Advertisement

Kisah Disabilitas: Berawal dari Servis, Kini Miliki Toko Elektronik

Ujang Hasanudin
Rabu, 12 November 2025 - 10:57 WIB
Sunartono
Kisah Disabilitas: Berawal dari Servis, Kini Miliki Toko Elektronik Pasangan suami istri penyandang disabilitas, Wahyu Slamet (45) dan Nunung Prihatini (41), sedang melayani pelanggan yang membeli peralatan elektronik di tokonya di Jalan Klangon, Tempel, Kalurahan Argosari, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul. (Harian Jogja / Ujang Hasanudin)

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Pasangan suami istri penyandang disabilitas, Wahyu Slamet, 45, dan Nunung Prihatini, 41, kini berhasil memiliki toko elektronik sekaligus membangun rumah tinggal berawal dari tukang servis. Berikut laporan Wartawan Harian Jogja, Ujang Hasanudin

Pada Minggu, 3 Oktober 2025, Wahyu tampak sibuk melayani pelanggan yang membeli berbagai peralatan elektronik. Dengan bantuan tongkat sebagai alat bantu berjalan, ia tetap lincah melayani pembeli. Nunung, yang juga menggunakan tongkat, turut membantu. Mereka juga dibantu seorang karyawan yang sama-sama penyandang disabilitas.

Advertisement

Sesekali, Wahyu masih mengerjakan servis barang elektronik seperti jam, televisi, kompor listrik, hingga rice cooker. Dalam pekerjaan servis ini, ia dibantu Didik Murdoko, yang juga penyandang disabilitas. Meski sebagian jarinya tidak tumbuh sempurna, Didik cekatan dan terampil mendampingi Wahyu.

“Kalau pesanan sedang banyak, saya panggil teman-teman disabilitas lain untuk membantu, supaya pekerjaan cepat selesai,” ujar Wahyu saat ditemui di rumah sekaligus tokonya di Jalan Klangon, Tempel, Kalurahan Argosari, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul.

Wahyu menjadi penyandang disabilitas sejak kecil akibat polio di kaki kirinya. Sementara sang istri kehilangan kaki kanan setelah kecelakaan pada 2007 di Jalan Jogja–Wates Kulonprogo. Kondisi fisik yang tidak sempurna tidak membuat keduanya menyerah.

Pada 2005, Wahyu mengikuti pelatihan servis elektronik di Pusat Rehabilitasi YAKKUM, tempat ia kemudian bertemu dan jatuh cinta pada Nunung. Mereka menikah pada 2008. Setelah itu, Wahyu mengembangkan keahlian di Balai Rehabilitasi Terpadu Penyandang Disabilitas (BRTPD) Pundong, Bantul, sebelum menempuh praktik kerja di sebuah toko elektronik hingga 2010.

Setelah merasa cukup berpengalaman, Wahyu memutuskan membuka usaha sendiri di rumah kontrakan di Moyudan, Sleman. Saat itu Nunung masih menjalankan usaha menjahit. Namun, untuk membeli suku cadang elektronik, Wahyu membutuhkan modal. Sayangnya, beberapa bank menolak pengajuan kreditnya. “Difabel itu sering dianggap tidak mampu. Susah sekali dapat kepercayaan pinjaman modal,” kenangnya.

Wahyu Slamet dibantu Didik Murdoko saat menservis barang elektronik di tokonya di Jalan Klangon, Tempel, Kalurahan Argosari, Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul. (Harian Jogja - Ujang Hasanudin)

Hingga akhirnya, melalui fasilitasi Jayadi, Ketua Masyarakat Peduli Disabilitas, Wahyu mendapatkan akses pinjaman KUR BRI sebesar Rp5 juta pada 2013. Dana itu ia gunakan untuk membeli suku cadang dan alat servis. Dua tahun kemudian, usahanya kembali mendapat dukungan modal dari BRI sebesar Rp15 juta.

Usaha servis Wahyu berkembang pesat. Para sales elektronik mulai menitipkan barang dagangan untuk dijual di tokonya. “Barang elektronik yang ada di toko ini sebagian besar titipan dari sales. Nilainya bisa ratusan juta. Nanti kalau barang terjual, baru saya setor dan ambil keuntungan selisihnya,” kata Wahyu.

Untuk servis, Wahyu mematok biaya antara Rp35.000 hingga Rp50.000 tergantung tingkat kerusakan. Sementara servis TV LED dihitung Rp10.000 per inci. Kini, karena sudah dikenal dan memiliki toko, ia tidak lagi menerima servis panggilan.

Melihat usaha suaminya makin berkembang, Nunung memutuskan menghentikan jasa menjahitnya demi membantu suami dan fokus pada keluarga. “Kami harus memilih mana usaha yang bisa kami jalankan bersama. Akhirnya saya putuskan mendukung usaha suami,” kata Nunung.

Nunung mengakui perjuangan membangun usaha bagi difabel bukan hal mudah. Namun, dukungan akses pembiayaan melalui KUR BRI sangat berarti. “Dulu banyak yang menolak. Tapi BRI mau percaya. Dampaknya luar biasa bagi perkembangan usaha kami,” ujarnya.

Ingin Berdayakan Difabel

Pasangan ini kini bertekad memberi dampak bagi sesama penyandang disabilitas. Mereka berencana membuka cabang toko elektronik yang dikelola khusus oleh pekerja difabel. “Saya tahu sulitnya teman-teman difabel mencari pekerjaan. Jadi kami ingin memfasilitasi dan memberdayakan mereka,” ucap ibu dari Rizky Abdilah dan Rizky Amalia.

Sementara itu, Ketua Masyarakat Peduli Penyandang Disabilitas (MPPD) Bantul, Jayadi, mengatakan ada sekitar 200 usaha mikro dan kecil di Bantul yang dikelola difabel. Namun lambat laun ada pula yang mandek karena kehabisan modal. Karena itu, ia menggandeng beberapa bank agar usaha mikro dan kecil difabel bisa mengakses permodalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

KPK Geledah Rumah Kerabat Bupati Ponorogo

KPK Geledah Rumah Kerabat Bupati Ponorogo

News
| Rabu, 12 November 2025, 13:17 WIB

Advertisement

Tips Berwisata Aman dan Nyaman dari Kemenpar

Tips Berwisata Aman dan Nyaman dari Kemenpar

Wisata
| Selasa, 11 November 2025, 20:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement