Advertisement
Waspadalah! Obat Setelan Banyak Beredar di Wilayah Pinggiran Gunungkidul

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Campuran beberapa obat dalam satu kemasan atau dikenal dengan sebutan obat setelan banyak beredar di wilayah pinggiran Kabupaten Gunungkidul. Untuk mengantisipasi meluasnya peredaran obat berbahaya ini, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) DIY menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke Pasar Jepitu, Kecamatan Girisubo, Selasa (10/9). Hasilnya, di salah satu kios petugas menemukan sejumlah obat setelan yang diperjualbelikan secara bebas kepada masyarakat.
"Efek dari mengkonsumsi obat setelan sangat berbahaya bagi kesehatan di antaranya bisa menyebabkan seseorang mengalami gagal ginjal," kata seorang staf BBPOM DIY, Hafifah Ernawati, Selasa (10/9/2019).
Advertisement
Dia menyatakan dalam sidak tersebut jajarannya mendatangi sebuah kios yang menjual obat. Hasilnya ditemukan 36 strip obat terkilir dan 28 strip obat sakit gigi. "Kami menerima laporan dari Dinas Kesehatan Gunungkidul yang memiliki apoteker of change yang bertugas memantau peredaran obat tidak berizin," ujarnya.
Menurutnya, dalam kemasan obat terkilir tersebut terdapat empat macam jenis obat dalam satu kemasan dengan mencantumkan khasiat yakni mengurangi sakit akibat rematik, asam urat, serta nyeri dan linu. Namun dalam obat setelan tersebut tidak tercantumkan data zat aktif dan masa kedaluwarsa. "Kami langsung menyita obat tersebut," katanya.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Gunungkidul, Abdul Azis, mengatakan jajarannya secara rutin menggelar sidak tiga kali dalam setahun untuk mengurangi peredaran obat maupun makanan berbahaya. Petugas juga mengimbau kepada masyarakat agar melapor jika menemukan adanya peredaran obat-obatan berbahaya. "Segera laporkan. Penjual selalu berdalih menolong masyarakat tetapi sebenarnya justru membahayakan kesehatan masyarakat," katanya.
Menurut Abdul Azis, peredaran obat setelan di Bumi Handayani cukup marak meskipun fasilitas kesehatan mudah didapatkan oleh masyarakat. "Obat seperti ini banyak beredar karena muncul stigma dari masyarakat yang menilai berobat ke fasilitas kesehatan yang tersedia seperti rumah sakit lebih mahal, jadi mereka memilih membeli obat murah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

DPR RI Desak Mendagri Tito Hentikan Efisiensi Dana Transfer ke Daerah
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Peserta KB Laki-laki di Sleman Naik Jadi 27 Persen
- DPRD DIY: Program MBG Harus Jadi Peluang Kelompok Tani Lokal
- Keluarga Arya Daru Pangayunan Ajukan Perlindungan ke LPSK
- Pasien Stroke di Sleman Capai Lebih dari 5.000 Orang
- Top Ten News Harianjogja.com, Senin 15 September 2025, Ribuan Pesilat Bertemu di Jogja, Hasil Man City vs Man United, Mafia Tanah Kas Desa
Advertisement
Advertisement