Mendongeng, Cara Asyik Komunitas Ini Menghibur Anak-Anak
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Berawal dari program kerja yang dijalankan saat kuliah kerja nyata (KKN), kini sejumlah anak muda tergabung dalam sebuah klub mendongeng yang dinamai Teh Tarik Rasa Vanta. Mereka keliling dari sekolah, desa, hingga taman baca menebar cerita.
Teh Tarik Rasa Vanta (TTRV) didirikan oleh Syakirina Rahmatuzahra atau Irin bersama Ninik Hernisa usai mereka menjalankan program KKN dari kampus mereka. Kala itu pada 2017, mereka yang merupakan mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta itu membuat program mendongeng untuk anak-anak di dusun yang mereka ampu selama KKN.
Advertisement
Irin dan Ninik mendongeng di kelompok mereka masing-masing, sebelum akhirnya memutuskan membuat kegiatan bersama di TTRV.
"Saat itu kami masing-masing mendongeng untuk proker pribadi kami semasa KKN, tetapi lokasinya beda. Ternyata kami senang melakukannya dan memutuskan untuk belajar lebih dalam lagi untuk mendongeng," tutur Irin kepada Harianjogja.com, Selasa (15/3/2022).
Irin dan Ninik kemudian saling mempraktikkan mendongeng satu sama lain. Mereka juga ikut sejumlah lokakarya mendongeng. Tawaran pertama bagi TTRV untuk mendongeng ialah di sebuah sekolah dasar di Muntilan, Magelang, Jawa Tengah.
Saking senangnya dengan mendongeng, keduanya membuka tawaran mengisi jadwal mendongeng kepada berbagai institusi maupun event yang tengah berlangsung di Jogja dan sekitarnya.
"Irin sering mengirim pesan ke media sosial event tertentu, menawarkan kalau kami TTRV bisa mengisi untuk mendongeng. Akhirnya dari situ banyak yang menyambut," kata Ninik.
Bahan cerita yang didongengkan TTRV bisa berasal dari mana saja. Tak jarang, event mendongeng yang mereka ikuti telah menentukan tema tertentu. Mereka bisa membawakan cerita rakyat, cerita nabi, hingga membawakan dongeng karya mereka sendiri.
"Kalau enggak ada permintaan tema dongengnya, kami cari buku cerita. Kalau topiknya spesifik, misalnya tentang gempa, kami akan bikin cerita sendiri. Sekaligus bikin lagu, karena konsep kami musical storytelling," terang Ninik.
Seiring berjalannya waktu, TTRV memiliki dua anggota baru yaitu Aprilia Annisa Sanie dan Riana Dwi K. Kini, mereka berempat mendongeng ke berbagai tempat di Jogja dan sekitarnya.
Tak hanya mendongeng, TTRV juga pernah menyelenggarakan lokakarya mendongeng. Kala itu, mereka menghadirkan seorang pendongeng kawakan yaitu Kak Aio untuk berbagi ilmu seputar mendongeng kepada peserta lokakarya. Adapun pesertanya merupakan orang dewasa yang tertarik mendongeng.
Punya Festival
Selain itu, TTRV juga memiliki agenda tahunan yaitu Festival Parampa. Agenda tersebut digelar untuk memperingati hari ulang tahun TTRV setiap 20 November. Biasanya, festival diadakan sebulan setelahnya dengan berbagai kegiatan.
"Sudah tiga kali kami mengadakan Festival Parampa, yaitu pada 2019, 2020, dan 2021. Pada dua tahun pertama itu bisa luring, tetapi pada 2021 itu agendanya daring," kata Irin.
Dalam festival tersebut, mereka membuat agenda mendongeng bersama anak-anak sekaligus mengundang klub dongeng lain untuk turut serta dalam kegiatan.
Tak hanya mendongeng di hadapan audiens berusia anak-anak, TTRV juga pernah pentas di depan penonton dewasa. Irin berkisah kala itu mereka berhasil pentas dalam salah satu sesi Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY).
"Detail tahunnya lupa, pokoknya sebelum pandemi. Ternyata kami belum mampu menyuguhkan cerita seasyik ketika bersama anak-anak. Jadi belum begitu berhasil saat itu," kata dia.
Irin menuturkan dari segi pembawaan cerita kepada audiens dewasa sangat berbeda dengan audiens anak-anak. Oleh karena itu, mereka masih membuat formula bagaimana dongeng yang mereka bawakan bisa diterima orang banyak.
Menariknya, penonton TTRV tak selalu rombongan anak kecil yang beramai-ramai. Ninik menuturkan satu pengalaman tak terlupakan yang pernah mereka alami ialah mendongeng di hadapan dua anak kecil saja di salah satu taman pendidikan Al-Quran (TPA) di wilayah Sedayu, Bantul.
"Saat itu dalam rangka pembukaan TPA setelah sekian lama libur, pengelolanya yang juga teman kami itu mengundang kami untuk mendongeng ke anak-anak. Ternyata yang datang cuma dua anak, tapi kami tetap mendongeng. Karena mereka mendengarkan dengan baik ya seru-seru aja, malah jadi interaktif dan intimate," urainya.
Di masa pandemi ini, kegiatan pentas dongeng TTRV jauh berkurang. Namun, beberapa kali mereka diminta mengisi sesi mendongeng secara daring.
Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri sebab mendongeng via daring membuat para pendongeng tidak bisa menerima respon dan reaksi secara langsung. Untuk membuatnya tetap interaktif, Irin mengatakan TTRV sering mengajukan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan cerita kepada anak-anak agar mereka tetap mendengarkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
Advertisement
Advertisement