Advertisement

KISAH TRAGIS : Melihat Kehidupan Bayi-bayi yang Dibuang Lalu Dirawat di Yayasan Sayap Ibu Jogja

Irwan A Syambudi
Senin, 15 Agustus 2016 - 19:20 WIB
Nina Atmasari
KISAH TRAGIS : Melihat Kehidupan Bayi-bayi yang Dibuang Lalu Dirawat di Yayasan Sayap Ibu Jogja Ilustrasi mayat bayi (Bbc.co.uk)

Advertisement

Kisah tragis dialami bayi-bayi yang dirawat di Yayasan Sayap Ibu Jogja

Harianjogja.com, JOGJA- “Semua orang yang datang ke sini gerak-geriknya terpantau oleh polisi. Banyak polisi berpakaian preman keluar masuk di sini.” Itu adalah salah satu penggalan cerita Sri Astiwi, Ketua I, Yayasan Sayap Ibu Cabang Jogja.

Advertisement

Tidak sembarang pengunjung panti asuhan Yayasan Sayap Ibu mendapatkan informasi tentang latar belakang masing-masing anak dirawat di panti. Di dalam panti pun tidak diperkenankan mengunakan kamera untuk sekedar mengambil gambar.

Satu ketika seorang perempuan datang ke panti, ia berkunjung untuk menengok anak-anak di panti. Polisi mencurigai gerak-gerik perempuan tersebut karena melihat naluri keibuanya, ia memperlakukan salah seorang anak layaknya anak kandung sendiri.

Setelah ditelusuri seorang ibu tersebut merupakan orang tua kandung dari salah seorang anak di panti yang sebelumnya telah ditelantarkan. Polisi kemudian menangkapnya atas tuduhan membuang dan menelantarkan bayi.

Setiap tahun rata-rata ada tujuh hingga sepuluh bayi yang diterima kemudian dirawat oleh Yayasan Sayap Ibu. Kasus penemuan bayi terbanyak berasal dari Kabupaten Sleman.

Menurut Sri, ini ditengarai karena banyaknya pelajar dan mahasiswa yang ada di Sleman, dan selama ini pelajar dan mahasiswa sangat rentan hamil di luar nikah.

Bersambung halaman 2


Sebagaian dari bayi yang dirawat merupakan bayi yang dibuang oleh orang tuanya akibat kehamilan yang tidak diinginkan.

“Setidaknya kini terdapat 19 bayi berusia nol sampai dua tahun yang sedang dirawat di memiliki ruangan khusus sesuai usianya,” kata Sri, pada Kamis (11/8/2016).

Udara di dalam ruangan cukup nyaman untuk seseorang tidur di sana, lima menit lagi menunjukkan pukul 12.00 WIB. Waktu dimana anak-anak harus tidur siang dan tidak boleh ada kunjungan.

Ada dua alat pendingin udara yang dipasang pada dua sisi tembok disetel sama besar 23 derajat celcius. Ranjang bayi berbentuk persegi panjang berjajar rapi.

Seorang bayi perempuan yang belum genap dua tahun nampak ceria sambil berdiri di atas ranjang berpegang jeruji besi sebagai pembatas ranjang. Jeruji besi biasa digunakan untuk membatasi gerak seorang bayi supaya tidak terjatuh dari ranjang.

Seorang pramusiwi terlihat mendekap bayi di atas ranjang sambil memegangi botol susu. Seorang lagi nampak membenahi letak popok yang dikenakan bayi yang sedang tidur pulas. Di ruangan khusus untuk bayi berusia nol sampai dua tahun itu nampak sebagian bayi sudah mulai tidur.

Bersambung halaman 3


Satu bayi jelita nampak masih ceria, ia terlihat belum mengantuk sama sekali. Dengan mengenakan pakaian motif bunga dan sorot mata yang teduh ia berdiri di atas ranjang berpegang jeruji besi pembatas ranjang.

Sesekali tersenyum memperlihatkan giginya yang tumbuh belum genap. Tak sedikitpun tersirat kesedihan di raut mukanya. Siapa sangka bayi jelita nan lucu itu merupakan bayi yang tidak diinginkan oleh orang tuanya.

Bayi-bayi yang ditelantarkan tidak memiliki identitas sama sekali termasuk nama, agama, dan asal-usul mereka. Setiap kali datang bayi yang baru ditemukan, Sri kerap memberikan nama secara spontan.

“Biasanya memang ada yang sudah diberi nama oleh si penemu bayi, tapi kebanyakan mereka belum memiliki nama. Ada yang saya kasih nama Julianto, karena saat ditemukan pada bulan Juli, ada yang saya namai Ramadan karena ditemukan saat bulan Ramadan, ” ujar wanita paruh baya ini.

Sri kadang merasa kasihan karena mendapati bayi tanpa tahu tanggal lahir mereka.

”Sampai dewasa nanti kemungkinan besar mereka tidak tahu pasti hari ulang tahun mereka. Hari kelahiran mereka hanya berdasarkan prediksi dari dokter, tidak ada yang tahu pasti tanggal dan jamnya kecuali ibu kandungnya,” kata dia saat ditemui Harianjogja.com di Kantor Yayasan Sayap Ibu Cabang Jogja di Jl. Rajawali No. 3, Condongcantur, Sleman.

Bersambung halaman 4

Dia kadang juga merasa sedih saat menemukan bayi yang ditelantarkan orang tuanya di sembarang tempat. Kasus terakhir misalnya ia menerima bayi yang ditemukan di sebuah gerobak bakso. Sebelumnya ia juga menerima bayi yang ditemukan seorang warga di bangunan pos ronda di sebuah desa.

Sri lebih senang jika ada seorang ibu yang meninggalkan anaknya di rumah sakit. Beberapa kali ia menemukan kasus ibu yang melakukan persalinan di rumah sakit. Setelah selesai bersalin sang ibu kabur meninggalkan bayinya.

Sri mengatakan mereka yang meninggalkan bayinya di rumah sakit setelah selesai bersalin biasnya karena sang bayi tubuhnya tidak sempurna orang tua enggan merawat. Atau memang orang tua merasa tidak sanggup menangung biaya hidup.

“Modusnya kadang mereka memberikan identitas dan alamat palsu kepada rumah sakit, setelah itu mereka kabur. Namun cara-cara seperti itu lebih manusiawi dari pada meninggalkan bayi tanpa perasaan di sembarang tempat seperti kasus yang banyak terjadi,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement