Advertisement

Penjahit Terban Mulai Pindah ke Pasar, Pedagang Waswas Sepi

Stefani Yulindriani Ria S. R
Senin, 29 Desember 2025 - 15:57 WIB
Sunartono
Penjahit Terban Mulai Pindah ke Pasar, Pedagang Waswas Sepi Foto ilustrasi pasar. / Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Puluhan penjahit di kawasan Terban, Kota Jogja, mulai menempati lapak baru di Pasar Terban menjelang akhir Desember 2025. Relokasi yang dilakukan seiring rencana penataan pedagang kaki lima (PKL) pada awal 2026 ini memunculkan kekhawatiran penurunan omzet, terutama menjelang musim ramai Lebaran.

Para penjahit yang tergabung dalam Paguyuban Pinang Perak sebelumnya beraktivitas di sisi barat Manna Kampus Simanjuntak. Meski relokasi dilakukan dengan fasilitas tempat baru, sebagian pedagang menilai kesiapan lapak dan waktu pemindahan menjadi tantangan tersendiri.

Advertisement

Ketua Paguyuban Pinang Perak, Markoni, menyebut proses kepindahan sudah dimulai sejak 25 Desember 2025. Para penjahit mulai mengemas peralatan dan bahan jahitan meski tidak seluruh lapak baru bisa langsung digunakan.

Relokasi ini dilakukan sebagai bagian dari kebijakan penataan kawasan Terban agar lebih tertib dan bersih pada 2026. Para penjahit menyatakan siap menaati kebijakan pemerintah, namun berharap proses transisi dapat dilakukan secara lebih bertahap.

Markoni mengatakan saat ini terdapat sekitar 75 penjahit yang terdaftar dalam paguyubannya dan seluruhnya akan menempati lokasi baru di Pasar Terban. Namun, tidak semua lapak bisa langsung difungsikan karena membutuhkan penyesuaian dan perbaikan.

“Kami ini menaati peraturan dari program pemerintah. Tahun 2026 harus bersih, dan kami termasuk yang beruntung karena masih dipindahkan dan difasilitasi tempat,” katanya, Senin (29/12/2025).

Kekhawatiran utama para penjahit adalah potensi penurunan jumlah pelanggan setelah relokasi. Pengalaman sebelumnya menunjukkan sejumlah pasar hasil relokasi justru mengalami penurunan aktivitas perdagangan.

“Kekhawatiran kami cuma satu, takutnya setelah pindah malah sepi. Pengalaman yang sudah-sudah, setelah pindah itu pasarnya kurang maju,” ujarnya.

Pada hari biasa, rata-rata omzet penjahit berkisar Rp300.000 per hari. Namun menjelang Lebaran, omzet dapat meningkat hingga Rp800.000 sampai Rp1,5 juta per hari. Kondisi ini membuat para penjahit cemas jika relokasi dilakukan sebelum puncak musim pesanan.

“Kami ini penjahit, satu tahun panen rayanya saat Lebaran. Kami sebenarnya minta waktu sampai Lebaran, tapi dari pemerintah tidak bisa,” katanya.

Selain soal waktu, Markoni juga menyoroti kondisi lapak baru yang dinilai belum sepenuhnya siap. Lapak berbahan dak semen masih perlu renovasi agar dapat menampung mesin jahit dan perlengkapan kerja lainnya.

“Tidak mungkin langsung dipakai untuk jahit. Harus disesuaikan supaya mesin dan peralatan bisa tertata,” ujarnya.

Para penjahit berharap pemerintah daerah dapat memberikan dukungan lanjutan berupa promosi dan sosialisasi Pasar Terban agar keberadaan mereka tetap dikenal masyarakat. Dukungan tersebut dinilai penting untuk menjaga keberlangsungan usaha penjahit di tengah proses penataan kawasan Terban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

Panglima TNI Tegas soal Pengibaran Bendera GAM di Aceh

Panglima TNI Tegas soal Pengibaran Bendera GAM di Aceh

News
| Senin, 29 Desember 2025, 16:07 WIB

Advertisement

Monas Ramai Dikunjungi 130 Ribu Wisatawan Saat Libur Natal 2025

Monas Ramai Dikunjungi 130 Ribu Wisatawan Saat Libur Natal 2025

Wisata
| Senin, 29 Desember 2025, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement