Advertisement
Wali Kota Hasto Siapkan Kampanye Anti Rokok di Seluruh Sekolah di Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Wali Kota Jogja, Hasto Wardoyo menyiapkan program kampanye anti rokok untuk seluruh sekolah di Kota Jogja. Hal ini dilakukan karena tingginya pengeluaran untuk rokok, terutama pada masyarakat miskin, yang bahkan mengungguli belanja kebutuhan pangan penting seperti daging dan telur.
Fenomena ini dinilai turut menggerus kemampuan ekonomi rumah tangga, terutama di kalangan warga berpendapatan rendah.
Advertisement
Hasto mengatakan kebiasaan mengutamakan pembelian rokok dibandingkan kebutuhan pokok sudah berlangsung sejak lama. Berdasarkan data, proporsi perokok di kalangan laki-laki mencapai hampir setengah populasi.
“Saya prihatin karena banyak orang miskin yang lebih mengedepankan kebutuhan yang tidak penting seperti rokok. Dari sisi ekonomi sebetulnya cukup menggerus kemampuan fiskal warga miskin secara ekonomi, secara tidak sadar,” ujar Hasto, Sabtu (9/8/2025).
Fenomena ini, menurut Hasto, menjadi perhatian serius Pemkot Jogja. Pihaknya ingin menekan angka konsumsi rokok, terutama di ruang-ruang publik yang menjadi pusat aktivitas masyarakat.
Ia menyebut saat ini sudah ada Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur larangan merokok di sejumlah tempat tertentu, meski belum bersifat total.
“Beberapa tempat, seperti di Malioboro, akan kita galakkan. Sampai di hari jadi Kota Jogja nanti kita akan kampanye terus untuk tempat-tempat yang tidak boleh merokok,” kata Hasto.
BACA JUGA: Bill Gates: Gen Z Terancam Sulit Cari Kerja karena AI
Melindungi Generasi Muda
Selain penegakan aturan di area publik, Pemkot Jogja juga akan mengarahkan kampanye anti rokok ke sekolah-sekolah. Langkah ini dimaksudkan untuk melindungi generasi muda dari kebiasaan merokok sejak dini, yang berpotensi membebani pengeluaran keluarga di masa depan.
Menurut Hasto, kelompok perokok pemula memiliki peran signifikan dalam mempertahankan tren konsumsi rokok di masyarakat. Dengan membatasi perokok pemula, diharapkan belanja keluarga dapat lebih dialokasikan pada kebutuhan yang produktif dan bernilai gizi.
Sebelumnya, Statistisi Ahli Utama BPS DIY, Sentot Bangun Widoyono mengatakan, beras menjadi penyumbang terbesar garis kemiskinan dengan kontribusi 20,15%. Namun, posisi kedua justru ditempati rokok kretek filter dengan kontribusi 7,91%, mengungguli daging ayam ras (5,26%), telur ayam ras (5,05%), kue basah (3,19%), gula pasir (2,49%), tempe (2,39%), dan mi instan (2,39%).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Mandatory Anggaran Pendidikan 20 Persen di APBN Harus Dikawal
Advertisement

Satu Lagi Kuliner Legendaris di Jogja, Ayam Goreng Tojoyo Buka di Malioboro
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KA Prameks dari Stasiun Kutoarjo Purworejo, Sabtu 9 Agustus 2025
- Terlibat Dugaan Investasi Fiktif, Perempuan Asal Korea Selatan Dideportasi
- Polisi Ringkus Tiga Pelaku Perampas Ponsel yang Mengaku Sebagai Petugas di Kulonprogo
- Jadwal Bus DAMRI ke Bandara YIA, dari Jogja, Purworejo dan Kebumen, Sabtu (9/8/2025)
- Ini Pesan yang Ditinggalkan di Atas Gambar One Piece Temuwuh Kidul Yang Dihapus
Advertisement
Advertisement