Advertisement

Promo November

Khasiat Tersembunyi dari Kulit Jeruk Purut

Media Digital
Selasa, 31 Agustus 2021 - 21:27 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
Khasiat Tersembunyi dari Kulit Jeruk Purut Fahriza Sendi, Tiara Fatikha Sari, dan Rizqi Hibatullah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan mengangkat judul "Mikroenkapsulasi Minyak Atsiri Limbah Kulit Jeruk Purut Menggunakan Penyalut Kitosan dan Maltodekstrin dengan Proses Freeze Drying sebagai Anti Selulitis". - Ist

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-Tiga mahasiswa Prodi Kimia/ Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Fahriza Sendi, Tiara Fatikha Sari, dan Rizqi Hibatullah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dengan mengangkat judul “Mikroenkapsulasi Minyak Atsiri Limbah Kulit Jeruk Purut Menggunakan Penyalut Kitosan dan Maltodekstrin dengan Proses Freeze Drying sebagai Anti Selulitis”.

Fahriza Sendi mengatakan selulitis merupakan penyakit infeksi yang terjadi di kulit yang terjadi pada orang-orang dengan imunitas normal dan dapat diderita oleh anak-anak sampai usia lanjut. Gejala klinis yang muncul yaitu eritema, nyeri, edema, inflamasi supurasi, demam, menggigil, dan nyeri lokal. Penyebab utama selulitis yaitu bakteri kokus gram positif seperti Staphyloccocus aureus .

Advertisement

Kasus di Indonesia menurut Ikatan Dokter Indonesia ada lebih dari 150.000 kasus per tahun. Selulitis banyak terjadi pada laki-laki dan lokasi yang paling sering yaitu di ekstermitas bawah. Keterlambatan penanganan dapat menimbulkan kecacatan akibat nekrosis jaringan atau bahkan kematian akibat sepsis.

Sebagian besar kasus selulitis disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus yang masuk dari luka pada kulit seperti luka operasi dan luka gores. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa infeksi akibat Staphylococcus aureus di dunia meningkat pada dua dekade terakhir . Dalam mengatasi selulitis pengobatan menggunakan antibiotik sudah lumrah dilakukan, tetapi terlalu sering mengonsumsi antibiotik dapat berdampak buruk pada kesehatan. “Hal tersebut menjadikan pentingnya suatu pengembangan metode yang tepat dengan memanfaatkan mikroenkapsulasi minyak atsiri sebagai antiselulitis,” kata Fahriza Sendi.

Lebih lanjut Tiara Fatikha  menjelaskan Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman perdu salah satunya adalah jeruk purut (Citrus hystrix DC). Namun kulit dari buah jeruk purut tersebut sering tidak dimanfaatkan sehingga menjadi limbah kulit jeruk purut. Kulit buah jeruk purut mengandung komponen utama β-pinene (35,89%), sitronelal (12,31%), limonene (14,95%) dan terpinen-4-ol (3,91%).Minyak atsiri jeruk purut telah diketahui memiliki kemampuan antibakteri karena kandungan senyawa β- pinene telah terbukti mempunyai efek antibakteri dengan cara menghambat sintesis DNA, RNA dinding polisakarida dan ergosterol membran sel.

Riset ini bertujuan untuk membuat mikroenkapsulasi dari minyak atsiri kulit jeruk purut yang berfungsi sebagai serbuk antiselulitis. Salah satu sifat minyak atsiri yaitu mudah menguap [volatil], sehingga perlu dibuat menjadi bentuk mikroenkapsulasi agar senyawa aktif dari minyak atsiri tetap terjaga. Diperlukan kajian proporsi mikroenkapsulasi terhadap minyak atsiri kulit jeruk purut yang optimal untuk menghasilkan mikroenkapsulasi yang memiliki khasiat sebagai antiselulitis yang disebabkan bakteri Staphylococcus aureus.

“Penelitian ini dinilai relevan karena ketersediaan serbuk obat antiselulitis masih sangat sulit dicari sehingga tim berinovasi membuat serbuk antiselulitis dengan memanfaatkan bahan alam yaitu kulit jeruk purut yang selama ini masih belum banyak yang memanfaatkannya,” kata Tiara.

Prosesnya, pertama kulit jeruk purut diisolasi menjadi minyak atsiri kulit jeruk purut menggunakan proses destilasi rebus kemudian minyak atsiri yang dihasilkan dianalisis menggunakan instrument Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dalam minyak atsiri tersebut. kemudian minyak atsiri yang dihasilkan disalut menggunakan bahan penyalut kitosan dan maltodekstrin yang bertujuan untuk menjaga senyawa aktif yang terkandung dalam minyak atsiri kulit jeruk purut tersebut.

Selanjutnya dilakukan proses mikroenkapsulasi dengan cara menghomogenisasi campuran minyak aquadest bahan penyalut dan tween 80 menggunakan alat pendispersi Ultra-Turrax dengan kecepatan yang sangat tinggi. Setelah itu dilakukan proses pengeringan bahan agar menjadi serbuk (enkapsulat) menggunakan alat freeze dryer. Kemudian dianalisis mikroenkapsulat yang dihasilkan menggunakan instrument Scanning Electron Microscope (SEM) untuk mengetahui morfologi permukaan dan bentuk mikroenkapsulat yang dihasilkan, kemudian menggunakan instrumen Particle Size Analyzer (PSA) untuk mengetahui ukuran partikel dari mikroenkapsulat yang dihasilkan dan dianalisis menggunakan instrument Gas Chromatrography (GC) untuk mengetahui kandungan senyawa aktif dari mikroenkapsulat yang dihasilkan.

Kemudian dilakukan uji bakteri staphylococcus aureus sebagai penyebab penyakit selulitis dengan metode difusi sumuran. Diamati selamat 1-3 x 24 jam zona bening yang terbentuk. Dalam penelitian ini zona bening yang terbentuk besar sehingga mikroenkapsulat yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki daya hambat yang kuat dan membunuh bakteri staphylococcus aureus sebagai penyebab penyakit selulitis.

Berdasarkan hasil yang diperoleh limbah kulit jeruk purut (Citrus Hystrix Dc) memiliki aktivitas antibakteri. Senyawa aktif yang terkandung di dalam kulit jeruk perut memiliki senyawa aktif seperti β- pinene, terpinen-4-ol, limonene, dan sitronellal. Senyawa aktif tersebut mempunyai efek antibakteri dengan cara merusak dinding sel. Berdasarkan hasil yang diperoleh, serbuk antiselulitis dari kulit jeruk dengan zona hambat 22,5 mm memiliki prospektif yang baik sebagai sediaan serbuk antiselulitis dibandingkan ekstrak minyak atsiri kulit jeruk purut tanpa proses mikroenkapsulasi.

“Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai upaya penanggulangan limbah kulit jeruk purut yang tidak dapat dimanfaatkan pada umumnya. Dimasa yang akan datang diharapkan dapat berkembang menjadi serbuk sediaan antiselulitis yang dapat diproduksi secara massal dengan menerapkan protokol kesehatan dalam produksinya sehingga menghasilkan kualitas serbuk sediaan yang baik dan dapat dipergunakan oleh masyarakat Indonesia,” tutup Rizqi Hibatullah. (ADV)

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat

News
| Sabtu, 23 November 2024, 05:57 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement