Advertisement

Tidak Siap Jadi Orang Tua, Kekerasan Pada Anak Terus Terjadi

I Ketut Sawitra Mustika
Rabu, 06 Juni 2018 - 13:37 WIB
Kusnul Isti Qomah
Tidak Siap Jadi Orang Tua, Kekerasan Pada Anak Terus Terjadi Foto ilustrasi. - Reuters

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Kekerasan terhadap anak, baik fisik, psikis, seksual maupun penelantaran masih marak terjadi di DIY. Per tahun jumlahnya tak pernah kurang dari 400 kasus. Ketidaksiapan masyarakat jadi orang tua adalah penyebab utama yang menyebabkan kekerasan pada anak terus terjadi.

Dari data yang dimiliki Sekretariat Forum Perlindungan Korban Kekerasan DIY, pada 2016 ada 484 kasus kekerasan terhadap anak. 301 korban di antaranya merupakan anak-anak berjenis kelamin perempuan. Kemudian pada 2017 ada 414 kasus, yang korbannya tetap didominasi anak gadis (256). Data ini merupakan data laporan penanganan korban kekerasan di lembaga layanan yang ada di DIY, sehingga tidak bisa dianggap mewakili realita secara keseluruhan, sebab mungkin saja masih banyak kasus yang belum dilaporkan.

Advertisement

Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY Arida Oetami mengatakan, jika ditelusuri lebih jauh, sumber kekerasan pada anak utamanya berasal dari unit terkecil masyarakat, yakni keluarga. Sebabnya, orang-orang tidak pernah dididik untuk jadi orang tua yang baik, sehingga pemahaman mengenai hak-hak anak sangat minim.

"Ternyata orang-orang kita tidak pernah dipersiapkan jadi orang tua. Padahal jadi orang tua tidak bisa alami. Orang tua [yang tidak pernah dididik] bukan hanya yang berasal dari perkawinan anak, tapi mereka yang usianya sudah pantas menikah. Kekerasan pada anak karena ketahanan keluarga yang rapuh," jelas Arida usai diskusi Tematik Perlindungan Anak Indonesia di Kantor BPPM DIY, Selasa (5/6/2018).

Sebagai solusi, sambung Arida, tahun ini Pemerintah Daerah (Pemda) DIY bersama DPRD DIY tengah menyiapkan pembentukan Peraturan Daerah (Perda) tentang Ketahanan Keluarga. Selain itu, BPPM DIY akan mendirikan lembaga pelatihan bagi para calon orang tua.

"Jadi di UNY itu salah satu dosennya ada juga yang membuat sekolah keluarga, sasarannya mahasiswa. Setelah ikut sekolah itu, beberapa mahasiswa akhirnya nunda rencana menikah, karena tahu konsekuensi jadi orang tua. Di mana mereka harus tahu cara membesarkan anak, memberikan pendidikan dan memenuhi semua hak-haknya. Jadi bukan mikirin enaknya saja," tutur Arida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Warga Iran Dukung Langkah Pemerintah Menyerang Israel

News
| Sabtu, 20 April 2024, 12:47 WIB

Advertisement

alt

Kota Isfahan Bukan Hanya Pusat Nuklir Iran tetapi juga Situs Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Jum'at, 19 April 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement