Advertisement

Penangkaran Burung Bisa Jadi Alternatif Wisata Edukasi

Abdul Hamied Razak
Kamis, 15 Oktober 2020 - 12:07 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Penangkaran Burung Bisa Jadi Alternatif Wisata Edukasi Anggota Komisi VI DPR F-NasDem, Subardi meninjau lokasi penangkaran burung, Margorejo Kepanewon Tempel, Sleman, Kamis (15/10 - 2020).Ist

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN - Anggota Komisi VI DPR F-NasDem, Subardi meninjau lokasi penangkaran burung, Margorejo Kepanewon Tempel, Sleman. Politikus yang akrab disapa Mbah Bardi itu mengapresiasi keseriusan warga yang tergabung dalam komunitas penangkaran burung.

Selain mengandung nilai bisnis, kata Subardi kegiatan ini juga bertujuan melestarikan lingkungan. "Ini menjadi wadah kebersamaan bagi penggemar burung. Kegiatannya positif, ada nilai bisnisnya sekaligus berperan melestarikan lingkungan, menjaga spesies burung dari kepunahan," ujarnya, dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Kamis (15/10/2020).

Advertisement

Ke depan, Subardi menggagas penangkaran burung untuk dijadikan obyek wisata edukasi. Warga yang tergabung dalam komunitas ini akan dibentuk organisasi berbadan hukum. Konsep wisata penangkaran burung akan dikemas dengan wisata lingkungan, karena lokasi desa Margerojo tak jauh dari lereng Merapi.

Ketua DPW NasDem DIY itu yakin, dengan keutungan lokasi yang dekat lereng, ini akan menjadikan obyek wisata sebagai icon baru desa Margorejo. "Warga yang tergabung dalam kelompok penangkar burung disini sangat antusias. Tadi lurah juga menjanjikan obyek wisata pakai [sewa] tanah kas desa. Saya akan fasilitasi perizinannya ke Pemerintah Daerah atau ke Kementerian Lingkungan Hidup,” tuturnya.

Baca Juga: Dukung Penanganan Virus Corona, YouTube Hapus Konten Antivaksin

Penangkaran burung disini terdiri dari berbagai jenis, mulai dari jenis berkicau dan jenis burung hias seperti murai batu, kecer jawa, love bird, cucak rawa, gelatik, jalak bali, hingga yang langka seperti kakatua dan merak hijau jawa. Para penangkar burung juga memiliki izin resmi dari Kementerian Kehutanan dan BKSDA.

Anggit Syarifudin, salah satu penangkar mengatakan, sebagian burung langka seperti merak hijau jawa yang memiliki panjang bulu hingga lebih dari dua meter tidak dijual belikan. Ia memilih konservasi sendiri untuk dikembangbiakkan dengan metode inkubator. Namun, untuk jenis burung yang banyak digemari, ia mengaku nilai bisnisnya mencapai Rp20 juta perbulan.

“Ada yang statusnya dilindungi atau langka, itu tidak boleh dikomersilkan. Untuk jenis burung berkicau, dan burung hias saya memanfaatkan pasar online hingga ke banyak daerah, mulai dari Aceh, Jayapura, Ambon, dan sebagian Sulawesi. Rata-rata setiap bulannya mencapai Rp20 juta” katanya.

Baca Juga: Omnibus Law Disahkan, Pekerja Wajib Perhatikan 4 Hal Ini

Berbeda dengan Suharno, penangkar lainnya yang fokus menangkar burung berkicau seperti cucak rawa yang tak kalah menguntungkan. “Anak cucak rawa yang baru sebulan menetas dibeli seharga 10 juta. Setiap bulan penagkaran di sini netas terus,” ungkapnya.

Di pertemuan kali ini Subardi memberi bantuan modal bergilir. Seluruh penangkar mendapat jatah modal dengan cara bergilir sesuai kesepakatan mereka. Harapannya, kelompok penangkaran burung semakin besar hingga terbentuk ladang bisnis melalui obyek wisata.

"Saya optimis ini menjadi ekonomi wisata yang menjanjikan sekaligus pelestarian habitat burung," ucapnya.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement