Advertisement
Ahli Biologi UGM: Tebar Lele di Selokan Mataram Dapat Ganggu Ekosistem
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-Kegiatan memancing dengan didahului menebar 10 ton lele di Selokan Mataram diprotes oleh masyarakat pencinta sungai. Menurut ahli biologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), tebar lele memang dimungkinkan dapat mengganggu ekosistem.
Dosen Fakultas Biologi UGM Donan Satria Yudha mengatakan, informasi awal yang diterimanya jenis ikan lele yang ditebar adalah lele dumbo. Namun, belakang informasi yang diterimanya bahwa kemudian yang bakal ditebar di Selokan Mataram adalah jenis lele mutiara dan sangkuriang.
Advertisement
"Jenis dumbo memang termasuk spesies asing dan invasif. Tapi belum bisa kami pastikan apakah ini ikan lokal atau ikan produksi. Kalau sangkuriang dan mutiara, itu kan sudah bukan spesies asli. Perkawinan silang dari jenis lele, dan kemungkinan besar bisa menggangu ekosistem di sana [Selokan Mataram]," kata dia, Sabtu (8/9/2018).
Donan yang pernah meneliti keanekaragaman jenis ikan di sepanjang Sungai Boyong, DIY ini menyarankan agar lele lebih baik dibudidayakan daripada dilepas di Selokan Mataram. Dengan dibudayakan di tambak atau kolam budi daya dapat lebih bermanfaat dan tidak terlalu memiliki dampak lingkungan.
Terlebih menurutnya, Selokan Mataram punya akses ke perairan alami yakni ke Sungai Gajahwong dan Code, sehingga dapat mempengaruhi ekosistem di sungai tersebut. "Malah merusak ekosistem di perairan sana. Meski nantinya di Selokan [Mataram] akan dikasih sekat atau jaring. Apa sekat nanti bisa menjamin lele sebanyak itu tak lepas ke perairan?" kata Kepala Museum Biologi UGM ini.
Sebelumnya, relawan Jokowi-Ma'ruf Amin Untuk Kemuliaan Indonesia (Rejomulia), mengajak masyarakat memancing di 14 spot Selokan Mataram. Dari panitia disediakan 10 ton lele jenis Mutiara dan Sangkuriang untuk dipancing pada Minggu (9/9/2018).
Sekretaris Jenderal Rejomulia, Andreas Andi Bayu mengatakan acara ini untuk memperingati momentum bersejarah 5 September 1945. Mengenai sejarah bergabungnya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kami sudah ke BKIPM DIY [Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan] ikan sudah diperiksa dan tidak ada masalah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus
Advertisement
Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali
Advertisement
Berita Populer
- Warga Kulonprogo Ajukan Gugatan Disebut Nonpribumi Saat Balik Nama Sertifikat, Sidang Ditunda Lagi
- Biro PIWPP Setda DIY Gencarkan Kampanye Tolak Korupsi
- Anggota DPR RI Sebut Perlu Ada Honor untuk Pengambil Sampah Rumah Tangga di Jogja
- BPBD DIY Mewaspadai Lonjakan Pembuangan Sampah ke Sungai Imbas TPA Piyungan Ditutup
- Warga Terluka Saat Berdesak-desakan Buang Sampah di Depo Purawisata Jogja
Advertisement
Advertisement