Advertisement
Kisah Pelestari Hutan Rakyat di Kedungpoh Lor Gunungkidul dengan Budi Daya Lebah Madu

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Memanfaatkan alam tidak harus dengan mengubahnya menjadi bangunan. Justru dengan melestarikan alam, wisata berkelanjutan seperti hutan rakyat dan budidaya lebah madu, Kedungpoh Lor menemukan 'jati dirinya'.
Berjalan sekitar 15 menit keluar dari permukiman di Kedungpoh Lor, Kedungpoh, Nglipar, Gunungkidul, hamparan pepohonan terlihat sepanjang mata memandang. Jalan untuk kendaraan masih menggunakan bebatuan yang tersusun rapi. Tri Marsudi mengajak tamunya hari itu untuk berjalan-jalan, melihat stup atau kotak untuk budi daya lebah madu.
Advertisement
Stup yang berada di tengah hutan bisa tumbuh lebih maksimal, lantaran pertumbuhan lebah jauh dari gangguan suara bising kendaraan atau manusia. "Ini [semuanya] hutan [milik] rakyat, bukan hutan negara. Ini semua [memiliki] surat hak milik, milik perorangan. Semangat untuk penghijauannya bersifat ekonomis, kayu mahoni dan akasia," kata Marsudi, yang merupakan Dukuh Kedungpoh Lor, beberapa waktu lalu.
BACA JUGA: Gelar Pentas Ketoprak, Nuryadi: Tak Ada Sekat Antara Rakyat dan Wakilnya
Lebatnya hutan rakyat di Kedungpoh Lor hari ini sangat berbeda, terutama dibandingkan puluhan tahun lalu. Di tahun 1970-an, wilayah kampung dan sekitarnya gundul dan gersang. Pohon atau tanaman besar sangat sedikit. Memasuki sekitar tahun 1981, warga yang merupakan senior Marsudi, membentuk kelompok petani. Mereka menanam banyak tumbuhan, dari pohon hingga bunga.
Penanaman pohon dari rakyat membuahkan hasil. Perlahan, lahan menjadi hijau dengan berbagai jenis pohon dan tanaman lain. Lebah yang memang sudah ada sejak dulu nampaknya semakin gembira. Cadangan makanannya semakin melimpah. Bunga dari pohon buah dan pohon keras menjadi makanan favorit para lebah.
Dari Hutan ke Lebah
Meski tidak memulai dari nol, kini Marsudi menjadi generasi penerus yang 'bertanggung jawab' menjaga kelestarian hutan rakyat. Berawal dari reboisasi dan konservasi, berkah yang potensial muncul dari sektor budi daya lebah madu, khususnya jenis apis cerana.
"Sekitar 80 persen warga [Kedungpoh Lor] merupakan pembudi daya lebah madu. Kadang pas musim paceklik banyak yang lari lebahnya, di lain waktu dateng lagi," kata laki-laki berusia 45 tahun tersebut.
Budi daya lebah ini menjadi pendukung ekonomi masyarakat Kedungpoh Lor. Bagi yang memang pekerjaan utamanya budi daya lebah, lanjut Marsudi, penghasilannya lumayan untuk biaya hidup. Meski tidak jarang pula yang memelihara lebah madu untuk konsumsi pribadi.
Apabila budi daya lebah madu sebagai pekerjaan utama, maka dalam satu rumah bisa ada belasan bahkan puluhan stup. Sementara yang untuk konsumsi pribadi, satu rumah warga umumnya hanya satu atau beberapa stup saja. "Dijual misal pas ada lebihan aja. Misal sekali panen satu stup bisa tujuh kilogram, kalau dikonsumsi sendiri kebanyakan," kata Marsudi.
Baik sebagai pekerjaan utama maupun konsumsi pribadi, berkah dari budi daya lebah madu berdampak pada kesehatan masyarakat Kedungpoh Lor. Masyarakatnya, dari kecil hingga lansia, terbiasa mengonsumsi madu sebagai alternatif obat.
Misal ada anak yang demam atau sakit ringan, maka langkah pertama pengobatan dengan mengonsumsi madu.
