Advertisement
Secara Sukarela, Pedagang Shopping Serahkan Buku Bajakan
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Ratusan buku bajakan diserahkan pedagang di Shopping Center di Jalan Sriwedani, Jogja, kepada Konsorsium Penerbit Jogja, Rabu (27/11/2019). Penyerahan buku ini menjadi simbol iktikad baik pedagang Shopping Center kepada penerbit sekaligus komitmen untuk tidak menjual buku bajakan lagi.
Koordinator Konsorsium Penerbit Jogja, Hinu OS, menjelaskan secara simbolis pedagang menyerahkan buku dari 13 penerbit yang tergabung dalam Konsersium Penerbit Jogja. "Per judul empat sampai lima eksemplar," ujarnya, saat ditemui di sela-sela penyerahan buku bajakan itu di Shopping Center, Rabu.
Advertisement
Adapun kerugian yang diderita penerbit dari praktik penjualan buku bajakan, kata dia, mencapai sekitar Rp13 miliar. Bahkan bisa jadi kerugian lebih banyak lantaran Polda DIY hingga kini terus menginventaris buku dari 13 penerbit itu sebagai pengumpulan barang bukti yang lebih banyak.
Itulah sebabnya, dia memastikan tidak akan ada proses hukum berupa penyitaan atau pemidanaan kepada pedagang yang beriktikad baik dengan meminta maaf dan mengganti barang dagangannya dengan buku asli.
Sejak adanya deklarasi perang melawan pembajakan buku yang digaungkan oleh Konsorsium Penerbit Jogja pada Agustus lalu, pedagang Shopping Center, kata dia, langsung minta maaf. "Kami pun berkomunikasi dengan Polda sebelum mereka mengambil proses hukum," katanya.
Dia menceritakan pada Oktober 2018 masih menemukan adanya 90% buku bajakan di Shopping Center. Pascadeklarasi, imbuh Hinu, jumlahnya berkurang banyak. Hal ini berdampak positif untuk penerbit, terbukti dengan meningkatnya permintaan buku.
Salah satu pedagang buku Soping, Untung, mengatakan setelah beberapa kali bertemu dengan Konsorsium Penerbit Jogja, dia dan pedagang lainnya telah sepakat untuk tidak lagi menjual buku bajakan, dan buku bajakan yang tersisa diserahkan ke penerbit.
Dia mengungkapkan para pedagang sebenarnya tahu kalau yang mereka jual adalah buku bajakan. Mereka menjualnya karena dua faktor, yakni persaingan pasar dan tidak tahu bagaimana mengakses buku asli dari penerbit.
Mereka mendapatkan buku bajakan dengan ada yang menyuplay dan ada pula yang mengcopy sendiri. Perbandingan harga buku bajakan kata dia mencapai 30% dari harga buku asli. "Kami berharap penerbit bisa memfasilitasi kami dengan memberi akses untuk masuk. Karena banyak yang tidak tahu mau ambil buku di mana," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Desain Besar Otonomi Daerah Perlu Atur Soal Evaluasi Pemda
Advertisement
Wisata Air Panorama Boyolali Jadi Favorit di Musim Libur Natal
Advertisement
Berita Populer
- Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 26 Desember 2024, Yasonna Laoly Dicegah KPK, Lonjakan Wisatawan, Kecelakaan Pesawat
- Puluhan Gedung Sekolah di Bantul Butuh Perbaikan, Rata-rata Kerusakan Atap Bangunan
- Jadi Santa Claus, Bek Kanan PSS Sleman Phil Ofosu Ayeh Beri Hadiah Anak-anak Kompleks Perumahan
- Profil Almarhum Guru Besar Filsafat Pancasila UGM Profesor Kaelan, Usulkan Revitalisasi Negara Kebangsaan
- 3 Wisatawan Terseret Ombak di Pantai Parangtritis, Berhasil Diselamatkan
Advertisement
Advertisement