Advertisement

Cegah Pandemi Baru dengan Konsep One Health

Nina Atmasari
Kamis, 23 Desember 2021 - 15:57 WIB
Nina Atmasari
Cegah Pandemi Baru dengan Konsep One Health Prof. Tri Wibawa (Research Division One Health Collaborating Center Universitas Gadjah Mada) berbicara dalam FGD Cegah Pandemi Baru dengan One Health, Senin (20/12/2021). - tangkapan layar

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA-- Dalam 3 dekade terakhir, hampir 70-75% penyakit new emerging dan re emerging disebabkan oleh penyakit zoonotik. Karenanya, penanggulangan tidak bisa dilakukan secara parsial dan konsep one health menjadi penting.

Hal itu terungkap dalam focus group discussion (FGD) dengan tema Cegah Pandemi Baru dengan One Health yang digelar Harian Jogja bekerjasama dengan Satgas Covid-19 RI, Senin (20/12/2021). Hadir dua narasumber yaitu Prof. Tri Wibawa (Research Division One Health Collaborating Center Universitas Gadjah Mada) dan Viky Arthiando Putra (Koordinator Program WALHI).

Advertisement

Prof. Tri Wibawa menjelaskan new emerging adalah penyakit baru yang selama ini belum pernah dijumpai pada manusia seperti Covid-19 yang berbeda dengan SARS yang dulu. Adapun re emerging adalah penyakit yang dulu pernah ada sekarang muncul kembali, biasanya dihubungkan dengan zoonotik. "Zoonotik adalah penyakit yang dominan untuk new emerging dan re emerging," katanya.

Kalangan peneliti tidak bisa menduga apakah penyakit zoonotik akan turun atau naik, karena ada banyak faktor yang berperan. Ia menyebutkan di antaranya interaksi manusia, hewan dan lingkungan tempat hidup bersama. Faktor lain adalah interaksi dengan mereka. Namun, masalah yang berperan dalam meningkatkan masalah zoonotik di antaranya karena pertambahan penduduk.

"Karena orang makin banyak, maka butuh tempat tinggal, makanan, maka terjadi banyak hal, intensifikasi pertanian, perubahan lahan dari hutan jadi pertanian atau hunian, maka terjadi interaksi yang selama ini tidak pernah terjadi, tidak pernah diketahui diketahui antara manusia dengan hewan yang menjadi reservoar atau vektor," paparnya.

Sebelumnya, karena manusia selama ini tidak pernah dekat hewan, saat manusia membangun perumahan dekat hutan maka interaksi jadi intens. Faktor lain adalah climate change. "Semua berkontribusi, maka dalam menanggulangi secara parsial tidak bisa, sehingga one health jadi penting karena itu," katanya.

New emerging dan re emerging, lanjutnya, bisa terjadi. Ia mencontohkan Covid-19 masih ada hubungan dan virusnya masih dekat dengan SARS yang muncul pada 2004, virus H1N1 yang muncul beberapa tahun yang lalu, juga pernah muncul 1900-an. Virus influenza H5N1 yang pernah muncul pada 2006, muncul varian baru. Menurutnya, perkembangan karena perubahan patogen yang bergeser, muncul sebagai varian baru.

"Potensi [munculnya pandemi] tetap ada. Tidak tahu penyakit yang akan datang seperti apa. Kita tidak pernah membayangkan akan muncul Sars Ncov-2 yang menjadi pandemi. Kita juga tidak tahu infrastruktur apa yang dibutuhkan. Kita terkaget-kaget karena suplai oksigen penting karena pandemi covid ditandai masalah saluran pernapasan," katanya.

Karenanya, pengembangan teknologi penting terutama diagnosis dan terapi dari sisi manusia, penting pula dari sisi hewan, sehingga saat ini yang perlu diterapkan adalah surveilance one health. Jadi, mereka yang melakukan surveilance pada hewan juga meneliti bahwa penyakit tersebut bisa meloncat ke manusia dan sebaliknya, maka surveilance bisa dilakukan bersama-sama.

Viky Arthiando Putra mengatakan pada awal pandemi, penanganan selalu terperangkap dilema kesehatan dan ekonomi. Padahal menurutnya, bicara soal lingkungan tidak bisa dilepaskan dari pembangunan.

"Infrastruktur yang berdampak pada degradasi lingkungan, pembangunan infrastruktur masih berjalan meski pandemi, ternyata tidak menjamin kelancaran distribusi logistik, bansos dan karena SDM korup. Bahkan infrastruktur malah mempercepat penularan," katanya.

Kekebalan paling murah bersumber dari matahari. Namun, pembangunan gedung tinggi dan jadwal kerja yang indoor mengurangi paparan matahari. Adapun pekerjaan outdoor sudah terpapar polusi yang parah karena pembangunan tersebut. "Jadi PR besar kita adalah bagaimana lingkungan kerja yang baik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ribuan Tentara Angkatan Laut Amerika Serikat Ikuti Pelatihan di di Australia

News
| Jum'at, 29 Maret 2024, 20:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement