Advertisement

Gaya Hidup Konsumtif Picu Perceraian

Bhekti Suryani
Jum'at, 18 April 2014 - 17:21 WIB
Nina Atmasari
Gaya Hidup Konsumtif Picu Perceraian

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL- Dari sisi penyebab perceraian, 50% kasus perceraian di Kabupaten Bantul dilatarbelakangi persoalan ekonomi. Mulai dari suami tidak memberi nafkah, atau isteri merasa nafkah yang diberikan suami tidak mencukupi.

Humas Pengadilan Agama Bantul Akbaruddin menduga, gaya hidup masyarakat saat ini yang cenderung konsumtif turut memicu kasus perceraian. Lantaran ada keinginan dari salah stau pihak untuk hidup lebih layak bahkan glamor.

Advertisement

“Sekarang ini kan masyarakat sudah konsumtif, tontonannya saja sinetron jadi meniru dari televisi. Tanpa disadari faktor seperti ini yang dapat memicu perceraian,” tuturnya, Rabu (16/4/2014).

Dari ribuan kasus perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Bantul sangat jarang yang akhrinya rujuk. Dalam sebulan kadang hanya ditemui satu kasus yang berujung rujuk setelah dimediasi oleh hakim Pengadilan Agama.

“Karena masalah yang dibawa ke pengadilan biasanya sudah kronis. Biasanya sebelum ke pengadilan ada mediasi di tingkat desa jadi kalau tidak selesai di sana baru dibawa ke pengadilan,” lanjutnya.

Ditambahkannya, lantaran banyaknya perkara yang masuk ke pengadilan, dalam sehari majelis hakim harus menyidangkan rata-rata 40 perkara. Sementara hakim yang bertugas hanya dua majelis atau enam orang hakim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Korupsi Timah, Bos Maskapai Penerbangan Terlibat

News
| Sabtu, 27 April 2024, 07:47 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement