Advertisement

SISWI MENINGGAL AKIBAT OSPEK : Anindya Dihukum Squat Jump Padahal Dibentak Saja Bisa Pingsan

Senin, 22 Juli 2013 - 19:40 WIB
Maya Herawati
SISWI MENINGGAL AKIBAT OSPEK : Anindya Dihukum Squat Jump Padahal Dibentak Saja Bisa Pingsan

Advertisement

[caption id="attachment_429360" align="alignleft" width="354"]http://www.harianjogja.com/baca/2013/07/22/siswi-meninggal-akibat-ospek-anindya-dihukum-squat-jump-padahal-dibentak-saja-bisa-pingsan-429359/mos-ilustrasi-antara-4" rel="attachment wp-att-429360">http://images.harianjogja.com/2013/07/MOS-ilustrasi-antara3.jpg" alt="" width="354" height="269" /> Foto Ilustrasi Masa Orientasi Siswa (MOS)
JIBI/Harian Jogja/Antara[/caption]

Harianjogja.com, BANTUL-http://www.harianjogja.com/baca/2013/07/19/siswi-meninggal-akibat-ospek-setelah-dihukum-karena-tak-bawa-sepatu-siswi-pandak-meninggal-428298">Anindya Puspitasari, siswa baru di SMK 1 Pandak, Bantul meninggal dunia setelah mengikuti masa orientasi siswa (MOS). Ia sebelumnya kena hukuman squat jump.

Advertisement

Menurut Eddy Sutoro, guru olah raga yang turut menyiapkan seleksi pasukan pengibar bendera (paskibra) pada 18-20 Juli 2013, Senin (22/7/2013) orangtua Anindya lupa menyampaikan kondisi anaknya.

Beberapa saat setelah siswi tersebut meninggal, Edy menemukan kartu kontrol Anindya di Rumah Sakit (RS) Panembahan Senopati.

Ia menduga, Anindya memiliki penyakit bawaan sehingga harus melakukan kontrol rutin di RS tersebut.

Keyakinan Edi makin kuat setelah bertemu dengan orangtua Anindya yang mengaku anaknya mudah pingsan tiap mendapat bentakan atau suara.

"Orang tua Anindya juga mengatakan kelupaan tidak menyampaikan gejala anaknya ke sekolah. Orangtua lupa menyampaikan itu," tambahnya.

Eddy juga mengatakan ia tidak merekomendasikan hukuman squat jump. Sejak awal kegiatan latihan, Eddy mengatakan seluruh siswa peserta paskibra wajib membawa kaus dan celana training. Anindya termasuk melanggar tata tertib ini.

Ia bersama lima siswi dan 15 siswa lainnya yang melanggar kemudian dikumpulkan untuk breafing. Menurut Eddy, dirinya telah wanti-wanti agar menerapkan hukuman wajar.

Untuk laki-laki, Eddy menyarankan hukuman push up, tetap jika sakit harus berhenti. Sementara perempuan jumping jump. Namun dalam pelaksanaannya, entah kenapa yang diterapkan justru squat jump. "Itulah Demi Allah saya tidak pernah rekomendasikan squat jump," papar Eddy.

Sementara itu Suyut, Kepala SMKN 1 Pandak, menyatakan siap memberi keterangan ke polisi dan Dinas Pendidikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ekspor Batu Bara Indonesia Terendah Selama 3 tahun Terakhir, Ini Penyebabnya

News
| Minggu, 11 Mei 2025, 23:57 WIB

Advertisement

alt

Amerika Serikat Keluarkan Peringatan Perjalanan untuk Warganya ke Indonesia, Hati-Hati Terorisme dan Bencana Alam

Wisata
| Sabtu, 10 Mei 2025, 20:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement