Advertisement
Pengusaha Lokal Berani Melawan Impor dengan Menguasai Pasar Dalam Negeri

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Keberadaan produk impor yang masuk ke Indonesia sangat meresahkan para pelaku usaha lokal. Hampir semua produk impor beredar di pasaran, tak terkecuali seperti furniture dengan jumlah nominal pasar yang fantastis.
Seorang pengusaha asal Sleman, Heru Prasetyo merasa harus melirik pasar lokal setelah bertahun-tahun bermain di ekspor. Keputusan untuk ikut bersaing di pasar lokal dalam negeri dengan meluncurkan Blotan Indonesia tersebut setelah prihatin melihat banyak pasar lokal yang secara terang-terangan di rebut barang impor.
Advertisement
BACA JUGA: Terbitkan Aturan Baru, Bea Cukai Sempurnakan Layanan Impor Ekspor Barang Kiriman
Heru mengatakan barang impor sangat merajalela. Ia berharap impor bisa dihentikan, karena sangat merugikan. Sebagai pelaku industri dalam negeri, tentu bahan baku menggunakan dari lokal dan mempekerjakan warga lokal serta pasar yang luas. Berbeda dengan impor, negara hanya mendapatkan pajaknya saja, tidak ada multiplyer effect yang tinggi karena industrinya berada di luar negeri khususnya China dan dipastikan tidak menyerap tenaga kerja lokal.
"Oleh karena itu kami melaunching Blotan Indonesia, ini untuk melawan impor barang furniture tadi. Karena berdasarkan data dari pemerintah impor furniture kita tahun lalu menembus angka 1 miliar dolar AS [setara Rp16 triliun]. Ini sangat mengerikan, kita sebagai pelaku dalam negeri tidak dapat apa-apa," katanya Rabu (28/8/2025).
Heru menegaskan brand baru buatannya itu sengaja diluncurkan untuk menghadapi barang-barang impor. Ia memperkuat SDM agar mampu menghasilkan produk berkualitas sehingga mampu menguasai pasar. Strategi ini telah dilakukan dalam empat tahun terakhir, hasilnya tahun ketiga mampu tumbuh 10 kali lipat.
Oleh karena itu, ia menargetkan pendapatan Rp100 miliar di 2025 melalui penjualan barang lokal. Adapun segmen yang disasar lebih banyak pada penyediaan sarana furniture lembaga pendidikan, khususnya sekolah negeri. Salah satu segmen yang juga disasar adalah penyediaan furniture di Sekolah Rakyat yang nantinya akan membutuhkan banyak sarana belajar.
"Salah satu strategi menguasai pasar adalah dengan memahami kebutuhan lapangan, kami bermain dua segmen baik kayu dan besi. Misalnya ada kombinasi produk kayu dengan besi, kalau sekolah di pesisir mungkin bisa full kayu tetapi ketika di pegunungan kalau full kayu berpengaruh cenderung berpotensi dimakan rayap sehingga dikombinasi dengan besi," katanya.
BACA JUGA: AS Masih Jadi Negara Tujuan Utama Ekspor DIY
Ia meyakini pelaku usaha lokal mampu bersaing dengan produk impor, karena ceruk pasar yang sangat besar. Berdasarkan estimasinya, pasar furniture 2025 hingga 2030 bisa mencapai Rp125 triliun. Di sisi lain ekspor furniture saat ini berada di kisaran Rp39 triliun.
"Gudang yang baru kami buka ini merupakan gudang ketiga kami. Tentu ini kami persiapkan dengan sangat matang untuk bersaing melawan impor," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tim Gabungan Telah Evakuasi 21 Orang Tewas di Gunung Kuda, Cirebon
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ayah dari Tersangka Penabrak Mahasiswa FH UGM Minta Maaf
- SD NU Sleman Gelar Wisuda dan Khataman
- Charger HP Lupa Dicabut, Rumah Tukang Bakso di Wates Dilalap Api
- Lurah di Gunungkidul Bingung untuk Permodalan Koperasi Merah Putih
- Pemkab Sleman Klaim Seluruh Kalurahan di Wilayahnya Miliki Koperasi Desa Merah Putih
Advertisement
Advertisement