Advertisement
Antraks Ditemukan di Gunungkidul, Bagaimana dengan Kota Jogja?
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA- Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta menyebut, hasil pengujian laboratorium untuk beberapa sampel sapi, baik berupa daging, darah, dan sampel tanah serta residu di pertenakan, seluruhnya menunjukkan hasil negatif antraks.
“Sudah ada hasilnya. Semua sampel yang diuji dinyatakan negatif antraks,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Jogja Sugeng Darmanto di Yogyakarta, Selasa (11/6/2019).
Advertisement
Menurut Sugeng, usai isu dugaan sapi yang terkena antraks di Kabupaten Gunungkidul muncul, berbagai pihak langsung melakukan upaya pencegahan cepat. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melakukan lokalisasi sapi, sedangkan Kota Jogja melakukan pengujian laboratorium.
“Di Kota jogja pun, sebenarnya hampir tidak pernah ada sapi dari Gununglkidul yang masuk. Biasanya, sapi yang masuk ke Yogyakarta berasal dari Bantul dan Boyolali,” katanya.
Selain itu, lanjut Sugeng, sapi yang dimiliki beberapa peternak di Kecamatan Kotagede dan Tegalrejo biasanya tidak ditujukan sebagai sapi konsumsi untuk disembelih, tetapi sapi tersebut dipelihara untuk dibesarkan saja kemudian dijual menjelang Idul Adha.
Meskipun demikian, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta juga melakukan upaya pencegahan dengan menyemprotkan disinfektan di penampungan sapi yang berada di Rumah Pemotongan Hewan Giwangan.
Setiap hari, RPH Giwangan bisa memproduksi sekitar dua ton daging sapi untuk didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di Kota Yogyakarta. Produksi tersebut belum memenuhi kebutuhan daging sapi yang mencapai enam ton per hari, sehingga kekurangan empat ton daging dipenuhi dari Bantul dan Boyolali.
“Kami pun memberikan antibiotik ke petugas di Rumah Pemotongan Hewan Giwangan yang kerap bersentuhan langsung dengan sapi-sapi yang akan disembelih,” katanya.
Selain antraks, penyakit yang juga kerap menyerang sapi atau hewan ternak lain adalah penyakit kuku dan mulut. “Untuk penyakit ini, juga sangat jarang terjadi di Kota Yogyakarta. Penyakit tersebut biasanya terjadi karena kondisi kandang yang tidak bersih dan sehat,” katanya.
Karena di Kota Yogyakarta, lanjut Sugeng, jumlah sapi di pertenakan tidak terlalu banyak maka potensi penularan penyakit tersebut cukup rendah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
WhatsApp Bocor, Israel Dikabarkan Gunakan Data untuk Serang Rumah Warga Palestina
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Golkar DIY Bakal Terima Nama Calon yang Dijaring di Pilkada 2024, Berikut Nama-nama Kandidatnya
- Harga Bawang Merah di Jogja Masih Stabil Tinggi, Ini Penyebabnya
- Ini Rencana Pemda DIY Setelah TPA Piyungan Ditutup
- Pilkada 2024, Heroe Poerwadi Hingga Singgih Raharjo Ambil Formulir Pendaftaran Calon Walikota di Partai Golkar
- Semula April, Kesiapan Pengolahan Sampah di Kota Jogja Mundur hingga Awal Mei
Advertisement
Advertisement