Advertisement

Asosiasi Pedagang Tolak Impor Daging

Bhekti Suryani
Senin, 22 Juli 2013 - 13:47 WIB
Nina Atmasari
Asosiasi Pedagang Tolak Impor Daging

Advertisement

[caption id="attachment_429145" align="alignleft" width="370"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/07/22/asosiasi-pedagang-tolak-impor-daging-429144/an-afghan-child-sells-raw-meat-on-a-street-in-kabul-3" rel="attachment wp-att-429145">http://images.harianjogja.com/2013/07/daging-reuters2-370x276.jpg" alt="" width="370" height="276" /> JIBI/Harian Jogja/Reuters
Ilustrasi[/caption]

Harian Jogja.com, BANTUL—Asosiasi Pedagang Daging Sapi Segoroyoso (APDSS) menolak rencana pemerintah mengimpor daging sapi menyusul mahalnya harga daging jelang Lebaran.

Advertisement

Ketua APDSS Ilham Ahmad menuturkan impor daging hanya akan merugikan peternak karena harga jual sapi lokal akan anjlok. Sementara harga daging sapi lokal juga bakal kalah bersaing dengan daging impor.

“Impor daging sapi tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan membuat peternak sapi dirugikan,” ujarnya, Sabtu (20/7/2013).

Sedianya kata Ilham, persoalan mahalnya harga daging karena stok ternak sapi di tingkat warga yang masih kurang. Penurunan jumlah ternak sapi menurut pantauan APDSS mencapai hingga 40%.

Jumlah itu berbeda dengan data yang dihitung Badan Pusat Statistik (BPS) dengan penurunan sapi pada 2011 hanya 30%. Dengan total jumlah sapi pada 2011 di DIY mencapai 315.000 ekor. Data yang tak valid tersebut justru dijadikan dasar pemeirntah mengimpor daging sapi.

“Kebijakan impor hanya solusi sementara harusnya pemerintah memikirkan solusi jangka panjang dengan melindungi peternak sapi lokal,” ungkapnya.

Terpisah, Sunardi. Salah satu pengurus APDSS mengatakan, meski harga daging saat ini naik, namun sebenarnya tak menguntungkan pedagang karena terjadi penurunan peningkatan. Justru kata dia pedagang masih ada yang rugi. “Permintaan menurun otomatis pendapatan turun,” tutur Sunardi.

Kenaikan harga justru dialami pedagang-pedagang nakal yang menjual daging gelonggongan. Sebab harga daging sapi dari paguyuban paling tinggi hanya Rp80.000 per kilogram. Namun oleh padagang nakal, mereka menjual sapi gelonggongan dengan harga Rp85.000 per kilogram. “Kalau digelonggong beratnya bisa naik, itu yang mereka ambil,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Kemensos Coret 1,9 Juta Penerima Bansos

Kemensos Coret 1,9 Juta Penerima Bansos

News
| Jum'at, 19 September 2025, 19:07 WIB

Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja

Wisata
| Jum'at, 12 September 2025, 21:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement