Advertisement
ALIH FUNGSI LAHAN : Butuh Pemimpin yang Tegas untuk Menekan Alih Fungsi Lahan Pertanian

Advertisement
Alih fungsi lahan pertanian di Sleman harus dikendalikan
Harianjogja.com, SLEMAN - Pemerintah di daerah dituntut melindungi lahan pertanian. Alih fungsi lahan pertanian terjadi akibat tergerus proses pembangunan. Kondisi tersebut menyebabkan produktivitas di sektor pangan menurun.
Advertisement
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan, dibutuhkan pemimpin daerah yang tegas untuk menekan terjadinya alih fungsi lahan pertanian.
Kepala daerah, katanya, berperan penting mengeluarkan kebijakan yang melindungi kawasan pertanian dari gempuran pembangunan. Pasalnya, produktifitas pangan terutama padi dalam waktu 10 tahun terakhir, hanya meningkat 6% saja.
"Pemeritah pusat akan mensupport daerah yang mampu meminimalisasi peralihan fungsi lahan pertanian itu. Saya berharap seluruh pemerintah daerah mempertahankan lahan pertaniannya," kata Amran saat menghadiri panen raya di Candisingo, Madurejo, Prambanan, Rabu (2/3/2016).
Amran mengaku terus berkoordinasi dengan masing-masing kepala daerah terkait upaya meningkatkan produktivitas pertanian. Arman bahkan menargetkan penambahan lahan pertanian seluas 50 hektare jika Bupati Sleman Sri Purnomo (SP) mampu menyediakan lahan 100 hektar lahan pertanian.
“Bupati meminta pemanfaatan lahan mangkrak akibat erupsi Merapi seluas 50 hektar di Cangkringan. Saya penuhi cetak sawah 50 hektare, kalau Pemkab mampu sediakan 100 hektar lahan pertanian," ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, menteri juga memberikan sejumlah bantuan kepada kelompok tani. Meliputi pompa air, alat panen dan taktor tangan. Amran menjanjikan, segera mengirimkan satu unit alat mesin panen, hand traktor dan pompa air kecil masing-masing lima unit.
"Saya minta alat-alat ini sampai ke petani. Bila tidak petani silahkan datang ke saya semua biaya saya ganti nanti," janjinya.
Sementara Tuwuh, perwakilan Kelompok Tani “Sedyo Rukun” Candi Singo mengatakan, banyak petani mengalami kendala untuk menggarap lahan pertanian. Salah satunya, kekurangan peralatan pompa air.
“Kami hanya memiliki satu pompa air yang digunakan untuk 29 hektare area pertanian. Pompa itupun hasil swadaya masyarakat dan selama ini kami mengambil airnya dari Kali Opak,” ungkap Tuwuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Penuhi Panggilan Penyidik Gabungan, Firli Dikawal Sejumlah Ajudan
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Serahkan DIPA dan Buku Alokasi TKD 2024, Belanja Negara di DIY 2024 Naik 12,08 Persen
- Soal Video Ade Armando Senggol Keistimewaan DIY, GKR Hemas: Pasti Itu Pesanan, Tapi Yo Gak Popo
- Dishub Jogja Petakan Titik Parkir Liar Jelang Libur Akhir Tahun, Ini Salah Satunya
- Desentralisasi Pengelolaan Sampah, ORI DIY: Penutupan TPA Piyungan Tidak Sesuai Perda
- Pasar Murah di Alkid, Cabai Rp5 Ribu per Ons Habis Diserbu Warga
Advertisement
Advertisement