Advertisement

Pengin Beternak Itik Tanpa Ada Bau, Ini Dia Caranya

Ujang Hasanudin
Rabu, 27 Februari 2019 - 16:20 WIB
Arief Junianto
Pengin Beternak Itik Tanpa Ada Bau, Ini Dia Caranya Norbertua Kaleka, penulis buku Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon menyampaikan materi dalam acara bedah buku yang digelar di Balai Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Bantul, Rabu (27/2/2019). - Harian Jogja/Ujang Hasanudin

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Usaha di bidang agrobisnis terus berkembang, salah satunya agrobisnis itik yang memang memberikan peluang usaha beragam di masyarakat. Namun tak bisa dipungkiri, beternak itik erat kaitannya dengan bau kotoran dan mengganggu warga sekitar.

Sejumlah tantangan dalam beternak sekaligus berbisnis itik ini dikupas tuntas dalam diskusi dan bedah buku Beternak Itik Tanpa Bau Tanpa Angon yang digelar oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY di Balai Desa Donotirto, Kecamatan Kretek, Bantul, Rabu (27/2/2019). Diskusi ini menghadirkan penulis buku sekligus alumni Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Norbertus Kaleka.

Advertisement

Norbertus mengatakan sumber bau dalam peternakan itik sebenarnya berasal dari kotoran, sisa pakan, dan limbah kandang. Bau kotoran itik yang menyengat akan terasa terutama saat musim hujan. Tidak hanya itu terkadang peternaknya juga merasa gatal terkena limbah kandang itik. "Kandang dengan populasi itik 300-500 ekor dapat menghasilkan kotoran itik sebanyak 1,5 ton selama empat bulan atau 4,5 ton dalam setahun," kata Norbertus.

Menurut dia, tidak ada faktor tunggal penyebab bau dalam peternakan itik. Faktor pakan, kandang yang digunakan, pengelolaan kebersihan dan kotoran juga turut memengaruhi.

Kotoran itik, kata dia, berkaitan dengan unsur nitrogen dan sulfida yang terkandung dalam kotoran itik, Saat terjadi penumpukan kotoran terjadi proses dekompoisisi oleh mikroorganisme yang membentuk gas amonia, nitrat, serta gas sulfida. “Inilah yang menimbulkan bau,” ucap dia.

Beberapa cara yang bisa dilakukan agar kotoran itik tidak bau yang merugikan kesehatan ternak dan manusia adalah pemilihan pakan probiotik atau suplemen pakan berupa mikroba hidup, "Sekarang sudah banyak probiotik yang dijual di pasar untuk mereduksi bau kotoran ternak unggas. Mikroba yang terdapat dalam probiotik dapat mengurangi pembentukan gas amonia," kata dia.

Selain itu sanitasi kotoran juga perlu diperhatikan mulai dari pembersihan secara rutin, pengapuran lantai atau dinding kandang, penyemprotan. Norbertus juga memberikan kiat agar itik tetap sehat dengan memberikan jamu seperti bawang putih, kunyit, dan jahe.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DP2KP) Bantul, Joko Waluyo memaparkan soal peluang beternak itik mulai dari dagingnya, telurnya, hingga usaha pemotongan itik. Selain itu Itik di Bantul juga berbeda dengan itik lainnya. Jenis itik yang dikembangkan di Bantul adalah itik mataram atau itik turi. "Disebut itik mataram karena dulu abdi dalem Kraton [Ngayogyakarta Hadiningrat] di wilayah Turi, Bambanglipuro memelihara itik. Itik rumpun mataram atau turi ini sudah mendapat SK dari Kementerian Pertanian pada 2014 lalu," kata Joko.

Selain Norbertus Kaleka dan Joko Waluyo, narasumber bedah buku tersebut adalah Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY, Suwardi, serta peternak itik asal Jetis Bantul, Tujono. Bedah buku tersebut dilaksanakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) Bantul.

Kabid Pembinan dan Pengembangan Perpustakaan DPAD DIY, Juli Sugiarto mengatakan diskusi dan bedah buku tersebut digelar untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Sementara soal buku dan tema yang dipilih karena daerah Donotirto salah satu wilayah yang potensial untuk beternak itik.

Sehingga selain mengedukasi literasi, masyarakat juga dapat mengembangkan usaha. "Makanya kami hadirkan langsung ahlinya, penulisnya, sampai praktisi yang sukses bergelut dalam usaha peternakan itik," kata Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Raja Charles III Kembali Jalani Tugas Setelah Pengobatan Kanker

News
| Sabtu, 27 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement