Seorang Anak Meninggal Dunia, Ini Data Kasus DBD di Sleman
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN- Hingga Juni 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman mencatat satu pasien demam berdarah dengue (DBD) meninggal dunia. Masyarakat diingatkan untuk meningkatkan kebersihan lingkungan agar tidak bersih dari nyamuk Aides Aegypti, penyebab penyakit demam berdarah.
Kepala Dinkes Sleman Cahya Purnama mengatakan hingga Juni tercatat sebanyak 161 kasus DBD. Dari jumlah tersebut satu pasien dinyatakan meninggal dunia. "Satu pasien belum lama ini meninggal dunia akibat DBD. Seorang anak berusia delapan tahun di Kapanewon Mlati. Mlati menjadi kapanewon tertinggi kasus DBD," kata Cahya, Kamis (9/6/2022).
Advertisement
Tahun ini, lanjut Cahya tiga kapanewon tertinggi dengan kasus DBD meliputi kapanewon Mlati dengan 25 kasus, kapanewon Depok dengan 19 kasus dan Prambanan dengan 18 kasus. Meskipun kasus DBD telah merenggut nyawa seorang pasien, kata Cahya, jumlah kasusnya menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
BACA JUGA: Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-106: Makin Kacau! Pasukan Ukraina Dipaksa Mundur
"Kalau tahun-tahun sebelumnya jumlah kasus bisa mencapai 400-500 kasus dalam setahun. Selain kesadaran masyarakat untuk PHBS juga karena Sleman menerapkan program si Wolly Nyaman atau pengendalian kasus DBD dengan menyebar nyamuk ber-wolbachia karena efektif menekan kasus DBD," katanya.
Meskipun begitu, Cahya tetap mengingatkan agar masyarakat terus meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah penularan DBD. Caranya dengan menjaga kebersihan lingkungan yang berpotensi menjadi sarang nyamuk Aides Aegypti. Terutama di lingkungan kosong yang tidak dihuni. Alasannya, vektor DBD umumnya muncul di lingkungan yang ditinggal penghuninya.
"Kebersihan lingkungan itu rawan menjadi sarang nyamuk. Kalau di dalam rumah saya kira sudah baik. Kecuali rumahnya ditinggal seminggu atau sebulan, di kos-kosan kami harapkan bak mandinya dikosongkan," katanya.
Cahya meminta masyarakat juga melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3 M terutama di wilayah-wilayah endemik. Seperti menguras tempat yang menjadi perindukan nyamuk dan menutup rapat tempat penampungan air. Memanfaatkan kembali atau menyimpan dengan cermat limbah barang bekas seperti botol yang berpotensi menjadi genangan dan tempat perkembangbiakan nyamuk, serta mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Sleman Khamidah Yuliati mengatakan jumlah temuan kasus DBD tahun ini lebih rendah dibandingkan temuan selama 2021 sebanyak 282 kasus dengan satu kasusmeninggal dunia. Jumlah temuan tahun ini merosot tajam jika dibanding kasus 2020 lalu dengan temuan 810 kasus dan 2 meninggal dunia.
Meski kasus DBD rendah, Dinkes tetap mengingatkan agar masyarakat tetap mewaspadainya. Dinkes, melalui Puskesmas terus melakukan kegiatan penyelidikan epidemiologi di wilayah kasus untuk memantau angka bebas jentik dan mencari kasus serupa di dusun dan sekitarnya. "Kami terus memberikan penyuluhan kepada warga bersama lintas sektor untuk mengingatkan kembali tentang program pemberantasan sarang nyamuk," kata Yuli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kena OTT KPK, Gubernur Bengkulu Dibawa ke Jakarta untuk Pemeriksaan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pelaku Praktik Politik Uang Bakal Ditindak Tegas Polres Kulonprogo, Ini Hukumannya
- 3 Alasan Relawan Bolone Mase Mendukung Penuh Kustini - Sukamto di Pilkada Sleman
- KPU Bantul Petakan TPS Rawan Bencana Hidrometeorologi, Ini Lokasinya
- Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja
- Kampanye Pilkada Kulonprogo Rampung, Logistik Siap Dikirim
Advertisement
Advertisement