Advertisement

Gerakan Jogja Lebih Bike Bertekad Perbaiki Kualitas Udara di DIY

Lugas Subarkah
Kamis, 18 Februari 2021 - 23:37 WIB
Bhekti Suryani
Gerakan Jogja Lebih Bike Bertekad Perbaiki Kualitas Udara di DIY Tugu Jogja. - Harian Jogja/Holy Kartika N.S

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN-Jogja dihadapkan dengan persoalan polusi udara. Setidaknya dalam satu pekan terakhir, kualitas udara di Jogja tercatat rata-rata dalam kondisi sedang atau moderate. Dalam kondisi ini, masyarakat yang termasuk dalam kelompok sensitif disarankan menggunakan masker untuk menghindari paparan polusi.

Dalam upaya mengatasi persoalan ini, sejumlah elemen masyarakat Jogja berkolaborasi meluncurkan Kampanye Jogja Lebih Bike. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga Jogja dan pemangku kepentingan tentang masalah polusi udara serta mendorong perubahan baik di sisi kebijakan hingga perilaku masyarakat dalam memilih moda transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Advertisement

Peneliti Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM, Arif Wismadi, menuturkan seiring pertumbuhan motorisasi yang pesat, sumber bergerak atau transportasi darat terbukti menyumbang lebih dari 60% dari total emisi di Jogja.

“Jogja Lebih Bike merupakan inisiatif yang sangat baik karena mendorong masyarakat melakukan perubahan pilihan moda transportasi yang minim emisi,” ujarnya, dalam diskusi daring ‘Jogja Lebih Bike’ Ajak Warga Jogja Bersepeda untuk Kualitas Udara Kota yang Lebih BaikKamis (18/2/2021).

Sebagai bagian dari kolaborasi dengan Jogja Lebih Bike, Pustral UGM saat ini tengah melaksanakan Studi Kelayakan Bersepeda (Bikeability Study). Merujuk pada Kompas Data 2020, dalam mobilitas harian, 88% masyarakat Jogja masih sangat bergantung pada kendaraan bermotor, terutama sepeda motor dan hanya 2,6% warga yang telah bersepeda.

Peneliti Litbang Kompas, Nurul Fatchiati , mengatakan dari survei terhadap 500 responden di Jogja menunjukkan polusi udara ternyata termasuk dalam tiga isu terpenting bagi warga Jogja selain penanganan covid-19 dan kriminalitas.

“Selain itu 62,5 persen masyarakat yang tinggal di kota Jogja menilai kualitas udara di lingkungannya tidak baik namun memiliki optimisme bahwa kondisi kualitas udara dapat membaik dalam beberapa tahun ke depan,” katanya.

Untuk membantu masyarakat mendapatkan data kualitas udara secara real-time, Jogja Lebih Bike juga bekerja sama dengan Nafas, sebuah startup dengan jaringan sensor kualitas udara terbesar di Indonesia. Lima sensor kualitas udara telah dipasang di berbagai titik polusi di Jogja yaitu di Gondolayu (Tugu), Sayidan, Umbulharjo, Jembatan Janti dan di kampus UGM.

Co-founder dan Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski, mengatakan data kualitas udara yang dapat diakses secara mudah dan real-time saat ini masih terbatas, padahal data kualitas udara menjadi penting untuk dijadikan acuan bagi masyarakat dalam beraktivitas, terutama bagi kelompok sensitif, misalnya anak-anak, orang lanjut usia dan orang dengan penyakit pernapasan.

“Data real-time kualitas udara dapat diakses secara mudah dan gratis melalui aplikasi Nafas maupun website Jogja Lebih Bike. Jogja Lebih Bike mengajak warga Jogja untuk mengisi komitmen bersepeda di website www.jogjalebihbike.id,” katanya.

Selain mengedukasi masyarakat tentang polusi udara melalui instagram dan berbagai kegiatan lainnya, kampanye ini juga mengajak para pesepeda untuk membagikan cerita mereka melalui #jogjalebihbike untuk menginspirasi warga Jogja agar turut mendukung gerakan kolaboratif ini. Jogja Lebih Bike didukung oleh Kompas Data, Kompas TV, Pustral UGM, Nafas, Srengenge, Sego Segawe Reborn dan lebih dari 24 komunitas pesepeda Jogja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Raja Charles III Kembali Jalani Tugas Setelah Pengobatan Kanker

News
| Sabtu, 27 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement