Advertisement

15 Sampel Ternak dari Sleman Dikirim ke Laboratorium

Abdul Hamied Razak
Kamis, 19 Mei 2022 - 21:57 WIB
Bhekti Suryani
15 Sampel Ternak dari Sleman Dikirim ke Laboratorium Pemeriksaan PMK di tempat penampungan ternak Dagan, Murtigading, Sanden, Rabu (18/5/2022). - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN- Hingga kini, Dinas Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman belum menemukan kasus penularan penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak. Untuk memastikannya, DP3 Sleman mengirim sebanyak 15 sampel dari ternak ke BBVet Wates.

Plt Kepala DP3 Sleman Suparmono mengatakan mengatakan hingga kini belum ditemukan kasus ternak yang terpapar PMK. Meski begitu, antisipasi penyebaran penyakit tersebut terus dilakukan oleh DP3 salah satunya dengan mengirimkan 15 sampel ternak untuk diteliti di BBVet Wates. Hal itu untuk memastikan apakah ternak yang diambil sampelnya terpapar PMK atau tidak.

Advertisement

"Ya ada sejumlah ternak sapi yang sudah diambil sampel dan diujikan di BBVet Wates. Kami ambil dari pasar hewan Ambarketawang sebanyak tujuh sampel swab nasal dari ternak sapi dengan gejala hipersalivasi dan demam," kata Suparmono, Kamis (19/5).

Selain dari Pasar Hewan Ambarketawang, lanjutnya, terdapat tujuh sampel swab mulut yang diambil dari ternak domba milik peternak di wilayah Gamping. Pasalnya, kata Pram saapaan akrab Suparmono, ketujuh domba tersebut nafsu makannya berkurang dalam beberapa hari terakhir.

BACA JUGA: Dunkin Donuts Dikabarkan Bakal Jual Aset untuk Bayar THR

"Ada juga dua sampel (swab dan darah) dari 1 ekor domba kiriman dari Puskeswan Berbah dengan gejala bintil di daerah mulut dan tidak ada nafsu makan. Ini semua kami kirim ke BBVet Wates untuk diuji apakah termasuk PMK atau bukan," ujarnya.

Selain itu, lanjut Pram, DP3 Sleman juga sudah memberikan sosialisasi kepada para peternak terkait potensi penyebaran PMK. Penyemprotan desinfektan di kandang-kandang komunial juga terus digencarkan. Dinas juga mengoptimalkan kegiatan di pasar hewan, titik-titik kumpul ternak, pedagang dan pengepul ternak baik untuk pengawasan maupun pemeriksaan fisiknya.

Dinas juga meminta kelompok ternak dan pedagang ternak untuk tidak membeli ternak dari luar daerah. Petugas juga memperketat pengawasan jual beli ternak di pasar hewan agar tidak ada penularan PMK. "Kami lebih pada himbauan tidak memasukkan ternak dari luar daerah dan secara rutin melakukan desinfeksi, bio security kandang ternak atau kandang kelompok," katanya.

Hingga kini, lanjut Pram, populasi ternak sapi potong di Sleman sebanyak 32.625 ekor, sapi perah 3.419 ekor, kerbau 189 ekor, kambing 23.802 ekor, domba 36.113 ekor dan babi 3.781 ekor. Adapun kelompok ternak yang terdata untuk Sapi Potong 624 kelompok, Sapi Perah 62 kelompok, Kambing 72 kelompok, Domba 60 kelompok dan
Babi 2 kelompok. Adapun Koperasi Peternak Sapi Perah di Sleman terdapat 3 Koperasi.

Terpisah, Kepala UPTD Pasar Hewan Ambarketawang dan Rumah Potong Hewan, Yuda Andi Nugroho mengatakan RPH juga melakukan antisipasi penyebaran PMK. Kebijakan yang dilakukan dengan cara pemeriksaan antemortem bagi ternak yang akan dipotong. "Apabila dicurigai ada gejala PMK diambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium. Jadi tidak boleh dipotong dulu kemudian dilakukan isolasi dan pengobatan," ujarnya.

Hingga kini, katanya, belum ada sampel hewan yang diambil di RPH. Pengambilan sampel baru dilaksanakan di pasar-pasar hewan. Yuda menegaskan jika RPH Sleman juga tidak menerima pemotongan hewan yang berasal dari daerah-daerah yang sudah terkena wabah PMK. "Hewan dari wilayah yang terkena PMK dilarang masuk ke RPH. Kami juga melaksanakan sosialisasi dan KIE kepada pemasok dan pemotong atau jagal tentang PMK ini," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Dipimpin Nana Sudjana, Ini Sederet Penghargaan Yang Diterima Pemprov Jateng

News
| Kamis, 25 April 2024, 17:17 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement