Advertisement

Waspadai Potensi Refraksi Mata pada Anak Sekolah

Arief Junianto
Minggu, 24 September 2017 - 21:20 WIB
Nina Atmasari
Waspadai Potensi Refraksi Mata pada Anak Sekolah Sejumlah siswa mengikuti uji coba Ujian Nasional (UN) computer-based testing (CBT) di SMAN 1 Surabaya, Jawa Timur, Senin (23/3/2015). Sebanyak 198 sekolah tingkat SMP maupun SMA dan SMK di Jawa Timur dinyatakan siap melaksanakan UN online itu pada akhir tahun ajaran ini. (JIBI/Solopos/Antara - Herman Dewantoro)

Advertisement

Jumlah kasus refraksi mata pada anak usia sekolah cukup tinggi

Harianjogja.com, JOGJA--Jumlah kasus refraksi mata pada anak usia sekolah cukup tinggi. Berdasarkan data riset yang dilakukan oleh Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) 2015 lalu, sekitar 40% penurunan penglihatan pada anak usia sekolah merupakan kasus refraksi mata, khususnya terkait dengan Miopi (rabun jauh).

Advertisement

Hal itu disampaikan oleh salah satu dokter spesialis mata RS UGM dr.Tri Winarti. Ditemui di sela kegiatan Bakti Sosial yang digelar oleh RS UGM dan Persatuan Dokter Spesialis Mata (Perdami) DIY bekerjasama dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LMPK) Cokrodiningratan, Minggu (24/9/2017), ia mengaku, penyebab utama banyaknya jumlah penderita miopi pada anak-anak usia sekolah adalah aktivitas mata mereka yang kerap tak terkontrol.

“Membaca terlalu dekat dan memandang layar dawai terlalu lama adalah penyebabnya,” kata Tri.

Kendati angka 40% itu adalah hasil dari riset tahun 2015, bukan tidak mungkin angka itu bisa bertambah saat ini. Semakin mudahnya anak-anak mengakses fasilitas berbasis teknologi disinyalir membuka kemungkinan semakin banyak pula anak yang mengalami refraksi pada indera penglihatannya.

Tri menambahkan, miopi pada anak memang tak bisa disembuhkan. Orang tua hanya bisa melakukan upaya untuk mencegah agar refraksi itu tidak semakin berkembang. “Paling mudah memang adalah dengan mengenakan kacamata pada anak yang menderita refraksi,” tambahnya.

Sementara untuk pencegahan, Tri menyarankan kepada masyarakat, khususnya anak-anak usia sekolah untuk tidak secara terus menerus memforsir kerja matanya saat melihat dalam jarak kurang dari 33 sentimeter.

Setidaknya, setiap 20 menit sekali mata seharusnya digunakan untuk melihat objek berjarak minimal 20 kaki. “Metode ini disebut 20-20. Sudah disosialisasikan secara internasional,” ucap Tri.

Atas dasar itulah, Ketua Umum LPMK Cokrodiningratan Ariyadi Bowoleksono menyambut baik tawaran kerjasama dari Perdami DIY dan RS UGM. Terlebih, di wilayah Kelurahan Cokrodiningratan sendiri, sekitar 60% dari total warga adalah anak-anak usia sekolah.

Dalam kegiatan Bakti Sosial yang digelarnya di Pendopo Kelurahan tersebut, ia pun mengutamakan peserta dari kalangan anak-anak usia sekolah, terutama pada jenjang SD dan SMP. Itulah sebabnya, tak hanya membuka ruang bagi warga, pihaknya pun secara khusus menggandeng 7 unit sekolah dari kedua jenjang tersebut di wilayah Kelurahan Cokrodiningratan.

“Kalau kuota maksimalnya 200 orang. Kegiatan ini sudah yang ketiga kalinya kami selenggarakan bersama Perdami DIY dan RS UGM,” akunya.

Tak hanya pemeriksaan mata gratis saja, Ariyadi menambahkan, pihak Perdami DIY dan RS UGM pun menyerahkan 250 unit kacamata secara cuma-cuma kepada masyarakat, khususnya anak-anak di usia sekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Rekrutmen Pendamping Desa, Mendes PDT: Tak Boleh Terlibat Parpol

News
| Jum'at, 25 April 2025, 22:47 WIB

Advertisement

alt

Hidup dalam Dunia Kartun Ala Ibarbo Fun Town

Wisata
| Sabtu, 12 April 2025, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement