Advertisement
FENOMENA CACING : Alat Pengukur Tremor Tak Tunjukkan Reaksi Pergerakan Tektonik

Advertisement
Fenomena cacing masih heboh dibicarakan masyarakat luas.
Harianjogja.com, BANTUL-Isu keterkaitan fenomena munculnya cacing tanah dengan pertanda gempa bumi besar kian terbantahkan. Pasalnya, salah satu indikator terjadinya gempa, yakni dua unit alat pengukur tremor yang terpasang di Kecamatan Pundong dan Piyungan sama sekali tak menunjukkan adanya peningkatan kualitas tremor yang signifikan. (Baca Juga : http://jogja.solopos.com/baca/2015/06/03/bencana-alam-muncul-fenomena-banyak-cacing-keluar-bukan-berarti-pertanda-gempa-610626">BENCANA ALAM : Muncul Fenomena Banyak Cacing Keluar, Bukan Berarti Pertanda Gempa)
Advertisement
Hal itu dibenarkan oleh Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto. Saat dihubungi, Kamis (4/6/2015) siang, ia mengakui fenomena munculnya cacing itu terbilang cukup menghebohkan. Ia pun tak memungkiri kepanikan terlihat dari respon masyarakat yang reaktif terhadap isu tersebut.
Namun, selaku pihak yang bertanggung jawab terhadap penanggulangan bencana di kawasan Bantul, pihaknya tetap berpegang teguh pada pengukuran ilmiah.
"Salah satunya ya kedua alat itu. Kalau kedua alat itu tidak menunjukkan apa-apa, ya berarti tidak akan terjadi apa-apa," tegasnya.
Diakuinya, hingga kini masyarakat Bantul masih saja dihebohkan oleh isu tersebut. Dari hasil catatannya, setidaknya ada empat kecamatan yang mengalami fenomena munculnya cacing tanah itu. Keempat kecamatan itu masing-masing adalah Piyungan, Bambanglipuro, Bantul, dan Kasihan.
Ditegaskannya, cacing-cacing tersebut keluar lantaran upaya penyesuaian suhu mereka setelah terjadi perubahan cuaca yang cukup siginifikan. Terlebih fenomena itu banyak terjadi di pagi hari, yang
notabene merupakan momentum tepat bagi cacing untuk melakukan penyesuaian suhu.
"Itu karena pengaruh matahari yang masuk ke pori-pori tanah," paparnya.
Itulah sebabnya, Bupati Bantul Sri Surya Widati pun berharap agar masyarakat Bantul tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu-isu yang menyesatkan. Mennurutnya, penjelasan ilmiah yang sudah terbeber di media massa adalah alasan untuk tetap tenang dan tidak panik.
"Pakar-pakar kan sudah menjelaskan. Ya untuk masyarakat, jadikanlah itu [penjelasan pakar] sebagai acuan," tegasnya.
Memastikan tidak adanya keterkaitan fenomena cacing dengan gempa bumi, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY sengaja mendatangi lokasi alat pengukur tremor di kawasan Kecamatan Pundong.
Dari hasil pantauan mereka, alat itu ternyata memang tidak menunjukkan gejala peningkatan tremor secara signifikan.
"Hanya ada sedikit fluktuasi tremor. Menurut saya itu masih wajar. Apalagi beberapa pekan terakhir kan ada gempa kecil-kecil," ujar Kepala BMKG DIY Bambang Suryo Santoso saat ditemui di lokasi, Kamis (4/6/2015).
Dijelaskannya, alat yang terpasang di kompleks halaman belakang kantor Kecamatan Pundong itu merupakan indikator yang mengukur pergerakan tektonik sesar Opak.
Dijelaskannya, pada gempa 2006 silam, kawasan Piyungan dan Pundong adalah area terparah akibat bergesernya jalur Sesar Opak. Itulah sebabnya, alat pengukur tremor yang terletak di Pundong itu memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi untuk mengukur kemungkinan terjadinya pergeseran jalur Sesar Opak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Gunakan BLT untuk Judol, 49 Rekening KPM di Tulungagung Dibekukan
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Lokasi Pemadaman Listrik di DIY Hari Ini, Mulai Jam 10.00 WIB
- Jembatan Pandansimo, Harapan Ekonomi Baru Warga Selatan Kulonprogo
- Ratusan Sekolah di Gunungkidul Akan Diberi Bantuan Televisi
- Kesadaran Rendah, Baru 5,6 Persen Warga Sleman Ikut CKG
- PPPK Paruh Waktu Pertanyakan Syarat Pendidikan Berubah-ubah
Advertisement
Advertisement