Advertisement
Jembatan Darurat Sriharjo Hanya untuk Motor dan Pejalan Kaki
Lokasi longsor di tebing sungai Oya Desa Sriharjo Imogiri Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. ANTARA - HO/BPBD Bantul.
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—BPBD Bantul memastikan jembatan darurat dari bambu di wilayah longsor tepi Sungai Oya, Desa Sriharjo, Imogiri, hanya boleh dilintasi kendaraan roda dua dan pejalan kaki. Struktur selebar dua meter itu dinilai tidak aman untuk kendaraan roda empat.
Jembatan sepanjang 220 meter dengan tinggi satu meter ini dibangun sebagai akses sementara warga yang sempat terisolir setelah akses utama putus akibat longsor pada November lalu. Pembangunan dilakukan dalam masa tanggap darurat yang diperpanjang hingga 19 Desember 2025.
Advertisement
BPBD juga menyarankan mobil yang menuju Wunut Sriharjo untuk memutar melalui Selopamioro karena jembatan bambu tidak didesain menahan beban berat. Lokasi pembangunan dipilih pada area yang tidak rawan longsor, sementara pengerukan sedimentasi sungai terus dilakukan untuk mengurangi risiko aliran air menghantam jembatan.
"Karena jembatan darurat dari bambu itu lebarnya dua meter hanya bisa dilalui motor dan pejalan kaki, untuk mobil tidak boleh lewat," kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul Mujahid Amrudin di Bantul, Sabtu (5/12/2025).
Jembatan darurat dari bambu tersebut dibangun di tepi aliran Sungai Oya itu untuk memberikan akses sementara bagi warga terisolir di Desa Sriharjo. Pasalnya akses jalan satu-satunya di wilayah yang sama terputus akibat tebing sungai yang longsor November lalu.
Pekerjaan fisik jembatan tersebut telah dimulai sebagai langkah penanganan sementara pada masa tanggap darurat bencana yang ditetapkan pemerintah kabupaten sejak 21 November sampai 5 Desember dan diperpanjang hingga 19 Desember 2025.
"Jembatan darurat dari bambu tersebut panjangnya 220 meter dengan ketinggian satu meter, jadi prediksi kami mampu bertahan hingga satu tahun," katanya.
Jembatan darurat tersebut hanya khusus roda dua, maka kendaraan roda empat atau mobil yang ingin masuk kawasan Wunut Sriharjo harus melalui jembatan utama dan memutar.
"Disarankan mobil tetap harus lewat Selopamioro, tidak lewat jembatan darurat, karena kan jembatan itu hanya dari bambu bambu," katanya.
Jembatan darurat tersebut dibangun di lokasi yang tidak rawan longsor, terlebih tingginya satu meter sehingga bagian bawah bisa ditanami berbagai tanaman.
"Kemudian yang sedimentasi kan sudah dilakukan pengerukan yang sebelah selatan, untuk pengerukan sedimentasi ada dua ekskavator yang nanti memindah sedimentasi ke utara, sehingga jalur sungai itu lurus ke barat, tidak menghantam jembatan," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
WNA China Bawa Serbuk Nikel Ditangkap, Menhan: Negara Harus Tegas
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- Pemkot Jogja Fokus Perubahan Perilaku Soal Sampah lewat Jogja Cling
- Pemkab Gunungkidul Gelar Program Padat Karya di 8 Lokasi
- Keikutsertaan Perangkat Daerah di IPKS Sleman Melonjak
- Eks Kepala BMKG Dwikorita Ingatkan Potensi Banjir Bandang
- Anak Muda Sleman Sukses Bangun Usaha Rumput Liar Secara Online
Advertisement
Advertisement



