Advertisement

MUBENG BERINGHARJO : Mbah Jiwo, Penjual Tembakau Rajangan yang Legendaris

Bernadheta Dian Saraswati
Rabu, 07 September 2016 - 21:55 WIB
Nina Atmasari
MUBENG BERINGHARJO : Mbah Jiwo, Penjual Tembakau Rajangan yang Legendaris Penjual tembakau rajangan Pasar Beringharjo, Jiwo, sedang membungkus tembakau rajangan ke dalam plastik. (Bernadheta Dian Saraswati/JIBI - Harian Jogja)

Advertisement

Mubeng Beringharjo kali ini menjumpai Mbah Jiwo, seorang penjual tembakau rajangan

Harianjogja.com, JOGJA-Jiwo adalah perempuan lanjut usia yang masih aktif berjualan di Pasar Beringharjo. Sejak usia 12 tahun hingga saat ini sudah 73 tahun, ia setia dengan profesinya yaitu sebagai penjual tembakau rajangan.

Advertisement

Untungnya tak seberapa, yang penting baginya adalah bisa menyalurkan hobi berdagang dan untuk hiburan.

Ditemui Harianjogja.com, awal September ini di Beringharjo, Mbah Jiwo, begitu sapaan akrabnya di kalangan pedagang dan pembeli, rela berjalan dari rumahnya untuk menuju ke pasar.

Ia sendiri tinggal di Dusun Soropadan, Condongcatur, Depok, Sleman sehingga perjalanan panjang sekitar empat jam ia tempuh demi menjual tembakau rajangannya.

“Patang jam mlaku. Mangkate jam loro [Empat jam jalan. Berangkatnya jam 2.00 WIB],” kata Jiwo sembari mengepal-kepal tembakau rajangan menjadi bola-bola kecil.

Hal ini juga ia lakukan jika berjualan di Pasar Pakem. Jika tidak ada anak atau cucu yang mengantar dan kendaraan umum sulit ditemukan, ia pun nekat berjalan kaki.

Beberapa kali anak dan cucunya memintanya untuk berhenti berjualan, tetapi ia menolak. Alasannya, jiwa berdagang sudah sangat melekat dalam hidupnya.

Baginya, berdagang di usia senja adalah hiburan. Untung tak lagi jadi utama, tetapi sesrawungan atau relasi dengan teman-teman pedagang dan pembeli jadi semangat hidupnya.

Jiwo hanya melanjutkan pekerjaan yang diwariskan orang tuanya. Penghasilan yang ia peroleh pun tak seberapa. Jika jualannya lancar, ia bisa mengantongi uang Rp100.000. “Ora ono bathine. Oleh-oleh dinggo putu wae Rp40.000 [tidak ada untungnya, oleh-oleh untuk cucu saja Rp40.000],” kata Jiwo.

Khusus untuk kinang, tembakau rajangan hanya dijual Rp1.000 per plastik yang berisi 10 bulatan kecil. Sementara untuk rokok lintingan, ada jenis tembakau yang khusus dijual.

Harganya lebih mahal karena lebih lembut dan berbeda warna. Tembakau rajangan untuk rokok ia jual Rp100.000 per kilogram (kg), tetapi kebanyakan konsumen hanya membeli 1 ons saja.

Di tengah kegigihannya berjalan kaki ke pasar, nenek 11 cucu dan satu cicit ini tidak setiap hari berjualan di pasar. Ia hanya berjualan dua kali seminggu.

Namun, di rumah ia juga membuka lapaknya untuk melayani pelanggan yang ada di sekitar rumahnya, yang masih mempertahankan tradisi menginang dan menghisap rokok lintingan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Program Makan Siang Gratis Disarankan Melibatkan UMKM

News
| Kamis, 04 Juli 2024, 21:37 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement