Advertisement

Promo November

Populasi Sapi Perah di Bantul Menipis, DKPP Harap Ada Bantuan dari Kementan

Jumali
Rabu, 13 November 2024 - 13:27 WIB
Ujang Hasanudin
Populasi Sapi Perah di Bantul Menipis, DKPP Harap Ada Bantuan dari Kementan Ilustrasi sapi perah. - bisnis.com

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL--Dinas Ketahanan Pangan dan Petenakan (DKPP) Kabupaten Bantul berharap ada bantuan sapi perah dari Kementrian Pertanian dalam waktu dekat. Pasalnya, pada 2023 dan 2024, DKPP Kabupaten Bantul menyebut jika  populasi sapi perah sangat sedikit dan bahkan tidak ada.

"Padahal pada era 1980an, banyak sapi perah di Kabupaten Bantul. Namun, dalam perkembangannya saat ini, populasinya tidak ada," kata Kepala DKPP Kabupaten Bantul Joko Waluyo, Rabu (13/11/2024).

Advertisement

Sementara berdasarkan data BPS, jumlah sapi perah di Kabupaten Bantul terus mengalami penurunan. Pada 2021, BPS mencatat ada 68 ekor sapi perah. Jumlah tersebut menurun menjadi 29 ekor sapi perah pada 2022. Lalu pada 2023 ada 28 ekor sapi perah dan 2024 tidak ada.

Joko sendiri enggan menyebutkan kenapa sapi perah di Bantul terus menurun, bahkan saat ini tidak ada. Meski demikian, Joko mengaku pihaknya tetap berkeinginan agar mendapatkan bantuan sapi perah tersebut, kata Joko, sampai saat ini belum terealisasi. DKPP akan berusaha meminta bantuan dari Kementan agar mendapatkan bantuan berupa sapi perah secepatnya.

"Karena kami melihat, di Bantul potensial untuk bagi pengembangan sapi perah," jelas Joko.

BACA JUGA: Dukung Program Susu Gratis, Kementerian Pertanian Siapkan 1,5 Juta Hektare Peternakan Sapi Perah

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan DKPP Bantul Novriyeni mengatakan, saat ini sejatinya populasi sapi perah di Kabupaten Bantul masih ada. Hanya saja jumlahnya tidak sampai belasan.

"Sejauh ini hanya ada beberapa. Seperti di Banguntapan itu ada dengan skala kecil, sekitar 10an sapi perah. Itu pun, kandangnya dilakukan modifikasi, karena sapi perah butuh treatmen khusus, utamanya dalam hal suhu," katanya.

Yeni mengungkapkan, sejatinya Bantul pernah berjaya dengan sapi perahnya pada 1980an. Hanya saja, dalam perkembangannya, para peternak memilih membudidayakan sapi potong, ketimbang sapi perah. Sebab, selain karena kondisi alam yang tidak cocok, harga susu yang dibeli oleh para tengkulak cenderung rendah.

"Oleh karena itu, akhirnya populasinya terus menurun. Peternak lebih suka membudidayakan sapi potong. Karena perawatannya juga lebih mudah dan harganya cenderung tinggi," ungkapnya.

Meski ada kendala dalam hal cuaca, Yeni mengaku pengembangan sapi perah di Bantul sejatinya masih memungkinkan. Para peternak yang ingin mengembangkan sapi perah harus melakukan modifikasi kandang, karena sapi perah butuh suhu ideal antara 22 °C–24 °C. Selain itu, sapi perah pun khusus yang merupakan sapi peranakan sapi negara sub tropis dengan lokal.

"Tinggal dimodifikasi saja kandangnya. Ditambah kipas, agar suhunya tetap terjaga. Selain itu, hijauan pakannya harus lebih banyak, karena diambil susunya dan minumnya juga harus banyak,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Anies Baswedan Diprediksi Mampu Dongkrak Elektabilitas Pramono Anung-Rano Karno

News
| Kamis, 21 November 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement