Advertisement
Kasus ISPA Sleman 4.538, Depok Jadi Wilayah Tertinggi
Ilustrasi ISPA / FReepik
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kabupaten Sleman masih terbilang tinggi. Mengacu pada data aplikasi Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), jumlah kasus ISPA pada pekan ke-41 tahun 2025 mencapai 4.538 kasus. Kapanewon Depok menjadi wilayah dengan kasus terbanyak.
Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sleman, Khamidah Yuliati, menjelaskan tren ISPA di Sleman sempat meningkat tetapi berangsur menurun. Pada pekan ke-42, jumlah kasus turun menjadi 4.353, dan kembali menurun menjadi 3.799 kasus pada pekan ke-45.
Advertisement
“Kalau melihat lima pekan terakhir, ada peningkatan kasus ISPA di Sleman, tapi pekan setelahnya mengalami penurunan sampai saat ini,” kata Yuliati saat dihubungi, Sabtu (15/11/2025).
Ia menerangkan ISPA mencakup berbagai gangguan pernapasan seperti influenza, pneumonia, dan bronkitis. Meski belum ada data khusus mengenai influenza, Yuliati menyebut ribuan kasus ISPA salah satunya dipicu virus influenza.
BACA JUGA
Menurut dia, tingginya kepadatan penduduk menjadi salah satu faktor pendorong penularan virus. Depok menjadi wilayah paling terdampak karena merupakan kawasan permukiman terpadat dengan mobilitas tinggi. Selain penduduk asli, banyak mahasiswa luar daerah yang tinggal di kawasan tersebut.
Selain faktor kepadatan, pergantian musim juga terbukti meningkatkan tren kasus ISPA. Yuliati mencatat kasus ISPA like illness atau penyakit yang menyerupai influenza juga ikut naik dalam lima pekan terakhir sebelum kembali turun.
Untuk mencegah penularan, masyarakat diminta menjaga daya tahan tubuh melalui berbagai cara, seperti istirahat cukup, makan bergizi, mencukupi asupan cairan, rajin mencuci tangan, serta melakukan vaksinasi influenza.
Yuliati menjelaskan influenza tipe B menjadi virus yang paling sering menjangkiti manusia, dengan gejala ringan seperti batuk, pilek, demam, lemah, nyeri otot, dan sakit telan. Sementara influenza tipe A dapat menimbulkan gejala lebih kompleks seperti sakit kepala dan hidung tersumbat atau berair, bahkan berpotensi menyebabkan komplikasi serius terutama pada lansia dan anak-anak.
“Kalau program khusus tidak ada, kami hanya melakukan sosialisasi untuk mencegah penularan dan upaya peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah tertular,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Pemeliharaan Tol Cipularang-Padaleunyi Dimulai 16-22 November
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Polres Bantul Fokus Delapan Pelanggaran di Operasi Zebra 2025
- Mahasiswa Jogja Ikuti Pelatihan Jurnalistik ANTARA di UGM
- Lipeg X Resmi Bergulir, 16 Tim SMA Bersaing di Gunungkidul
- Mobil Tertemper KA Batara Kresna, KAI Imbau Hindari Perlintasan Liar
- Strategi Baru Dispar Bantul untuk Kuatkan Desa Wisata
Advertisement
Advertisement




