Advertisement
Pemeriksaan Spesimen Covid-19 di Bantul Belum Capai Target

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL--Jumlah testing spesimen Covid-19 di Bantul belum mencapai target. Dari 1 juta penduduk yang seharusnya dites sebanyak 1.000 orang setiap pekan, baru tercapai 500 orang. Alasannya bukan karena keterbatasan sarana dan sumber daya manusia (SDM) namun lebih pada kesiapan laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP).
Advertisement
"Sebenarnya kami bisa capai target tapi ya itu terbatas pemeriksaan swab di laboratorium [BBTKLPP]," kata Kepala Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 (RSLKC) Bantul, Tarsius Glory di sela-sela menghadiri kegiatan bakti sosial dalam rangka Hari Pers Nasional di Balai Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul, Selasa (9/2/2021).
BACA JUGA : Intibios Laboratorium Segera Beroperasi untuk Pemeriksaan
Glory mengatakan saat ini Bantul juga tidak hanya melakukan tes swab bagi yang bergejala, namun semua yang betkontak erat dengan pasien positif Covid-19. Hal itu sesuai standar WHO bahwa penelusuran atau tracing kontak erat minimal menyasar 30 orang. Hal itu berbeda dengan Pedoman Pencegahan dam Pengendalian Covid-19 Revisi V yang dikeluarkan Menteri Kesehatan.
Dalam pedoman tersebut kontak erat yang harus dites swab adalah yang bergejala. Sementara yang tidak bergejala cukup karantina 14 hari di rumaj dan tidak perlu diswab, kecuali tenaga kesehatan. Menurut Glory untuk memutus mata rantai Covid-19 tidak bisa hanya tes swab yang bergejala, namun harus menyasar yang tidak bergejala.
Sebab yang tidak bergejala justeru yang berbahaya karena mobilitasnya tidak terkontrol. "Kontak erat yang tidak bergejala lebih baik di tes, kalau positif harus isolasi di selter. Kalau negatif silahkan beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan," ucap Glory.
BACA JUGA : Ratusan Spesimen Tes Swab di Gunungkidul Mengantre
Pihaknya juga sudah menyediakan skema isolasi bagi pasien Covid-19 melalui selter kabupaten dan selter tingkat kalurahan. Untuk selter kabupaten, yakni RSLKC Bambanglipuro, gedung Saemaul Bambanglipuro, bekas rumah sakit Patmasuri Sewon, dan Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPSDM) Sewon. Sementara selter kalurahan hampir tersedia di semua kalurahan.
Glory menambahkan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 ini memang harus menggencarkan 3T, yakni Testing, Tracing, dan Treatmen. Ketiga T harus dipertahankan dan itu sudah dilakukan Bantul. Dampaknya nanti angka positif akan meningkat drastis.
"Tidak masalah angka positif Covid-19 meningkat tapi tertangani dan cepat selesai. Dari pada angka turun tapi turunnya semu kan percuma," ungkap Glory.
BACA JUGA : Laboratorium Indonesia Mampu Tes 80.000 Spesimen Covid
Pihaknya juga menerapkan kebijakan lukir pasien yang di rumah sakit dan yang ada di selter agar semua tertangani. Dia mencontohkan pasien yang di rumah sakit jika hasil evaluasi dinyatakan sudah tidak bergejala maka akan dipindah ke selter kabupaten atau selter kalurahan. Sebaliknya pasien di selter yang bergejala akan dimasukkan ke dalam rumah sakit.
"Tidak perlu berlama-lama pasien di rumah sakit jika sudah tidak bergejala," tandas Glory.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Iran Isyaratkan Bersedia Negosiasi Nuklir Jika AS Tidak Lagi Menyerang
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Konflik Antarnegara Bisa Berdampak pada Harga Energi di Indonesia
- Liburan Sekolah, Desa Wisata Bisa Menjadi Tujuan Alternatif Berwisata di Gunungkidul
- Kerja Sama Pemda DIY-BSSN Ditingkatkan untuk Keamanan Siber
- Perekrutan Guru dan Tenaga Kependidikan Sekolah Rakyat Harus Sesuai Domisili
- Perpustakaan Kota Jogja Kini Buka hingga Malam Hari, Ini Jadwalnya
Advertisement
Advertisement