Advertisement

Udara di DIY Bikin Menggigil, Angin Monsun Jadi Penyebabnya

Newswire
Jum'at, 11 Juli 2025 - 14:47 WIB
Maya Herawati
Udara di DIY Bikin Menggigil, Angin Monsun Jadi Penyebabnya Ilustrasi suhu dingin / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA–Suhu udara dingin di DIY belakangan ini disebabkan menguatnya angin Monsun Timuran atau Monsun Australia yang membawa massa udara kering dang dingin.  

"Kondisi suhu udara yang lebih dingin ini karena adanya pergerakan massa udara dari Australia yang membawa massa udara dingin dan kering melewati wilayah Indonesia atau disebut dengan Monsun Dingin Australia," ujar Kepala Stasiun Meteorologi Jogja Warjono, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan resmi di Jogja, Jumat (11/7/2025).

Advertisement

Warjono menjelaskan suhu minimum terendah yang tercatat di wilayah DIY dalam periode 30 hari terakhir terjadi pada 9 dan 10 Juli 2025 di wilayah Pakem, Kabupaten Sleman yang menyentuh 18 derajat Celsius.

Menurut dia, fenomena ini dalam istilah lokal dikenal sebagai bediding dan lazim terjadi selama puncak musim kemarau.

Suhu dingin yang terasa di kota gudeg, kata dia, juga turut dipengaruhi rendahnya kelembaban udara, karena kandungan uap air di dalam tanah dan udara yang menipis.

"Tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima di siang hari tidak tertahan oleh awan, tetapi langsung terlepas dan hilang ke angkasa," ujar Warjono.

Ia menambahkan fenomena bediding ini diperkirakan akan berlangsung selama periode puncak musim kemarau pada rentang Juli hingga Agustus 2025.

BACA JUGA: Polda Metro Jaya Targetkan Penyelidikan Kasus Kematian Diplomat Staf Kemenlu Rampung dalam Sepekan

"Kami mengimbau masyarakat menjaga kondisi tubuh dengan mengonsumsi makanan sehat, cukup minum air, menjaga pola tidur, serta mengenakan pakaian hangat saat malam hingga pagi hari," katanya.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Jogja Yudhit Adiyatma menambahkan bahwa angin Monsun Timuran secara umum bertiup dari Benua Australia ke Benua Asia pada periode April hingga Oktober setiap tahun.

Angin tersebut bersifat kering karena berasal dari wilayah bertekanan tinggi dan tidak banyak mengandung uap air.

"Bayangkan rambut kita yang kering setelah berenang di laut, begitulah udara yang dibawa oleh angin Monsun Timur. Angin Monsun Timuran ini adalah indikator musim kemarau bagi wilayah Indonesia," tutur Yudhit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

KEK Batang Harus Jadi Jantung Ekonomi Nasional

News
| Jum'at, 11 Juli 2025, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025

Wisata
| Rabu, 09 Juli 2025, 14:02 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement