Advertisement

GKR Hemas: Masyarakat Wajib Tegas soal Khilafah

Abdul Hamied Razak
Senin, 01 April 2019 - 19:17 WIB
Arief Junianto
GKR Hemas: Masyarakat Wajib Tegas soal Khilafah Anggota DPD RI Dapil DIY, GKR Hemas (tengah) saat bicara soal Pancasila, UUD 1945 di hadapan guru-guru madrasah di Aula gedung DPD RI, Senin (1/4/2019). - Harian Jogja/Abdul Hamid Razak

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Jelang Pemilu, isu pertarungan antara kelompok Pancasila dengan Khilafah kembali mencuat. Masyarakat diimbau untuk menolak tegas ideologi yang ingin merusak persatuan dan kesatuan NKRI.

Anggota DPD RI GKR Hemas mengingatkan agar masyarakat jangan mau untuk diadu domba oleh kepentingan segelintir orang yang akan merusak persatuan dan kesatuan NKRI. Menurut Hemas, ideologi Pancasila sebagai dasar negara sudah final. Kalau masih ada kelompok yang tidak mau mengakui Pancasila, tidak menyanyikan lagu Indonesia Raya, tidak menghormati bendera Merah Putih, maka masyarakat harus tegas menyikapinya.

Advertisement

"Harus tegas menjelaskan kepada mereka bahwa Pancasila menjadi dasar bagi NKRI. Guru-guru juga harus menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada murid-muridnya. Semaju-majunya bangsa yang sudah superpower saja mereka tetap bangga dengan negaranya," kata Hemas di hadapan guru-guru madrasah di Kantor DPD RI DIY, Senin (1/4/2019).

Saat ini, model sosialisasi Pancasila secara konvensional saja tidak cukup. Model penyampaian harus dilakukan secara inovatif dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Pasalnya sudah sekitar 20 tahun lebih masyarakat kehilangan ruh dasar negara. Hal itu akibat perubahan model pendidikan yang diterapkan. "Akibat hilangnya mata pelajaran Pancasila, masuklah kepentingan segelintir orang dengan khilafah. Anak-anak yang saat ini berusia 30-an tidak memahami Pancasila," kata istri Sri Sultan HB X itu.

Selain sekolah, kampus-kampus juga tidak luput dari penyebaran ideologi tersebut. Mereka tidak jarang melakukan diskusi-diskusi soal agama. Kalau tidak ada leader yang mengontrol, mereka bisa terjerumus. Padahal, ideologi yang mereka bawa bukan Islam di Indonesia.

"Tak usah mempersoalkan agama kalau menilai Islam di Indonesia lebih baik. Jangan mau dimasuki ideologi yang merusak kesatuan dan persatuan bangsa. Apakah mau kita semua diadu domba seperti Suriah," katanya.

Untuk membumikan kembali nilai-nilai Pancasila pada anak-anak, guru diminta untuk melibatkan mereka dalam group diskusi. Anak-anak dilatih untuk mengurai sila persila dari lima sila yang ada. Hak itu dilakukan sebagai salah satu langkah agar anak-anak memahami betul apa itu Pancasila. Baginya, meletakkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara ini sangat penting.

"Pancasila adalah kita. Kita adalah Indonesia. Karena itu kita harus benar benar menghayati makna Pancasila agar perilaku dalam berbangsa dan bernegara dapat selaras dengan cita-cita dasar Negara," katanya.

Ketua Pusat Studi Pancasila UGM Heri Santoso berharap agar Pancasila sebagai dasar negara harus terus dijaga agar NKRI tetap utuh dan terhindar dari perpecahan. Agar bangsa ini tetap berdiri kokoh, warga Negara harus mengamalkan sila-sila dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan tidak hanya sebatas slogan semata.

"Ajarkan kebudayaan dan agama yang benar di PAUD. Misalnya dengan bernyanyi dan bermain. Permainan asli Indonesia semuanya mengusung nilai-nilai gotong-royong dan tidak egois," kata Heri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement