Advertisement

Serangga Diproyeksikan Jadi Menu MBG, Begini Respons Ahli Gizi UGM

Catur Dwi Janati
Selasa, 28 Januari 2025 - 11:37 WIB
Sunartono
Serangga Diproyeksikan Jadi Menu MBG, Begini Respons Ahli Gizi UGM Walang Goreng Gunungkidul. - Harian Jogja / Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Wacana pemanfaatan serangga dalam menu Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai sejumlah respons. Pemanfaatan serangga dalam menu MBG dianggap bisa dilakukan namun harus tetap memperhatikan nilai kelokalan dan ketersediaan populasinya di wilayah tersebut.

Ahli Gizi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Toto Sudargo menilai wacana pemanfaatan serangga dalam menu MBG boleh-boleh saja dilakukan. Dari sejumlah jenis serangga, belalang dan jangkrik jadi dua hewan yang kata Toto memungkinkan sekali untuk digunakan.
 
"Pengalaman saya di Gunungkidul itu sangat tinggi, apakah dapat memenuhi kebutuhan dari yang dikonsumsi tentu yang tahu local wisdom di sana, tapi itu lazim untuk dimakan," kata Toto pada Senin (27/1/2025).

Advertisement

BACA JUGA : Kapan Makan Bergizi Gratis di Bantul Dimulai, Begini Kata Sekda

Di sejumlah wilayah seperti Gunungkidul misalnya, belalang telah dimanfaatkan sebagai hidangan karena rasanya yang gurih dan punya kandungan gizi bila dikonsumsi. "Tetapi itu adalah pada local wisdom, artinya itu mungkin dimanfaatkan ketika wilayah itu ada produksi belalang yang cukup tinggi misalnya Gunungkidul," ujarnya.

Di daerah lainnya seperti Sentani, masyarakatnya cukup familiar mengonsumi ulat sagu. "Tapi apakah produksinya banyak itu kan pertanyaan kita ke depannya," kata Toto "Kalau misalnya ikan, telur sudah disiapkan untuk diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat sehingga ketersediaan bahan itu tersedia terus walaupun dikonsumsi oleh sekian banyak orang," katanya.

Soal kandungan gizi, setiap serangga punya kandungan gizi berbeda. Pada belalang, kandungan proteinnya dapat diperhitungkan. "Kandungan gizinya kami tidak meragukan, per 100 gram itu protein belalang yang digoreng itu hampir sekitar 12-15 gram protein artinya akan menyumbang sepertiga dari kebutuhan protein yang ada. Cukup baik," terang Toto. 

Saat digoreng kering ada kelebihan dalam kalsium karena tulang belalang yang bisa langsung dikonsumsi. Selain itu Toto mengungkapkan belalang juga mengandung protein hewani sebagai growth hormone atau hormon pertumbuhan.

"Hormon memperbaiki jaringan yang rusak, lalu sebagai alat angkut untuk mineral tertentu di dalam tubuh sehingga tidak kekurangan zat gizi, lalu kekurangan vitamin A dalam tubuh, zodium untuk pertumbuhan," ujarnya. 

Selain belalang, ada sejumlah serangga lain yang punya potensi dimanfaatkan dalam program MBG. Menurut Toto, jangkrik dan laron bisa masuk dalam MBG. Keduanya lazim dimakan oleh manusia di sejumlah daerah. Prinsipnya, budaya mengonsumi serangga itu ada di wilayah tersebut dan wilayah tersebut merupakan habitat serangga yang dikonsumsi  

"Jadi tidak mengada-ada misalnya Jakarta dikirim belalang, tidak seperti itu. Tapi wilayah di mana mereka sudah habitnya atau biasanya mengonsumi itu," ucapnya. 

Itu pun dalam konsumsinya, pengolahannya harus dipastikan dengan baik. Pasalnya Toto menyebut sejumlah belalang ada penyakit Salmonella typhosa, lantaran perilaku belalang makan di tempat kotoran sapi dan sebagainya. Kedua, ada kandungan histamin penyebab alergi sehingga saat memasaknya harus betul-betul makan. "Itu dikerjakan oleh pemasak yang profesional sehingga aman untuk dikonsumsi," imbuhnya. 

Bila produksinya cukup banyak dan pengolahannya dilakukan dengan baik, serangga bisa menjadi opsi pengganti. Semisal laron yang dibikin pepes atau pepes laron, komposisi laronnya harus cukup banyak. Sama halnya dengan belalang, tergantung pada daerah produksi yang ada.

Jangankan belalang, bekicot saja lanjut Toto di negara maju diolah sangat baik dan memperhatikan Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) dengan baik pula, membuat bahan itu menjadi makanan yang elit dan bergizi tinggi.

"Local wisdom, jadi tidak bisa diterapkan di tempat di mana dia tidak mengenal kan gitu, jangan sampai, makanya local wisdom atau local food itu menjadi bagian penting dalam proses keseharian memberikan menu yang baik yang lazim," tandasnya. 

Dalam hal kelokalan, menu MBG juga tidak melulu harus nasi namun bisa diganti dengan panganan pokok lokal yang dipakai di wilayah tersebut. Misal papeda yang disebut Toto mengenyangkan dan cukup baik dikonsumsi. "Kalau anak-anak sudah terbiasa [pangan lokal] kenapa tidak," ungkapnya. 

"Jadi bener-bener harus local wisdom yang bicara. Artinya kami berharap tidak asal menyampaikan tetapi sampai dimasak, dikonsumsi dan sampai ke mulut anak-anak yang mengonsumsi. Dia harus betul-betul bijak dalam menangani atau mendistribusikan sehingga layak masih untuk dikonsumsi," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

American Airlines Tabrak Helikopter Black Hawk, Jatuh dan Terbakar

News
| Kamis, 30 Januari 2025, 12:47 WIB

Advertisement

alt

Hindari Macet dengan Liburan Staycation, Ini Tipsnya

Wisata
| Senin, 27 Januari 2025, 18:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement