Advertisement

Sembuh dari Corona, Warga Sleman Tunaikan Nazar Jalan Kaki 8,5 Km dari RS ke Rumah

Hery Setiawan (ST18)
Selasa, 30 Juni 2020 - 21:37 WIB
Bhekti Suryani
Sembuh dari Corona, Warga Sleman Tunaikan Nazar Jalan Kaki 8,5 Km dari RS ke Rumah Kristiyanto (depan) bersama Waginah (belakang) saat ditemui di rumahnya, Senin (29/6/2020)-Harian Jogja - Hery Setiawan (ST18)

Advertisement

Kristiyanto, seorang pasien Covid-19 dari klaster Indogrosir akhirnya dinyatakan sembuh. Ia mewujudkan rasa syukurnya dengan berjalan kaki dari Rumah Sakit Umum Pusat [RSUP] Dr. Sardjito sampai kediamannya di Dusun Drono, Kelurahan Tridadi, Kecamatan Sleman, Sleman. Berikut laporan Harian jogja.com.

Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB. Tak ada aktivitas berarti di Dusun Drono, Kelurahan Tridadi, Kecamatan Sleman, Sleman. Sebagian dari mereka sedang beristirahat siang.

Advertisement

Seperti halnya Kristiyanto yang baru saja terbangun oleh kedatangan reporter Harianjogja.com. Saat ditemui, ia sama sekali tak keberatan untuk bercerita tentang suka dukanya menjadi pasien positif Covid-19. Termasuk bicara soal nazar saat ia sembuh.

Khawatir, cemas, dan takut adalah tiga kata yang mampu mewakili perasaannya begitu mendengar bahwa ia reaktif rapid test pada awal Mei lalu. Ia pun mengisolasi dirinya di rumah bersama dengan keluarga.

Situasi semakin sulit tatkala ia dipanggil untuk isolasi di Rumah Sakit Paramedika, Sleman. Selama 10 hari ia menunggu hingga tiba jadwal swab test.

Sesaat ia mendengar kabar baik. Hasil test swab pertama menunjukkan negatif. Namun, sehari berselang hasil swab test kedua menyatakan dirinya positif Covid-19. Ia pun langsung dirujuk ke RSUP Dr. Sardjito.

"Sebetulnya saya sehat juga. Gak ada gejala sama sekali. Tapi hasilnya positif, ya sudahlah," katanya, Senin (29/6/2020).

Menjadi pasien positif Covid-19 membuat laki-laki yang akrab disapa Kris itu harus berjauhan dengan keluarga. Berkali-kali rasa rindu rumah datang. Pikiran kalut dan depresi juga kerap mampir melintas dalam benaknya.

Anak, istri, dan orang tua Kris tak henti-hentinya bertanya kapan ia pulang. Untuk sementara, mereka hanya bisa berkomunikasi lewat gawai. Bukannya lega, hal itu justru membuat Kris semakin sedih. Apalagi, Kris terbilang lama tinggal di ruang perawatan. Rekan-rekannya sesama pegawai Indogrosir, bahkan, ada yang sudah diperbolehkan pulang setelah dua kali swab test.

Belum lagi gejolak di lingkungan masyarakat yang membuat beban pikiran Kris makin bertambah. Rasa tak enak hati kepada warga terus menggaggu pikirannya. Saat melakoni isolasi di rumah, Kris tak serta merta menjauh dari warga. Ia ingat punya tanggung jawab menyalurkan konsumsi ronda. Beberapa warga pun juga sempat bersua dengannya.

"Saya cemas dan takut. Jauh dari keluarga, istri, dan anak. Saya juga khawatir kalau nanti sembuh warga menolak kepulangan saya," ujarnya.

Saat Kris dinyatakan positif Covid-19, penelusuran terhadap warga yang berpotensi tertular pun dilakukan. Didapati sekitar 20 orang termasuk anggota keluarga Kris diharuskan ikut rapid test.

Tanpa ia sadari, depresi dan stres yang sebelumnya mengganggu perlahan mulai mereda. Hasil rapid test warga yang pernah berkontak fisik dengannya menunjukan nonreaktif, termasuk keluarganya.

Kris terus bertahan dalam situasi sulit itu. Sebisa mungkin, ia turuti apapun perintah dokter dan perawat. Bantuan semangat juga datang dari Kepala Dukuh, Ketua RT, dan Ketua RW yang tak jarang kerap memberi semangat kendati harus berjarak. Hal itu, bagi Kris sungguh melegakan.

Ia mulai menyadari satu hal bahwa Covid-19 bukan soal dirinya saja. Kesembuhan, baginya adalah hasil dari sumbangsih keluarga dan warga yang terus mendukungnya. Inilah yang melatari nazar kesembuhan Kris. Apabila hari kesembuhan itu datang, ia akan berjalan kaki dari RSUP Dr. Sardjito sampai ke kediamannya di Dusun Drono.

Jumat (26/6/2020), ia berada di ruang perawatan. Di sebuah sudut ruangan, ada speaker yang jadi alat berkomunikasi para pasien dan petugas kesehatan. Tiba-tiba, terdengar suara yang selama ini sangat Kris nantikan.

"Hasil swab test kesebelas sudah keluar. Hasilnya negatif. Mulai hari ini Mas Kris sudah boleh pulang," tutur Kris menirukan suara yang ia dengar melalui pengeras suara di ruang perawatan.

Rasa bahagia dan syukur seketika ia rasakan setelah 52 hari atau hampir dua bulan berjuang melawan Covid-19 yang mendekam dalam tubuhnya. Kris langsung menyampaikan kesembuhan itu kepada istrinya. Mendengar kabar itu, istri Kris juga merasakan perasaan yang sama.

Kris bersiap pulang. Mulanya, istri Kris berniat menjemput suaminya. Tapi Kris ingat kalau ia punya nazar yang harus ditunaikan. Istrinya pun tak keberatan.

Sore hari, Kris berangkat dari rumah sakit. Ia tak secara terang-terangan minta izin pulang jalan kaki. Kris mengaku kepada pihak rumah sakit bahwa ia akan dijemput sang istri.

Kris harus menempuh jarak sepanjang 8,5 km. Ia memilih rute Pogung, lalu melewati Jalan Monjali. Perjalanan dilanjutkan melalui Jalan Ring Road Utara sampai Fly Over Jombor. Setelah itu ia terus melaju ke arah utara sampai tiba di kediamannya.

Selama perjalanan, Kris dibuat kaget. Ternyata, sejumlah warga mulai mengawal perjalanan Kris. Mulanya satu hingga tiga orang saja. Jumlah pengawal Kris makin bertambah jelang akhir perjalanan. Ia disambut bak seorang pahlawan yang baru saja pulang membawa kemenangan. Spanduk bertuliskan "Selamat Datang Mas Kris, Jawara dari Drono" terpampang menyambut kedatangannya.

Kris akhirnya pulang. Salaman siku antara Kris dan warga menjadi tanda bahwa ia diterima kembali sebagai bagian dari masyarakat. Rumah Kris mendadak ramai oleh warga yang ingin menjadi saksi kesembuhan pasien Covid-19. Hebatnya lagi, masyarakat juga menyiapkan upacara sederhana untuk menyambut kepulangan Kris.

Kepala Dukuh Drono, Waluyo Jati Kusumo telah merencanakan itu sejak jauh-jauh hari. Ia menyadari satu hal bahwa musibah yang diderita keluarga Kris memberi dampak yang cukup signifikan terhadap keharmonisan antarwarga. Warga seketika menjadi saling curiga. Tak jarang, aksi saling menjauhi juga sempat ia rasakan.

Sebagai seorang pemimpin, laki-laki yang akrab disapa Jati paham apa yang semestinya ia lakukan. Jati punya dua tugas utama, yakni memberi edukasi kepada warga soal Covid-19 serta memberi dukungan kepada keluarga Kris.

"Saya kasih semangat buat Mas Kris. Pokoknya kasih tau ke dia gak perlu khawatir sama keluarga. Mereka sudah saya daftarkan BLT. Warga dari perwakilan tiap RT juga ada yang menengok keluarga Mas Kris di rumah. Mereka juga ikut ngasih bantuan. Mas Kris hanya perlu tenang dan fokus sama penyembuhan. Soalnya kalau Mas Kris daya tahan tubuh bisa lebih bagus," kata Jati, Senin (29/6/2020).

Penyambutan, katanya juga merupakan bentuk rasa syukur. Ia berharap warganya tak lagi saling menjauh, bahkan curiga hanya karena ada satu orang yang reaktif rapid test. Jati mengaku selama memberikan edukasi kepada warga prosesnya tak selalu mudah. Pengertian dan solidaritas adalah kunci dari keberhasilan warga Drono membebaskan diri dari Covid - 19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement