Air Selokan Mataram Menyusut, Petani Resah
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN-- Di beberapa titik Selokan Mataram debit air menyusut, bahkan kering. Penyusutan air itu bagian dari upaya rehabilitasi Selokan Mataram oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSO) selama empat bulan dari September sampai Desember.
Kepala Bidang OP BBWSO, Sahril mengatakan proses penyusutan air terjadi karena Selokan Mataram tengah direhabilitasi. "Empat bulan kami lakukan rehabilitasi di beberapa titik. Selain itu, penyusutan itu memang sudah periodenya. Kita sebelumnya juga sudah buka air di hulu, debit air terbatas, sehingga air belum sampai ke Timur," ujarnya pada Selasa (8/10/2019).
Advertisement
Bahkan, di beberapa titik seperti Kecamatan Depok dan Kalasan selokan sampai mengering dan tidak ada air sama sekali. Mengeringnya air itu pun bahkan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membersihkan sampah yang ada di Selokan Mataram.
Terkait sampah, Sahril mengaku, hal itu bukan bagian dari rencana rehabilitasi. Pihaknya hanya menyasar pada rehabilitasi fisik di Selokan Mataram. Meski demikian, untuk masalah sampah, ia berharap ada kesadaran dari masyarakat agar ikut membantu kelancaran aliran air di Selokan Mataram.
Periode rehabilitasi direncanakan selesai sampai Desember tahun ini. Sasaran rehabilitasi yaitu pada lantai selokan dan dinding selokan yang sudah rusak. Terkait mengeringnya air dan kegiatan rehabilitasi, BBWSO sudah lakukan koordinasi dengan masyarakat, terutama masyarakat yang memanfaatkan Selokan Mataram untuk beragam keperluan seperti pertanian dan perikanan.
"Kamilakukan koordinasi dengan masyarakat karena debitnya kecil. Sebagian masyarakat tidak bisa memanfaatkan lagi air dari Selokan Mataram, dan harapannya bisa mendapat stok dari sumber air lainnya," ujar Sahril.
Petani di Dusun Madurejo, Desa Madurejo, Kecamatan Prambanan, Sumaryadi mengatakan pihaknya sangat mengandalkan sekali aliran air dari Selokan Mataram. Irigasi yang menuju lahan pertaniannya berasal dari Selokan Mataram.
"Jadi kalau Selokan Mataram sudah kering, terpaksa kami mengandalkan sumber air lain, seperti dari sumur bor milik warga lain," kata Sumaryadi. Meski demikian, saat masih musim kemarau, lahan sebagian besar masih dipakai untuk tanaman palawija yang tidak banyak menggunakan air.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Viral Ratusan Burung Pipit Ditemukan Mati di Bandara Ngurah Rai, Ini Penjelasan BKSDA
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kampanye Terakhir Harda-Danang sapa Pendukungnya dengan Senam Sleman Sehat
- Masuk Masa Tenang, Satpol PP Gunungkidul Mulai Copoti APK Paslon
- BMKG DIY Prediksi Hujan Terjadi pada Hari Pemungutan Suara 27 November 2024
- Tersengat Listrik, Warga Nanggulan Kulonprogo Meninggal Dunia
- Anggaran Makan Bergizi Gratis di Gunungkidul Rp26 Miliar Masuk ke BTT APBD 2025
Advertisement
Advertisement