Advertisement

Ini Sesajen yang Dianggap Baik Saat Menyembah Dewa

Bernadheta Dian Saraswati
Rabu, 13 Desember 2017 - 19:40 WIB
Bhekti Suryani
Ini Sesajen yang Dianggap Baik Saat Menyembah Dewa Sejumlah warga Tionghoa melakukan sembahyang pada malam pergantian tahun memasuki tahun 2565 Imlek di Vihara Dharma Ramsi, Jl. Cibadak Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/1/2014) malam. Perayaan Malam Tahun Baru Imlek 2014 di Jawa Barat khususnya di Kota Bandung berlangsung aman dan lancar. (Rachman/JIBI - Bisnis)

Advertisement

Tionghoa punya tradisi menyembah dewa dengan membawa sesajian.

Harianjogja.com, JOGJA--Masyarakat Tionghoa terutama yang menganut kepercayaan Khonghucu masih mempercayai pentingnya persembahan untuk para dewa. Wujud persembahan yang dipilih tidak asal-asalan, tetapi yang memiliki simbol terbaik.

Advertisement

Pengelola Klenteng Tjen Ling Kiong, Margomulyo mengatakan, persembahan untuk rupang dewa biasanya dalam wujud buah dan makanan. Buah yang digunakan pun tidak sembarangan. Kebanyakan adalah pisang, jeruk, dan apel. “Pisangnya pakai yang raja dan emas. Yang levelnya paling tinggi jadi memberi yang terbaik untuk para dewa,” katanya, Rabu (13/12/2017).

Sementara jeruk merupakan buah yang lekat dengan budaya Tionghoa. Tidak hanya sebagai persembahan, jeruk juga sering dibagikan dalam perayaan Tahun Baru Imlek. Beberapa kalangan bahkan menempatkan hiasan buah tanaman jeruk di dalam rumahnya.

Jeruk diyakini sebagai pembawa rejeki. Warnanya yang orange melambangkan emas sehingga diharapkan mampu membawa peruntungan bagi pemilik atau orang yang memakannya. Buah ini juga melambangkan keharmonisan karena buahnya yang bergerombol mewujudkan sebuah kesatuan.

Saat digunakan sebagai persembahan di depan rupang dewa, jumlah buah jeruk harus ganjil. Margo mengatakan, aturan tersebut berlaku untuk jenis persembahan lainnya, baik itu buah, makanan jajan pasar, maupun dupa.

Jenis persembahan yang disajikan memiliki rasa manis, dengan harapan doa yang dikirimkan kepada Tuhan melalui para dewa bisa berbuah manis. Sebenarnya, kata Margo, sifat persembahan untuk rupang dewa wajib bagi yang mampu, sementara bagi yang tidak mampu juga tidak dapat dipaksakan.

Di Klenteng Tjen Ling Kiong atau yang lebih dikenal dengan Klenteng Poncowinatan, persembahan komplet kepada para dewa hanya dilakukan pada tanggal 1 setiap bulan menurut penanggalan Imlek. Angka satu atau saat bulan sedang mulai muncul, dianggap memiliki kekuatan alam yang berbeda dengan saat tanggal 15 yang terjadi bulan purnama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terkait

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Pensiun, Kapolri Mutasi Ketua KPK dan BNPT

News
| Rabu, 25 Juni 2025, 11:27 WIB

Advertisement

alt

Pendaki Asal Brasil Jatuh di Gunung Rinjani Dievakuasi

Wisata
| Sabtu, 21 Juni 2025, 17:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement