksanakan kegiatan pola pengkayaan hutan rakyat pada kelompok tani hutan di Sleman, Kulon Progo, Bantul dan Gunungkidul. "Pola pengkayaan hutan rakyat ini merupakan salah bentuk upaya rehabilitasi hutan dan lahan untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan," jelasnya.

Pada 2021, Pemda DIY juga telah mencanangkan Kawasan Alas Pengkol di Kalurahan Sriharjo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul sebagai hutan tematik Agroforestry yang dikerja samakan dengan pemerintah setempat dan melibatkan warga di Kalurahan Sriharjo serta warga sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BRIN Segera Rampungkan Pembangunan Teleskop Raksasa untuk Pantau Sampah Antariksa

News
| Minggu, 13 Oktober 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Wisata Kesehatan yang Tak Tertandingi di Turki

Wisata
| Sabtu, 12 Oktober 2024, 00:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement