Advertisement
Tradisi Kraton Jogja, Sri Sultan HB X Robohkan Tembok di Masjid Gedhe Kauman

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Langkah kaki Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono X menjejak tumpukan bata hingga runtuh di sisi selatan Masjid Gedhe, Kamis (4/9/2025) malam, seolah menggetarkan ribuan pasang mata yang menyaksikan.
Prosesi Jejak Banon, tradisi yang hanya dilakukan setiap Tahun Dal atau delapan tahun sekali ini menjadi momen puncak yang ditunggu-tunggu warga dalam rangkaian Garebeg Mulud Dal atau biasa disebut Grebeg Maulud.
Advertisement
Sejak pukul 1.900 WIB, Kompleks Masjid Gedhe sudah dipenuhi lautan manusia. Mereka rela berdiri berdesakan, sebagian menggelar alas dan duduk di halaman masjid, hingga ada yang memilih berdiri berjam-jam di dekat tembok untuk bisa menyaksikan lebih dekat prosesi jejak banon.
Tiga jam sebelum dimulai, suasana sudah begitu padat. Suasana semakin khidmat ketika Sultan HB X hadir untuk melaksanakan serangkaian agenda Garebeg Mulud Dal 1959.
Ngarsa Dalem (Sri Sultan HB X) terlebih dahulu menyebarkan udhik-udhik atau sedekah dari Kraton Jogja berupa beras, biji-bijian, uang logam, dan bunga.
Prosesi pembagian udhik-udhik berlangsung tiga kali di Pagongan Kidul, Pagongan Lor, serta di dalam Masjid Gedhe. Ratusan masyarakat yang hadir antusias memperebutkan sedekah Sultan tersebut.
Warga yang beruntung mendapatkan udhik-udhik percaya benda itu membawa berkah dan keberuntungan. Salah satu yang beruntung ialah Jamingah, warga Panembahan, Kraton yang mendapatkan udhik-udhik berupa uang logam.
Ia mengatakan akan menjaga uang tersebut karena percaya akan mendatangkan berkah. Perempuan paruh baya ini mengaku sudah kedua kalinya mendapatkan udhik-udhik dari Sri Sultan.
“Dapat receh Rp500. Rencananya disimpan aja, nggak mau dipakai (dibelanjakan), semoga bisa bawa berkah,” kata Jamingah seusai mendapatkan udhik-udhik tersebut, Kamis (4/9/2025).
BACA JUGA: Uang Rp10 Miliar Bank Jateng Wonogiri Dicuri, Pengawalan Tak Sesuai SOP
Pembacaan Riwayat Nabi Muhammad SAW
Sri Sultan kemudian memasuki serambi masjid, duduk tepat di tengah Saka Guru, dikelilingi para putri dalem, mantu dalem, abdi dalem, serta undangan yang menyimak pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW.
Ketika bacaan sampai pada bagian asrokal atau peristiwa kelahiran Nabi, Sultan menerima persembahan Sumping Melati. Filosofinya, raja senantiasa mendengar aspirasi rakyatnya dan berusaha mengabulkannya.
Namun, malam itu terasa berbeda. Sesudah doa dan pembacaan riwayat selesai, Ngarsa Dalem tidak langsung kembali ke Kraton sebagaimana biasanya. Sebab, khusus di Tahun Dal, Sultan harus menjalani prosesi Jejak Banon.
“Ngarsa Dalem meninggalkan Masjid Gedhe dengan menjejak banon atau tumpukan bata di sisi selatan Masjid Gedhe. Hal ini untuk melambangkan dan mengenang usaha Pangeran Mangkubumi saat menyelamatkan diri dari musuh selepas salat Jumat di masjid ini,” jelas Koordinator Hajad Dalem Garebeg Mulud Dal 1959, KRT Kusumonegoro.
Sri Sultan HB X Meruntuhkan Tembok
Semua mata tertuju ke sisi selatan masjid. Masyarakat tidak hanya memenuhi sisi tembok di dalam kompleks masjid, tetapi juga di balik tembok luar masjid yang berada di Jalan Kauman. Ratusan orang tumpah ruah memadati jalanan demi menyaksikan detik-detik Sri Sultan meruntuhkan tembok sekitar pukul 22.00 WIB.
Dengan langkah mantap, Sri Sultan berjalan menuju tumpukan bata yang disiapkan, lalu menjejaknya dan mendorong hingga runtuh. Momen yang hanya terjadi delapan tahun sekali itu tak hanya menjadi tontonan, tapi juga sarat makna.
Banyak warga merekam dengan ponsel mereka, sementara sebagian lainnya memperebutkan bata yang diruntuhkan Sri Sultan tersebut. Hanya dalam waktu beberapa menjt, batu batu habis tak bersisa usai diperebutkan warga.
Salah satu yang mendapatkan batu bata ialah Mustofa, wisatawan asal Kebumen, Jawa Tengah. Ia mengatakan, akan membawa pulang bata tersebut ke rumahnya sebagai kenang-kenangan.
“Alhamdulillah bersyukur bisa dapat (batu bata). Tadi nunggu di sini dari jam 7, berharga sekali soalnya tradisi langka nggak selalu ada,” ucapnya.
Selepas prosesi, gamelan Sekati yang sejak sore ditabuh bergantian terus dimainkan hingga tengah malam. Suara gamelan menggema di kompleks Masjid Gedhe, memberi nuansa magis penutup hajad besar ini. Saat instrumen sakral itu dikembalikan ke kraton yang disebut prosesi Kondur Gangsa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Wakil PM Inggris Mundur Gegara Gagal Bayar Pajak Pembelian Properti
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Harpelnas 2025, BPJamsostek Sleman Berkomitmen Memberi Layanan Sepenuh Hati
- Jadwal Bus DAMRI ke Bandara YIA, dari Jogja, Purworejo dan Kebumen, 5 September 2025
- Jadwal KRL Solo Jogja Berangkat dari Stasiun Palur, 5 September 2025
- Jadwal KA Bandara YIA dan KA Bandara YIA Xpress, 5 September 2025
- Mahfud MD Nilai Demonstrasi di Indonesia Merupakan Bentuk Kekecewaan
Advertisement
Advertisement