Biasanya, beberapa hari ke depannya, sakitnya mulai menurun. Namun semisal kondisinya lebih parah, pendekatan medis tetap menjadi yang utama. "Bagi kami yang sudah menerapkannya, emang dampaknya enggak langsung sembuh [setelah minum madu] tapi [seringnya] enggak perlu sampai ke rumah sakit," katanya.
Tidak Menunggu Panen
Hutan rakyat hingga budi daya madu baru sebagian potensi di Kedungpoh Lor. Masih ada usaha kecil menengah, rumah kerajinan, dan tempat berkesenian yang bisa menjadi ruang untuk belajar. Ke depannya, Marsudi akan memadukan semuanya dalam bingkai rumah edukasi. Ada semacam paket wisata yang bisa pengunjung pergunakan untuk belajar banyak hal.
Semuanya berawal dan bermuara dari kelestarian alam. Maka Marsudi juga berupaya mempertahankan dan mengajak masyarakat untuk tetap menyeimbangkan pemanfaatan alam. "Untuk konservasi, Gusti Allah sudah memberikan hidup, terus jatahnya manusia untuk menghidupi. Hidup mati milik Gusti, untuk menghidupi itu jatahnya manusia, artinya apapun yang dikasih, diberikan oleh Tuhan kepada kita, perlu dipelajari dangan baik, dimanfaatkan dengan baik, serta tidak merusak," katanya.
Menanam, Menanam, Menanam
Dukuh hanya satu dari sekian peran Tri Marsudi di masyarakat. Dia juga aktif di Komunitas Resan Gunungkidul. Komunitas yang sudah ada sejak 2019 ini fokus pada reboisasi serta merawat mata air di Bumi Handayani. Sepekan sekali, Marsudi dan komunitasnya menanam pohon di berbagai titik.
“Dengan menanam pohon, harapan kami mata air yang sudah ada bisa lestari, yang pernah ada [namun mati] semoga kembali hidup, atau justru muncul sumber-sumber baru,” kata Marsudi.
Eksplorasi Resan Gunungkidul bisa bermula dari cerita masyarakat. Misal dulu di tempat tertentu pernah ada mata air. Namun saat ini sudah mati karena timbunan sampah atau lainnya. Anggota Resan kemudian akan membersihkan dan menggali ulang mata air tersebut. Tidak jarang beberapa waktu setelahnya, mata air kembali muncul.
BACA JUGA: Disbud DIY Luncurkan Buku Sejarah dan Dongeng tentang Hutan
Sekali menanam pohon, Marsudi dan teman-temannya bisa membawa sekitar 50 bibit. Tunas berasal dari budi daya mandiri, bisa stek, cangkok, hingga cara lainnya. “Prinsipnya, menanam 1.000 bibit pohon, bisa hidup satu saja sampai besar itu sudah Alhamdulillah. Kadang baru tumbuh dikit, terus musim kemarau, kemudian dipotong orang untuk pakan ternak,” katanya.
Marsudi tidak menunggu waktu panen, meski saat ini dia menanam banyak pohon. Urusan panen menjadi jatah untuk generasi selanjutnya, entah anak atau bahkan cucu. "Tugas kita menanam, menanam, menanam," kata Marsudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Layanan Haji 2025 Siap Beroperasi, Kementerian Agama Sebut Persiapan Kelar
Advertisement

Asyiknya Interaksi Langsung dengan Hewan di Kampung Satwa Kedung Banteng
Advertisement
Berita Populer
- 60 Formasi PNS Kosong, Pemda DIY Akan Evaluasi Kebutuhan
- Demi Keamanan, Mbah Tupon Ditawari Tinggal di Rumah Dinas Bupati Bantul
- Event di Jogja dan Sekitarnya Bulan Mei 2025: Ada Pameran Seni, Kuliner hingga Keroncong Plesiran
- BPS Kulonprogo Sosialisasi dan Pencanangan Desa Cinta Statistik
- Petugas Keamanan dan Kebersihan di Kantor Pemkab Sleman Dapat Bantuan Paket Sembako
Advertisement
Advertisement